- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fusion Spirit Samurai ke Traveller ( Millitant Warrior )


TS
Justape
Fusion Spirit Samurai ke Traveller ( Millitant Warrior )
Pindah Kamar. mudah-mudahan lebih banyak yang membacanya




Salam sejahtera bagi agan semua. dikesempatan ini ane hanya ingin share sekalian back up karya tulis original yang ane buat beberapa bulan yang lalu. Jadi TIDAK MUNGKIN REPOSTDI FORUM INI judul Asli nya dibawah ini sekalian langsung

Quote:
SPIRIT JALAN HIDUP SAMURAI DI PENGGIAT ALAM BEBAS
Samurai atau dalam bahasa Jepang disebut Bushi, dalam perkembangan pemaknaannya merupakan sebuah pribadi atau kelompok minoritas elit yang terlatih dalam bidang militer di awal kemunculan dan pada perkembangan dinamika sejarah eksistensi keberadaannya di Jepang, mereka memiliki semangat dan keahlian dalam menjalankan tugas dikehidupannya sebagai seorang Ksatria dalam melayani masyarakat dan tuannya ( negara yang di patronkan kepada kaisar dan kaum bangsawan ). Seorang Ksatria Samurai yang tidak terikat dengan Klan atau bekerja untuk majikan ( daimyo ) disebut Ronin_yang secara harafiah berarti “orang ombak”. Selain memiliki keahlian dalam hal penggunaan senjata tajam seperti pedang, panah dan ragam senjata lainnya, seorang ksatria Samurai sejatipun mesti harus memiliki kepribadian dan sikap yang kuat, sosok yang harus memegang teguh prinsip, berpendirian kuat, integritas yang tinggi, dan setia terhadap junjungan, sertas seorang Ksatria Samurai pun mesti memiliki sikap penghormatan yang baik kepada orang yang lebih tua menghargai yang lebih muda dengan hatinya yang lembut dan jiwanya yang pemberani.


Seperti halnya Ksatria Samurai, penggiat alam bebas dinegeri ini pun memiliki beberapa dimensi konteks yang serupa dengan para Samurai ; diantaranya termasuk komunitas minoritas diawal kemunculan dan perkembangannya, namun ada beberapa bagian hal juga yang bisa membuatnya berbeda seperti terlatih atau tidaknya ( kompetensi ), bertugas untuk melayani siapa dan untuk apa, semangat dan sikap serta perilakunya semestinya harus bagaimana? Dari sinilah penulis ingin menggulirkan pandangannya atas opini yang ingin dibentuk perihal keterkaitan kearifan lokal spirit jalan hidup Samurai yang bisa di adopsi dan disinergiskan oleh penggiat alam bebas dinegeri ini yang memiliki juga akan kearifan lokalnya, sehingga diharapkan bisa lebih memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia penggiat alam bebas kedepannya.
Apabila para Ksatria Samurai menjalankan Bushido_ sebuah kode kehormatan dan aturan hidup prajurit Jepang_ yang setidaknya ada delapan prinsip falsafah bushido yaitu memahami dan bersimpati kepada orang lain, Gi—menjaga etika, Chu—setiakepada junjungan, Ko—menghormati dan menyayangi orang tua, Rei—menghormati sesama, Chi—meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan, Shin—menjaga kejujuran, dan Tei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani, di penggiat alam bebas pun memiliki kode etik yang semestinya dijadikan acuan dan dijalankan ketika bertindak sebagai Ksatria penggiat alam bebas. Kode etik penggiat alam bebas yang familiar dan populer dikenal adalah kode etik Pencinta Alam Indonesiayang berisi beragam butir pernyataan sakral :

Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam dan isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air.
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhannya
3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
7. Selesai
Di susun dan di syahkan bersama dalam acara Gladian ke – IV Di Ujung Pandang, Tahun 1974
Dari paparan isi dari Kode Etik Samurai dan Pencinta Alam diatas tersebut, penulis berusaha ingin meng-akultrasikan_memberikan pengaruh_ spirit dari kode etik yang ada di kedua belah pihak yaitu Ksatria Samurai ke pihak Ksatria Penggiat Alam Bebas, seperti dalam beberapa butir kode etik kehormatan Samurai merupakan sesuatu poin yang sudah mengkerucut ( menyempit ) dan kurang terasa ruhnya di poin-poin Kode Etik Pencinta Alam ; seperti Chi— meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan, Shin—menjaga kejujuran, danTei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani, sedangkanuntuk poin Bushido yang lainnya saya kira sudah termaktub dalam poin-poin yang ada di Kode Etik Pencinta Alam seperti poin Bushido memahami dan bersimpati kepada orang lain, Gi—menjaga etika dan Rei—menghormati sesama akan terasa relevan denganpoin ke- 4 dan ke-5 Kode Etik Pencinta Alam, sedangkan untuk poin Bushido Chu—setia kepada junjungan akan terasa selaras dengan poin ke-1, 3 dan 6 Kode Etik Pencinta Alam.
Penulis diartikel ini berusaha mengupas ke tiga poin Bushido yang penulis rasa kurang ruhnya jikamengamati dinamika perkembangan dalam dunia penggiat alam bebas khususnya dinegeri ini. Pertama poin Bushido Chi— meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan merupakan poin yang sangat bermanfaat dan membangun apabila pelaku penggiat alam bebas secara sadar untuk membangun spirit ketertarikan dalam hal meningkatkan pengetahuan dan kemampuan secara teknis dan non-teknis dalam kapasitasnya sebagai penggiat alam bebas, adapun hal teknis yang dimaksud adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan ilmu berkegiatan dialam bebas sesuai bidangnya, seperti ilmu Navigasi, survival, vertical safety, Single Rope Technic, mendayung, susur goa, menyelam dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan non-teknis bisa diartikan sebagai kemampuan dalam hal sifat kepribadian &etika ( kebijaksanaan ) yang bisa dijabarkan seperti managemen emosi, rendah hati dan solidaritas serta lain sebagainya
Poin Bushido selanjutnya yaitu Shin—menjaga kejujuran, dalam hal ini penulis hanya ingin menyampaikan bahwa ruh dalam poin ini sangat fundamental bagi perkembangan pribadi pelaku penggiat alam bebas di negeri ini, karena dalam beberapa dinamika kasus yang menimpa para penggiat alam bebas negeri ini sangat berpengaruh sekali akan ruh dari poin kejujuran jika di lihat dari berbagai multi dimensi, sebut saja diantaranya “kecelakaan” yang menimpa para penggiat alam bebas ketika akan mengikuti pendidikan dasar Pencinta Alam baik yang berbasis institusi pendidikan ( Universitas, seklolah dan sejenisnya ) maupun yang bukan berbasis institusi pendidikan ( komunitas, Kelompok Pencinta Alam independent dan sejenisnya ), terkadang dalam beberapa kronologi yang diceritakan ,ada beberapa pelaku penggiat alam bebas yang mengikuti pendidikan dasar tersebut enggan Jujur menceritakan kondisi dirinya seperti kondisi kesehatannya, penyakit akut atau kronis yang pernah atau sedang dideritanya, izin anggota keluarganya dan banyak hal lainnya yang sangat berpengaruh terhadap proses keselamatan dan kenyamanan dari kegiatan yang dijalankannya, selain itu ada juga kasus penggiat alam bebas yang kurang jujur ketika sedang berkegiatan dialam bebas seperti terlalu memaksakan kondisi badannya yang sudah lemah namun dia tidak mau menceritakannya kepada rekan lainnya karena malu jika terlihat lemah, ada juga kasus pelaku penggiat alam bebas yang membohongi petugas pemeriksa di pos registrasi dengan memaksakan kehendaknya untuk tetap berkegiatan sehingga terkadang apabila ada fenomena kasus “kecelakaan” yang menimpa pelaku kegiatan alam bebas tak serta merta kita harus menyalahkan sebagian pihak saja dalam menyikapinya.
Untuk poin yang ketiga sekaligus yang terakhir ; yaitu Tei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani. Di poin ini penulis berusaha berhati-hati dalam memasuki pembahasan dalam ruang ranah privat, dimana dimensi ruang ini cukup sentimentil karena bagaimanapun hal ini sebenarnya adalah sesuatu hal yang bagi pelaku penggiat alam bebas sudah cukup mengerti harus bersikap seperti apa dan bagaimana mestinya, hanya saja penulis ingin menekankan bahwa restu dari anggota keluarga ( orang tua, kakak, abang dan yang lainnya ) serta sahabat sangat berpengaruh terhadap psikologis ketika si pelaku penggiat alam bebas menjalankan semua aktifitasnya dalam berkegiatan. Dukungan baik secara moril, materi maupun non materi dari anggota keluarga akan sangat berpengaruh signifikan dalam hal kenyamanan, efektifitas serta pencapaian tujuan dari suatu kegiatan yang dilakukan. Percayalah…. dalam beberapa fenomena yang penulis temui ( pengalaman ) ketika berkomunikasi dengan beberapa pelaku penggiat alam bebas, beberapa diantaranya ada yang mengaku bahwa hal terkait izin kepada anggota keluarga bukan merupakan hal yang cukup berperan penting bagi mereka melepaskan hasratnya dalam berkegiatan dialam bebas, karena terkendala beberapa faktor diantaranya ketidak cocokkan pandangan dan pemahaman anggota keluarga dengan si pelaku penggiat alam bebas dalam memilih dan menyalurkan hasratnya untukberkegiatan di alam bebas, dimana anggota keluarga dari si pelaku mungkin berbeda pandangan karena salah satunya mendapat pengaruh dari berbagai berita tentang “kecelakaan” yang pernah menimpa dikalangan penggiat alam bebas diluar sana. Dalam hal ini penulis hanya bisa memberikan pandangan bahwa hal tersebut sangat lumrah dan berusaha memposisikan diri untuk netral menyikapinya. Mungkin tidak ada salahnya jika sang penggiat alam bebas terus berjuang untuk memberikan pemahaman yang bisa diterima oleh anggota keluarga yang berseberangan pemahamannya dengan sekali-kali mengajaknya berkegiatan dialam bebas namun dengan kondisi medan yang relatif tidak ekstrim, seperti berkemah ceria dilokasi wisata sambil berdiskusi dari hati ke hati. Sehingga diharapkan dari usaha nya tersebut bisa memberikan respon positif bagi anggota keluarga yang berseberangan pandangan untuk berbalik mendukung kegiatannya.
Dari ulasan ketiga poin tersebut, kesimpulan pesan yang ingin penulis sampaikan beberapa diantaranya agar kita secara sadar mau memetik himah dan meningkatkan ruh dari ketiga poin Bushido Samurai dikalangan penggiat alam bebas dalam menuangkan hasratnya berkegiatan, karena menurut pengamatan penulis meninjau dinamika yang dialami dalam dunia penggiat alam bebas di negeri ini tak luput dari pengaruh dari ketiga poin yang diulas dari segi fluktuasi pencitraan jenis kegiatan yang cukup ekstrim ini. Selain itu penulis juga menebarkan harapan dari artikel yang dibuat ini bisa memberikan andil dan manfaat dalam hal edukasi dan pengetahuan preventif ( pencegahan ) dari frekuensi fenomena “kecelakaan”yang akhir-akhir ini mulai muncul lagi ke permukaan. Sehingga mudah-mudahan penulis berharap untuk kedepannya frekuensi “kecelakaan” dalam berkegiatan dialam bebas bisa ditekan seminim mungkin dan dunia penggiat alam bebas bisa berkembang jauh semakin baik dan lebih bermartabat jika pelaku dan peminat kegiatan alam bebas bisa secara sadar memegang teguh prinsip Kode Etik Pencinta Alam dan mau memahami juga ketiga poin Kode Etik Bushido Samurai yang penulis ulas, lebih jauh dari harapan penulis lainnya adalah para penggiat alam bebas di negeri ini bisa menjadi kelompok "berjiwa Ksatria" nan solid meskipun minoritas, lebih beretika dan bijaksana, berwawasan luas serta memiliki sifat Jujur, kuat secara fisik dan non-fisik, lebih berkompetensi, menebarkan manfaat yang baik bagi alam semesta. Diakhir artikel ini izinkan penulis mengutip beberapa quote yang penulis kutip dari berbagai sumber agar lebih memperkaya ruh dari artikel ini.

“…Kita memang sudah belajar berbagai hal dari dunia barat (dunia luar),seperti memakai pakaian seperti mereka, menggunakan alat tempur mereka,berbicara dengan bahasa mereka…namun kita juga harus ingat dari mana kita berasal….agar kita tidak lupa akan siapa yang telah membentuk kita…dan harus berpihak kepada masyarakat yang kita layani…” _ pernyataan Kaisar Jepang ketika mendapat pemberian pedang Samurai legendaris dari veteran perang Nathan Algren ( tokoh utama) di scene akhir film The Last Samurai.
...Seperti Ksatria Samurai, bunga sakura gugur di puncak kematangannya, akan tetapi jiwasamurai tetap hidup dengan keindahannya..._ Quote TS

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehatdari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” ― Soe Hok Gie, CatatanSeorang Demonstran

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani,Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Sumatera ,Senin 10 Februari 2014
04: 22 WIB
Penulis : TS


Seperti halnya Ksatria Samurai, penggiat alam bebas dinegeri ini pun memiliki beberapa dimensi konteks yang serupa dengan para Samurai ; diantaranya termasuk komunitas minoritas diawal kemunculan dan perkembangannya, namun ada beberapa bagian hal juga yang bisa membuatnya berbeda seperti terlatih atau tidaknya ( kompetensi ), bertugas untuk melayani siapa dan untuk apa, semangat dan sikap serta perilakunya semestinya harus bagaimana? Dari sinilah penulis ingin menggulirkan pandangannya atas opini yang ingin dibentuk perihal keterkaitan kearifan lokal spirit jalan hidup Samurai yang bisa di adopsi dan disinergiskan oleh penggiat alam bebas dinegeri ini yang memiliki juga akan kearifan lokalnya, sehingga diharapkan bisa lebih memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia penggiat alam bebas kedepannya.
Apabila para Ksatria Samurai menjalankan Bushido_ sebuah kode kehormatan dan aturan hidup prajurit Jepang_ yang setidaknya ada delapan prinsip falsafah bushido yaitu memahami dan bersimpati kepada orang lain, Gi—menjaga etika, Chu—setiakepada junjungan, Ko—menghormati dan menyayangi orang tua, Rei—menghormati sesama, Chi—meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan, Shin—menjaga kejujuran, dan Tei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani, di penggiat alam bebas pun memiliki kode etik yang semestinya dijadikan acuan dan dijalankan ketika bertindak sebagai Ksatria penggiat alam bebas. Kode etik penggiat alam bebas yang familiar dan populer dikenal adalah kode etik Pencinta Alam Indonesiayang berisi beragam butir pernyataan sakral :

Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam dan isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air.
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhannya
3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
7. Selesai
Di susun dan di syahkan bersama dalam acara Gladian ke – IV Di Ujung Pandang, Tahun 1974
Dari paparan isi dari Kode Etik Samurai dan Pencinta Alam diatas tersebut, penulis berusaha ingin meng-akultrasikan_memberikan pengaruh_ spirit dari kode etik yang ada di kedua belah pihak yaitu Ksatria Samurai ke pihak Ksatria Penggiat Alam Bebas, seperti dalam beberapa butir kode etik kehormatan Samurai merupakan sesuatu poin yang sudah mengkerucut ( menyempit ) dan kurang terasa ruhnya di poin-poin Kode Etik Pencinta Alam ; seperti Chi— meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan, Shin—menjaga kejujuran, danTei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani, sedangkanuntuk poin Bushido yang lainnya saya kira sudah termaktub dalam poin-poin yang ada di Kode Etik Pencinta Alam seperti poin Bushido memahami dan bersimpati kepada orang lain, Gi—menjaga etika dan Rei—menghormati sesama akan terasa relevan denganpoin ke- 4 dan ke-5 Kode Etik Pencinta Alam, sedangkan untuk poin Bushido Chu—setia kepada junjungan akan terasa selaras dengan poin ke-1, 3 dan 6 Kode Etik Pencinta Alam.
Penulis diartikel ini berusaha mengupas ke tiga poin Bushido yang penulis rasa kurang ruhnya jikamengamati dinamika perkembangan dalam dunia penggiat alam bebas khususnya dinegeri ini. Pertama poin Bushido Chi— meningkatkan kebijaksanaan dengan memperluas pengetahuan merupakan poin yang sangat bermanfaat dan membangun apabila pelaku penggiat alam bebas secara sadar untuk membangun spirit ketertarikan dalam hal meningkatkan pengetahuan dan kemampuan secara teknis dan non-teknis dalam kapasitasnya sebagai penggiat alam bebas, adapun hal teknis yang dimaksud adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan ilmu berkegiatan dialam bebas sesuai bidangnya, seperti ilmu Navigasi, survival, vertical safety, Single Rope Technic, mendayung, susur goa, menyelam dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan non-teknis bisa diartikan sebagai kemampuan dalam hal sifat kepribadian &etika ( kebijaksanaan ) yang bisa dijabarkan seperti managemen emosi, rendah hati dan solidaritas serta lain sebagainya
Poin Bushido selanjutnya yaitu Shin—menjaga kejujuran, dalam hal ini penulis hanya ingin menyampaikan bahwa ruh dalam poin ini sangat fundamental bagi perkembangan pribadi pelaku penggiat alam bebas di negeri ini, karena dalam beberapa dinamika kasus yang menimpa para penggiat alam bebas negeri ini sangat berpengaruh sekali akan ruh dari poin kejujuran jika di lihat dari berbagai multi dimensi, sebut saja diantaranya “kecelakaan” yang menimpa para penggiat alam bebas ketika akan mengikuti pendidikan dasar Pencinta Alam baik yang berbasis institusi pendidikan ( Universitas, seklolah dan sejenisnya ) maupun yang bukan berbasis institusi pendidikan ( komunitas, Kelompok Pencinta Alam independent dan sejenisnya ), terkadang dalam beberapa kronologi yang diceritakan ,ada beberapa pelaku penggiat alam bebas yang mengikuti pendidikan dasar tersebut enggan Jujur menceritakan kondisi dirinya seperti kondisi kesehatannya, penyakit akut atau kronis yang pernah atau sedang dideritanya, izin anggota keluarganya dan banyak hal lainnya yang sangat berpengaruh terhadap proses keselamatan dan kenyamanan dari kegiatan yang dijalankannya, selain itu ada juga kasus penggiat alam bebas yang kurang jujur ketika sedang berkegiatan dialam bebas seperti terlalu memaksakan kondisi badannya yang sudah lemah namun dia tidak mau menceritakannya kepada rekan lainnya karena malu jika terlihat lemah, ada juga kasus pelaku penggiat alam bebas yang membohongi petugas pemeriksa di pos registrasi dengan memaksakan kehendaknya untuk tetap berkegiatan sehingga terkadang apabila ada fenomena kasus “kecelakaan” yang menimpa pelaku kegiatan alam bebas tak serta merta kita harus menyalahkan sebagian pihak saja dalam menyikapinya.
Untuk poin yang ketiga sekaligus yang terakhir ; yaitu Tei—mencintai orang tua serta mereka yang patut dikasihani. Di poin ini penulis berusaha berhati-hati dalam memasuki pembahasan dalam ruang ranah privat, dimana dimensi ruang ini cukup sentimentil karena bagaimanapun hal ini sebenarnya adalah sesuatu hal yang bagi pelaku penggiat alam bebas sudah cukup mengerti harus bersikap seperti apa dan bagaimana mestinya, hanya saja penulis ingin menekankan bahwa restu dari anggota keluarga ( orang tua, kakak, abang dan yang lainnya ) serta sahabat sangat berpengaruh terhadap psikologis ketika si pelaku penggiat alam bebas menjalankan semua aktifitasnya dalam berkegiatan. Dukungan baik secara moril, materi maupun non materi dari anggota keluarga akan sangat berpengaruh signifikan dalam hal kenyamanan, efektifitas serta pencapaian tujuan dari suatu kegiatan yang dilakukan. Percayalah…. dalam beberapa fenomena yang penulis temui ( pengalaman ) ketika berkomunikasi dengan beberapa pelaku penggiat alam bebas, beberapa diantaranya ada yang mengaku bahwa hal terkait izin kepada anggota keluarga bukan merupakan hal yang cukup berperan penting bagi mereka melepaskan hasratnya dalam berkegiatan dialam bebas, karena terkendala beberapa faktor diantaranya ketidak cocokkan pandangan dan pemahaman anggota keluarga dengan si pelaku penggiat alam bebas dalam memilih dan menyalurkan hasratnya untukberkegiatan di alam bebas, dimana anggota keluarga dari si pelaku mungkin berbeda pandangan karena salah satunya mendapat pengaruh dari berbagai berita tentang “kecelakaan” yang pernah menimpa dikalangan penggiat alam bebas diluar sana. Dalam hal ini penulis hanya bisa memberikan pandangan bahwa hal tersebut sangat lumrah dan berusaha memposisikan diri untuk netral menyikapinya. Mungkin tidak ada salahnya jika sang penggiat alam bebas terus berjuang untuk memberikan pemahaman yang bisa diterima oleh anggota keluarga yang berseberangan pemahamannya dengan sekali-kali mengajaknya berkegiatan dialam bebas namun dengan kondisi medan yang relatif tidak ekstrim, seperti berkemah ceria dilokasi wisata sambil berdiskusi dari hati ke hati. Sehingga diharapkan dari usaha nya tersebut bisa memberikan respon positif bagi anggota keluarga yang berseberangan pandangan untuk berbalik mendukung kegiatannya.
Dari ulasan ketiga poin tersebut, kesimpulan pesan yang ingin penulis sampaikan beberapa diantaranya agar kita secara sadar mau memetik himah dan meningkatkan ruh dari ketiga poin Bushido Samurai dikalangan penggiat alam bebas dalam menuangkan hasratnya berkegiatan, karena menurut pengamatan penulis meninjau dinamika yang dialami dalam dunia penggiat alam bebas di negeri ini tak luput dari pengaruh dari ketiga poin yang diulas dari segi fluktuasi pencitraan jenis kegiatan yang cukup ekstrim ini. Selain itu penulis juga menebarkan harapan dari artikel yang dibuat ini bisa memberikan andil dan manfaat dalam hal edukasi dan pengetahuan preventif ( pencegahan ) dari frekuensi fenomena “kecelakaan”yang akhir-akhir ini mulai muncul lagi ke permukaan. Sehingga mudah-mudahan penulis berharap untuk kedepannya frekuensi “kecelakaan” dalam berkegiatan dialam bebas bisa ditekan seminim mungkin dan dunia penggiat alam bebas bisa berkembang jauh semakin baik dan lebih bermartabat jika pelaku dan peminat kegiatan alam bebas bisa secara sadar memegang teguh prinsip Kode Etik Pencinta Alam dan mau memahami juga ketiga poin Kode Etik Bushido Samurai yang penulis ulas, lebih jauh dari harapan penulis lainnya adalah para penggiat alam bebas di negeri ini bisa menjadi kelompok "berjiwa Ksatria" nan solid meskipun minoritas, lebih beretika dan bijaksana, berwawasan luas serta memiliki sifat Jujur, kuat secara fisik dan non-fisik, lebih berkompetensi, menebarkan manfaat yang baik bagi alam semesta. Diakhir artikel ini izinkan penulis mengutip beberapa quote yang penulis kutip dari berbagai sumber agar lebih memperkaya ruh dari artikel ini.

“…Kita memang sudah belajar berbagai hal dari dunia barat (dunia luar),seperti memakai pakaian seperti mereka, menggunakan alat tempur mereka,berbicara dengan bahasa mereka…namun kita juga harus ingat dari mana kita berasal….agar kita tidak lupa akan siapa yang telah membentuk kita…dan harus berpihak kepada masyarakat yang kita layani…” _ pernyataan Kaisar Jepang ketika mendapat pemberian pedang Samurai legendaris dari veteran perang Nathan Algren ( tokoh utama) di scene akhir film The Last Samurai.
...Seperti Ksatria Samurai, bunga sakura gugur di puncak kematangannya, akan tetapi jiwasamurai tetap hidup dengan keindahannya..._ Quote TS

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehatdari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” ― Soe Hok Gie, CatatanSeorang Demonstran

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani,Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Sumatera ,Senin 10 Februari 2014
04: 22 WIB
Penulis : TS
Semoga bermanfaat dan dapat memetik hikmah serta nasehat
Sumber Pic : Google
BONUS LAGU PENCINTA ALAM
Spoiler for Pencinta Alam:

Diubah oleh Justape 25-03-2014 17:39
0
3.6K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan