- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bangkok Love Story


TS
dyenfalee
Bangkok Love Story
Reborn . . Karya Gola Gong
Bangkok Love Story
Indeks
(ditulis Bedi di sebuah sel penjara di Bangkok)
Ini sajak sederhana, Sekar. Kutulis malam hari. Saat dinding sel dingin dan bisu. Ketika aku menggerutu mencari wangi rambutmu.Senyummu. Bertemu tak bertemu jadi semu kini batasnya. Maknanya. Barangkali kita masih bisa menghargai yang sia-sia perjalanan hidupmu dan hidupku.
Segala yang riang adalah kamu, Sekar. Siapa sangka hidup akan begitu rumit. Jangan hapus aku, ketika sinar purnama memasuki kamarmu. Seharusnya kamu menghitung hari. Apa gerangan yang sudah kamu isi; kepada orangtua, hidupmu, serta negara.
Apakah cukup buat kamu sebait sajak, Sekar? Mending di pinggiran jalan saja. Nonton parade orang-orang; bergelimang uang dan gosip. Itulah pengorbanan. Jadilah kamu alang-alang, selalu tunduk dihantam badai. Tapi akarnya tak pernah tercabut. Menggeliat gemulai. Halus tak pernah menyakiti.
Mari kupunya sajak, Sekar. Kubasuh dukamu. Getirmu. Ada
tembang khatulistiwa, legenda Baduy serta indahnya tatar Pasundan. Ya, dengan sajak saja. Tapi, kemana gerangan senyummu?
Aku tak percaya bila sajak bikin kamu senyum, Sekar. Malah bikin cemberut. Ah, tiuplah saja ketujuh belas lilinmu itu. Dekap erat Papa-Mama serta bayanganku. Biarkan hari-hari terus bergulir. Gosip cuma omong kosong, walau pada akhirnya kita terbelenggu.
Kehidupan senantiasa merenggut apa saja, Sekar. Tinggal tunggu Tuhan bersabda: kuun fayakuun; jadilah maka jadilah! Hidupmu selesai. Berkemas dan pakai baju sajalah. Sembunyi di balik sajadah.
Entah kenapa kutulis sajak buatmu, Sekar. Jangan berkata-kata, sementara aku bingung wangi rambut dan senyummu di mana. Sekali lagi ini cuma terjadi dalam sajak sentimental. Kutulis di balik terali besi yang angkuh. Bersama dinding sel yang kusam dan bisu.
Tapi, selama aku masih berkata-kata, berarti aku masih hidup Sekar.
Bangkok Love Story
Indeks
Quote:
SAJAK BUAT SEKAR TOMBOI
(ditulis Bedi di sebuah sel penjara di Bangkok)
Ini sajak sederhana, Sekar. Kutulis malam hari. Saat dinding sel dingin dan bisu. Ketika aku menggerutu mencari wangi rambutmu.Senyummu. Bertemu tak bertemu jadi semu kini batasnya. Maknanya. Barangkali kita masih bisa menghargai yang sia-sia perjalanan hidupmu dan hidupku.
Segala yang riang adalah kamu, Sekar. Siapa sangka hidup akan begitu rumit. Jangan hapus aku, ketika sinar purnama memasuki kamarmu. Seharusnya kamu menghitung hari. Apa gerangan yang sudah kamu isi; kepada orangtua, hidupmu, serta negara.
Apakah cukup buat kamu sebait sajak, Sekar? Mending di pinggiran jalan saja. Nonton parade orang-orang; bergelimang uang dan gosip. Itulah pengorbanan. Jadilah kamu alang-alang, selalu tunduk dihantam badai. Tapi akarnya tak pernah tercabut. Menggeliat gemulai. Halus tak pernah menyakiti.
Mari kupunya sajak, Sekar. Kubasuh dukamu. Getirmu. Ada
tembang khatulistiwa, legenda Baduy serta indahnya tatar Pasundan. Ya, dengan sajak saja. Tapi, kemana gerangan senyummu?
Aku tak percaya bila sajak bikin kamu senyum, Sekar. Malah bikin cemberut. Ah, tiuplah saja ketujuh belas lilinmu itu. Dekap erat Papa-Mama serta bayanganku. Biarkan hari-hari terus bergulir. Gosip cuma omong kosong, walau pada akhirnya kita terbelenggu.
Kehidupan senantiasa merenggut apa saja, Sekar. Tinggal tunggu Tuhan bersabda: kuun fayakuun; jadilah maka jadilah! Hidupmu selesai. Berkemas dan pakai baju sajalah. Sembunyi di balik sajadah.
Entah kenapa kutulis sajak buatmu, Sekar. Jangan berkata-kata, sementara aku bingung wangi rambut dan senyummu di mana. Sekali lagi ini cuma terjadi dalam sajak sentimental. Kutulis di balik terali besi yang angkuh. Bersama dinding sel yang kusam dan bisu.
Tapi, selama aku masih berkata-kata, berarti aku masih hidup Sekar.
Diubah oleh dyenfalee 09-03-2014 07:31


anasabila memberi reputasi
1
8.6K
Kutip
123
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan