- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Merah Putih di Bukit Serelo, Lahat-Sumsel (16-18 Agustus 2013)


TS
Qimizan
Merah Putih di Bukit Serelo, Lahat-Sumsel (16-18 Agustus 2013)
Spoiler for praprolog:
Spoiler for pesan sponsor:
Spoiler for fajar serelo:
H + 7 Idul Fitri. Tiba juga kami pada hari yang telah ditunggu-tunggu. Sebuah perjalanan yang berawal dari gurauanku sendiri saat mengganti foto sampul di Facebook. Foto yang memperlihatkan indahnya matahari terbit di balik Bukit Serelo. Seorang teman lalu berkomentar, minta diajak bila saya akan pergi ke sana. Rencanaku, perjalanan ke tempat itu baru dilakukan saat hutang ini sudah benar-benar selesai, hutang untuk menamatkan kuliah –yang hingga sekarang belum juga terbayar. Lalu dengan sekenanya saya menjawab, saya akan ke sana setelah Lebaran.

Isu itu lalu berkembang saat komunitas tempat saya bermain, Beguyur Bae, menggelar buka bersama. Ya, kami sepakati akan menggelar perjalanan ke sana setelah Lebaran, 16 Agustus 2013. Hari itu pun tiba.

16 Agustus 2013
Dari sekian banyak anggota kami, hanya delapan orang yang bisa bergabung ikut. Saya, Kak Ifik, Mbak Rika, Dedy, Riani, Risna, Endah, dan Diana. Lima orang pertama berangkat dari Palembang, sementara dua terakhir menyusul dari Muara Enim dan Lahat. Dari Palembang, kami berangkat pukul 08.00 pagi.4 jam lebih kami melintasi Jalan Lintas Palembang-Muaraenim dalam Suzuki APV, mobil ‘travel’ yang akan mengantar kami sampai tujuan.

Di antara kami berdelapan, tak ada seorang pun yang pernah mengunjungi Bukit Serelo sebelumnya


Kami sempat berputar-putar saat akan mencapai desa di mana titik perjalanan awal dimulai


Usut punya usut, ternyata ada dua desa yang biasa disinggahi sebagai patokan awal menuju Bukit Serelo


Hari sudah semakin sore saat rintik gerimis turun. Bu Kades menyuruh kami untuk beristirahat sejenak di rumah panggungnya itu

Beberapa kali kami berpapasan dengan warga setempat yang baru pulang berkebun. Sekitar 15 menit berjalan, kami akhirnya sampai di Jembatan Gantung. Kami pun menyeberang dan “meraba-raba” jalan yang harus dilalui untuk menuju ke Serelo esoknya.
Satu jam lebih kemudian, kami pulang ke rumah Kades dan “melaporkan” hasil survey tadi. Rencananya, lokasi kemah kami berada di areal perkebunan milik seorang warga yang hanya sepelemparan batu dari tepi sungai. saya bersama Dedy, ditemani anak Pak Kades, lantas menyambangi sang pemilik kebun, meminta izin untuk meminjam kebunnya malam ini. Izin pun didapat, bahkan ia bersedia meminjamkan pondokan di kebun

Usai Magrib, kami memulai perjalanan. Gerimis sore tadi menyisakan tanah yang becek dan hawa yang dingin


Spoiler for bhaakaaarrr:
Di tengah asyiknya membakar ikan, sekonyong-konyong datanglah beberapa pemuda setempat

Kedatangan para pemuda itu-yang di luar dugaan-memang mendatangkan sedikit kecemasan. Ya, kecemasan yang beralasan. Sebagai “orang luar” dan baru pertama kali ke sini, tak ada yang kami kenal atau mengenal kami di desa ini. Tak ada pula yang dapat kami percayai, selain Kepala Desa

Mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, tetua kami, Ifik, memutuskan untuk packing darurat. Kami harus segera kembali ke desa, tepatnya menuju rumah Kepala Desa, malam ini juga

Di rumahnya, Pak Kades bersama warga masih asyik mengobrol. Ia mempersilahkan kami beristirahat di rumahnya, setelah cerita kami dalam bahasa yang diplomatis tentunya. Malam itu, cukup lama kami berdiskusi ditemani ikan bakar yang tak berbentuk lagi. Tentang para pemuda itu, tentang rencana keesokan harinya.
17 Agustus 2013
Spoiler for tebing vertikal serelo:
Hari ini usia Indonesia genap 68 tahun


Pagi-pagi sekali tadi, Bu Kades telah meminta dua orang warga untuk menemani kami menuju Serelo. Karena akan kembali sore ini juga, kami hanya membawa dua buah daypack berisi makanan dan jas hujan. Usai berpamitan dengan Pak Kades, perjalanan pun dimulai.

Spoiler for putu bareng pak kades:
Butuh lebih kurang 3 jam untuk mencapai Kedaton II-bagian tertinggi Bukit Serelo yang dapat digapai dengan tangan kosong. Di atas Kedaton II, pendakian hanya bisa dilakukan dengan teknik pemanjatan dengan peralatan khusus. Konon, warga setempat dapat melakukannya tanpa bantuan alat.

Trek menuju Bukit Serelo memang tidak begitu sulit. Jalan melintasi perkebunan warga masih cukup landai. Memasuki hutan, jalanan semakin menanjak dengan kemiringan 30-40 derajat.

Sekitar pukul 10.00 lebih, kami sampai di Kedaton I. Di atas sana, di Kedaton II, tampak beberapa pendaki yang melakukan upacara bendera.

Karena sebagian tim sudah kelelahan, diputuskan untuk tidak melanjutkan sampai Kedaton II


Spoiler for makan ciang:
Spoiler for merah putih:
Di sebelah barat, meander Sungai Lematang berkelok mengular dalam hijau hutan dan perkebunan.


Tidak lama kami berada di sini, karena dari Utara mendung kelabu datang perlahan membawa kabar buruk. Butir hujan menyapa satu-persatu, hingga menjadi beribu. Kami segera berkemas, mengenakan jas hujan, lalu turun

Jalanan tanah yang miring itu kini menjadi semakin licin, semakin sulit dilewati. Di ketinggian Serelo itu, rumput ilalang yang kecil nan rapuh menjadi teman untuk kami berpegang. Sesekali saya terperosok karena tapak sepatu tak lagi sanggup mencengkeram tanah

Hujan berangsur reda. Meski demikian, beberapa dari kami masih setia mengenakan jas hujannya. Nanggung.
Spoiler for balekkk:
Spoiler for baleekkk:
Akhirnya kami sampai kembali ke Sungai Lematang saat hari sudah beranjak sore. Langit terlihat mendung, tapi rasanya belum ingin segera pulang ke desa. Kami pun turun ke tepi sungai sembari menyelesaikan makan siang yang tadi sempat diinterupsi oleh hujan. Hehe.
Spoiler for lanjooot:
Usai makan dan puas foto-foto kami kembali ke desa. Perjalanan hari ini luar biasa

18 Agustus 2013
Tadi malam kami sudah bersepakat untuk kembali ke tepi Lematang saat fajar. Yup, apalagi kalau bukan untuk menyaksikan matahari terbit. Maka, usai salat Subuh kami segera bergegas saat hari sudah mulai terang. Hampir saja momen itu terlewatkan.
Langit Timur memperlihatkan wajahnya yang jingga. Di pagi yang hening itu, air Sungai Lematang mengalir begitu tenang. Pemandangan pagi yang indah.


Spoiler for mana jempolnyaaah:
Waktu fajar yang merupakan golden hour memang jadi waktu favorit bagi para penghobi jeprat-jepret, termasuk saya. Tripod yang sudah saya siapkan jadi sangat berguna di saat-saat seperti ini, terutama saat kami ingin foto keluarga di mana seluruh anggota tim harus masuk frame.

Spoiler for entaahhh yaaa:
Spoiler for siluet:
Puas berfoto, merenung, bermain air, kami melangkah gontai. Waktunya pulang. Di rumah Kades, sudah terhidang sarapan yang disiapkan oleh Bu Kades. Kami jadi tidak enak hati.

Tengah hari, mobil travel carteran pun tiba menjemput. Kami lalu berpamitan setelah sebelumnya berfoto bersama (lagi) dengan Pak Kades.Mari kita pulang...

Spoiler for putu bareng lagih:
thanks to:
- Allah Swt dan Rasul-nya
- Pak Kades-Bu Kades dan warga Desa Ulak Pandan, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumsel
- all OANCers yang udah berkenan baca catper ini, semoga menginspirasih
- Allah Swt dan Rasul-nya

- Pak Kades-Bu Kades dan warga Desa Ulak Pandan, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumsel
- all OANCers yang udah berkenan baca catper ini, semoga menginspirasih

Diubah oleh Qimizan 01-03-2014 00:06
0
4.7K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan