Kamp detensi imigran pencari suaka milik Australia di Pulau Manus, Papua Nugini
Quote:
Kerusuhan di kamp pengungsi ilegal milik Australia di Pulau Manus, Papua Nugini, menewaskan satu orang. Ada beberapa versi yang muncul, salah satunya mengatakan, para imgiran gelap ini dipukuli dan tewas setelah digorok lehernya.
Diberitakan Channel News Asia, Kamis 20 Februari 2014, dalam versi pertama dikatakan bahwa kerusuhan terjadi setelah warga lokal yang tidak suka dengan keberadaan kamp itu menyerbu masuk. Mereka membawa parang dan menyerang para imigran.
Versi lainnya mengatakan, justru imigran pencari suaka ini yang mulai kerusuhan dengan berupaya kabur dari kamp detensi itu. Versi terakhir mengatakan, kerusuhan terjadi setelah pasukan pengaman kamp menyiksa para imigran.
Dalam versi terakhir, seorang pria mengaku menyaksikan sendiri kejadian tersebut. Kepada radio ABC, dia mengatakan pasukan pengaman asal Papua Nugini yang disewa perusahaan G4S marah setelah imigran menghina negara dan anggota keluarganya.
Pria yang tidak ingin disebut namanya itu mengatakan para pasukan pengamanan itu lalu memukul mereka dengan menggunakan tongkat, besi, dan selang karet.
"Ketika pasukan pengamanan itu menarik para pencari suaka ke luar, mereka mulai dipukul dengan tongkat. Beberapa dipukul dengan tongkat, sementara beberapa lainnya dengan selang karet dan pipa," kata dia.
Saksi lainnya, penerjemah yang disewa Kementerian Imigrasi Australia, Azita Bokan, mengatakan para imigran menggunakan kursi plastik untuk melindungi diri mereka dari serangan parang dan batu petugas.
"Saya yakin 100 persen dengan pendapat saya. Menurut saya bahwa warga lokal lah, termasuk yang dipekerjakan oleh G4S yang menyebabkan drama itu," ujar Bokan kepada Fairfax Media setelah terbang ke Pulau Manus pada Rabu kemarin.
"Darah berceceran di mana-mana. Jumlah korban luka sangat mengerikan. Orang-orang dalam jumlah banyak terluka di bagian kepala, paling tidak ada satu orang yang tenggorokannya digorok," papar Bokan.
Pihak G4S sendiri mengatakan telah menerima aduan tersebut dan menanggapinya dengan serius.
Mereka menegaskan bahwa petugas mereka "bertindak berani, kuat dan melindungi yang membutuhkan." Investigasi soal kesaksian ini masih terus dilakukan.
Menanggapi kasus ini, Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan bahwa ini adalah satu lagi tekanan bagi pemerintahnya untuk menutup kamp Manus. Namun dia bergeming dan tetap akan melanjutkan mengirim pencari suaka ilegal ke kamp itu.
"Kami tidak akan menyerah terhadap tekanan, kepada pemerasan moral. Kami akan tetap memastikan bahwa kamp tersebut dikelola secara baik, bahkan apabila perlu tegas," ungkap Abbott.
http://dunia.news.viva.co.id/news/re...hernya-digorok
Entah siapa yang salah, tapi orang bisa bertindak gila kalau emosi naik ke ubun-ubun.