- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Peradangan Memicu Sikap Pemarah


TS
gufkl
Peradangan Memicu Sikap Pemarah
WELCOME
mudah2an hate amin.........
Quote:
Peradangan Memicu Sikap Pemarah
Sering marah-marah dan mudah terpancing emosi? Bisa jadi Anda termasuk orang yang gangguan emosi akibat peradangan pada tubuAh. Demikian penemuan terbaru oleh Dr. Emil Coccaro, profesor psikiatri dari University of Chicago. Bersama timnya, Coccaro mengukur tanda peradangan dalam darah 70 orang yang didiagnosis mengalami gangguan intermittent explosive disorder (IED). IED merupakan suatu kondisi yang melibatkan episode berulang dari impulsif dan agresi amarah, kekerasan dalam rumah tangga dan kebiasaan melemparkan benda-benda.
Studi ini juga melibatkan 61 orang yang didiagnosis menderita gangguan kejiwaan tidak melibatkan agresi , dan 67 peserta tanpa gangguan kejiwaan. Hasil penelitian menunjukkan hubungan langsung antara tingkat dua tanda peradangan dan impulsif dan agresi pada orang dengan IED.
Hasil tersebut didapat setelah dilakukan pengaturan faktor-faktor gaya hidup dan perbedaan lain antar kelompok partisipan, demikian menurut studi yang dipublikasikan pada Desember 2013 di jurnal JAMA Psychiatry. Bagaimana hubungan antar keduanya terjadi masih belum jelas.
“Kami belum tahu bagaimana peradangan yang memicu agresi, atau perasaan agresif memicu inflamasi. Namun ini adalah indikasi kuat bahwa keduanya saling terhubung secara biologi, dan menghasilkan kerusakan,” ujar Coccaro.
Tidak berarto bahwa pengobatan anti peradangan seperti aspirin dapat meredakan orang yang pemarah, demikian menurut Coccaro. Tapi setidaknya penemuan ini memberi petunjuk baru atas studi-studi lanjutan di masa depan. Bisa jadi pengurangan peradangan mampu menekan agresivitas seseorang.
Orang dengan IED meberi reaksi berlebihan pada situasi stres, sehingga tidak mampu mengontrol kemarahan dan kekerasan. Kondisi ini mempengaruhi profesionalitas dan kehidupan sosial mereka, bahkan bisa berisiko ke masalah mental seperti depresi, kecemasan berlebih, serta penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Mereka juga berisiko mengalami peningkatan problem kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Sejauh ini pengobatan bagi penderita IED adalah dengan menggunakan stabilisasi mood dan psikoterapi, tapi tidak selalu berhasil bagi semua pasien, menurut Coccaro.
Sering marah-marah dan mudah terpancing emosi? Bisa jadi Anda termasuk orang yang gangguan emosi akibat peradangan pada tubuAh. Demikian penemuan terbaru oleh Dr. Emil Coccaro, profesor psikiatri dari University of Chicago. Bersama timnya, Coccaro mengukur tanda peradangan dalam darah 70 orang yang didiagnosis mengalami gangguan intermittent explosive disorder (IED). IED merupakan suatu kondisi yang melibatkan episode berulang dari impulsif dan agresi amarah, kekerasan dalam rumah tangga dan kebiasaan melemparkan benda-benda.
Studi ini juga melibatkan 61 orang yang didiagnosis menderita gangguan kejiwaan tidak melibatkan agresi , dan 67 peserta tanpa gangguan kejiwaan. Hasil penelitian menunjukkan hubungan langsung antara tingkat dua tanda peradangan dan impulsif dan agresi pada orang dengan IED.
Hasil tersebut didapat setelah dilakukan pengaturan faktor-faktor gaya hidup dan perbedaan lain antar kelompok partisipan, demikian menurut studi yang dipublikasikan pada Desember 2013 di jurnal JAMA Psychiatry. Bagaimana hubungan antar keduanya terjadi masih belum jelas.
“Kami belum tahu bagaimana peradangan yang memicu agresi, atau perasaan agresif memicu inflamasi. Namun ini adalah indikasi kuat bahwa keduanya saling terhubung secara biologi, dan menghasilkan kerusakan,” ujar Coccaro.
Tidak berarto bahwa pengobatan anti peradangan seperti aspirin dapat meredakan orang yang pemarah, demikian menurut Coccaro. Tapi setidaknya penemuan ini memberi petunjuk baru atas studi-studi lanjutan di masa depan. Bisa jadi pengurangan peradangan mampu menekan agresivitas seseorang.
Orang dengan IED meberi reaksi berlebihan pada situasi stres, sehingga tidak mampu mengontrol kemarahan dan kekerasan. Kondisi ini mempengaruhi profesionalitas dan kehidupan sosial mereka, bahkan bisa berisiko ke masalah mental seperti depresi, kecemasan berlebih, serta penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Mereka juga berisiko mengalami peningkatan problem kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Sejauh ini pengobatan bagi penderita IED adalah dengan menggunakan stabilisasi mood dan psikoterapi, tapi tidak selalu berhasil bagi semua pasien, menurut Coccaro.
Spoiler for bonus:
please banget ane minta
sama
nya


Jangan lupa KOMENG....
Spoiler for sumber:
0
882
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan