Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

arda17Avatar border
TS
arda17
Ketika Istora Senayan Menjadi Pasar Malam
Penonton Senayan terkenal fanatik. Tapi sayangnya kadang kalau mereka juga tak simpatik. Bahkan lebih parah, mereka bisa brutal, seperti yang terjadi dalam final Piala Thomas 1967 - yang kemudian terkenal dengan "Peristiwa Scheele".

Quote:


Akibat, tindak-tanduk penonton yang mengacaukan suasana pertandingan final Indonesia melawan Malaysia, wasit kehormatan Herbert Scheele menghentikan pertandingan. Lalu turunlah keputusan IBF yang memindahkan tempat pertandingan lanjutan. Indonesia menampik, dan piala pun terbang ke Kuala Lumpur.

Tragedi itu di awali dengan mendaratnya empat tim yang membawa citra bulutangkis zonenya masing-masing ke Jakarta. Denmark (juara zone Eropa), Malaysia (Asia), Amerika Serikat (Amerika) dan Jepang (Australia). Mereka akan saling berlaga untuk menentukan penantang paling tegar bagi Indonesia, pemegang gelar.

Seperti babak demi babak pertandingan yang mengalir biasa saja, final pun sebenarnya tak ada istimewanya. Namun ramalan Malaysia yang turun bagai kilat di pagi hari, hal-hal non teknis yang menggelisahkan dari kubu dan penonton Indonesia serta Pak Tua Scheele yang tak tinggal diam, melahirkan jalan peristiwa tersebut.

Kesempatan Terbaik

Begitu menghirup udara Jakarta, pimpinan tim Malaysia, Mohammad Khir Johari, mencanangkan: "Kesempatan Malaysia untuk merebut Piala Thomas tak pernah sebaik sekarang. Pemain kami cukup menyadari jika mereka tak berhasil menggondol piala tersebut tahun ini, maka kesempatan untuk berbuat demikian mungkin akan hilang untuk waktu yang lama."

Johari tampaknya telah memperhitungkan kondisi para kontestan yang terlibat dalam perebutan Piala Thomas tahun itu. Mula-mula tentang Denmark, lawan pertama mereka, yang diperkuat dua juarai All England 1967: Erland Kops dan ganda Kops/Henning Borch.

Johari tak perduli dengan tekad Kops yang akan bermain habis-habisan mengingat ini penampilannya terakhir bagi tim Denmark. Seorang "maestro" tentu ingin mundur dengan "tembakan salvo".

Kalau benar Malaysia bisa menghentikan Denmark, maka Jepang yang punya kans besar dalam pertarungan pertamanya dengan Amerika Serikat, segera akan mencoba menjegal Malaysia. Namun untuk ini pun Johari telah memperhitungkan bahwa timnya dengan "kartu as" Tan Aik Huang yang sebenarnya mulai tumpul, masih sanggup meredam sabetan para samurai Jepang.

Perhitungan Johari banyak benarnya. Denmark mereka bantai 7-2. Jepang pun seolah menjalankan tugas melindas Amerika Serikat 7-2, untuk kemudian menyerah 3-6 pada Malaysia. Apakah Johari bersungguh-sungguh memasukkan tumbangnya Indonesia dalam perhitungannya? Entahlah, yang jelas firasat buruk mulai melanda kubu tuan rumah.

Pak Harto: Kalau Kalah

Pemilihan tim Indonesia berlangsung dua tahap. Bapak memilih astronout, tahap pertama dipilih 9 dari 12 pemain pelatnas. Loloslah nama-nama Ferry Sonneville dan Eddy Yusuf (keduanya sudah 36 tahun), lalu Tan King Gwan, Tan Joe Hok, Unang AP, Mulyadi, Darmadi, Agus Susanto, sampai Rudy Hartono, si bocah yang masih setengah usia Ferry. Dalam tahap kedua, akan dipilih dua pertiganya.

Firasat buruk mulai mewujud dengan tersebarnya dua keputusan yang bertolak belakang. Usai pertemuan dengan PBSI, pimpinan pelatnas dan tokoh-tokoh olahraga, Dirjen Olahraga Soekamto Sajidiman menyatakan Ferry tak dipasang dalam tim, karena prestasinya menurun. Tapi esoknya, koran-koran memuat berita bahwa Ferry tetap dipasang.

Soekamto tentu terkejut. Setelah mencek berita tersebut, ia langsung lapor pada Presiden. Laporan Soekamto yang diakhiri analisanya bahwa Indonesia kemungkinan besar akan kalah, disimak penuh perhatian oleh Presiden. Setengah memotong, Pak Harto bertanya: "Apa benar?" Akhirnya Pak Harto membuat pilihan ini: "Kalau begitu saya tak ikut menonton. Sebagai manusia, kalau saya melihat jago-jago bulutangkis saya kalah, saya sulit menahan emosi. Jadi saya menonton lewat layar televisi saja."

Smes Terbang

Istora penuh sesak. 12.000 pasang mata hadir untuk menyaksikan rangkaian partai puncak Indonesia lawan Malaysia berikut:
1. Ferry Sonneville - Yew Cheng Hoe
2. Rudy Hartono - Tan Aik Huang
3. Unang AP/King Gwang - Ng Boon Bee/Tan Yee Khan
4. Mulyadi/Agus Susanto - Tan Aik Huang/Teh Kew San
5. Ferry Sonnevile - Tan Aik Huang
6. Rudy Hartono - Yew Cheng Hoe
7. Mulyadi - Teh Kew San
8. Mulyadi/Agus Susanto - Ng Boon Bee/Tan Yee Khan
9. Unang AP/King Gwan - Tan Aik Huang/Teh Kew San

Ferry, arsitek kemenangan Indonesia ketika pertama kali mengecup Piala Thomas, di tahun 1958 saat itu bukan Ferry yang masih perkasa. Walau tetap mengandalkan "otak", namun Ferry yang lamban sering terjebak dalam kesalahan teknis dan taktisnya sendiri. Cheng Hoe yang tak punya smes istimewa hanya menyambar lob-lob tanggung Ferry, yang jumlahnya begitu banyak dari menit ke menit Ferry menyerah 9-15 dan 7-15. Penonton jadi gusar.

Si "belia" Rudy yang turun di partai selanjutnya ternyata berhasil mempermainkan Aik Huang. Penonton beralih dari gusar, jadi berjingkrak-jingkrak. Rudy benar-benar menguasai lapangan dan hapal ke mana bola mau dihunjamkan Aik Huang. Bahkan dengan resep khusus Rudy yang mengajak lawan bermain rally kemudian dikejutkan dengan dua smes sebagai penutup. Aik Huang jadi kartu mati.

Dengan sebuah smes terbang, Rudy menghabisi Aik Huang 15-8 di set kedua.

Mungkin hanya itulah perhitungan Johari yang meleset, atau bisa juga telah diperhitungkannya sedemikian rupa. Buktinya setelah itu publik Istora hanya bisa mengejek, kecewa dan marah melihat pembantaian Malaysia. Unang AP/King Gwan kalah 6-15 dan 7-15. Mulyadi/Agus Susanto menyerah 17-16, 6-15, dan 12-15. Kedudukan sementara: Indonesia 1, Malaysia 3.

Penonton Senayan terkenal fanatik. Tapi sayangnya kadang kala mereka juga tak simpatik. Bahkan lebih parah, mereka bisa brutal, seperti yang terjadi dalam final Piala Thomas 1967 - yang kemudian terkenal dengan "Peristiwa Scheele".

Penonton yang bubar dari Istora ribut berdesah: "Oh Tuhan, bisakah merebut empat dari lima partai esok malam?" Dan mereka bertekad selain berdoa, besok akan memberi dukungan habis-habisan.

Mulai Bikin Ulah

Pada partai pertama di malam kedua, Ferry kembali dipermainkan, kali ini oleh Aik Huang. Penonton yang tadinya siap meledak untuk mendukung, berbalik jadi mengejek berkepanjangan. Ferry menyerah lagi, dan dengan wajah lesu ia berjalan gontai ke ruang ganti. Indonesia 1 Malaysia 4. Setitik lagi habis sudah.

Rudy si bocah ajaib masuk lapangan. Penonton pun kembali berjingkrak dan menambah utas tali harapan melihat Rudy mengocok lagi seorang pemain senior Malaysia. Cheng Hoe hanya tinggal nama besar ketika dibabat permainan cantik Rudy 5-15 dan 9-15. Indonesia 2, Malaysia 4.

Giliran Mulyadi melangkah mengisi lapangan. Dia bisa jadi penyambung atau pemusnah harapan. Tekad adu nafas, adu mental baja dan adu ngotot diterjemahkan Mulyadi dalam bentuk adu rally. Smes begitu dihematnya. Sebaliknya, Kew San yang congkak ingin menghabisi, akhirnya malah kehabisan bensin dan takluk 15-18 dan 4-15. Penonton makin berjingkrak dan mengejek pemain Malaysia dalam cara apa saja. Indonesia 3, Malaysia 4.

Tibalah pertarungan sektor ganda. Penonton sadar di sinilah Indonesia kemarin dibantai. Tampaknya malam ini juga akan begitu. Lihat, Boon Bee/Yee Khan menghabisi Mulyadi/Agus 15-2 di set pertama.

Dan pada set kedua ketika pasangan Indonesia tertinggal 2-10, entah siapa yang mulai, penonton mencoba formula baru. Mereka berteriak tak karuan tak hanya saat pemain Malaysia memukul bola, tapi juga saat mereka melakukan servis. Formula ini tampaknya berhasil. Mulyadi/Agus makin maju mengejar, sampai 11-11.

Huuuuu...!

Suasana kacau itu terus berlangsung, dan Scheele mulai gelisah. Mondar-mandir. Melalui beberapa petugas pertandingan, dia berusaha memanggil Ketua PBSI Padmo Sumasto. Tak berhasil. Dia beralih berdiri di samping wasit. Lalu mondar-mandir lagi dengan wajah tak sedap.

Kemudian, dengan gaya yang menusuk perasaan orang Timur, tangan kiri Scheele berkecak pinggang, tangan kanannya melambai ke tribun kehormatan. Mungkin maksudnya memanggil Ketua PBSI. Tapi di tribun itu yang duduk bukan hanya Pak Padmo, melainkan ada juga Ketua MPRS A.H. Nasution, Ketua DPR-GR, H. Sjaichu, serta Menutama Sri Sultan, dan lain-lain pejabat penting. Padmo yang merasa tak enak, tampaknya sengaja tak turun meladeni sikap congkak Scheele.

Scheele belum berhenti dengan ketidakpuasannya. Dia menghentikan pertandingan, dan bicara langsung dengan kedua pemain di lapangan. Wasit Tom Bacher dari Denmark hanya bisa menatap nanar tindakan Scheele itu.

Kemudian Scheele menuju corong. Rupanya ingin menenangkan massa yang semakin bersorak. Begitu bahasa Inggrisnya keluar dari bibir, penonton yang sudah tak suka padanya segera menimpali: "Huuuuu...!"

Bisa dimengerti, dengan dukungan penonton yang berjingkrak dan bersorak-sorak itu, ketika pertandingan dimulai lagi Mulyadi/Agus balik memimpin 12-11. Scheele yang telinganya mulai panas, masih coba bicara sejenak dengan Ferry. Konon dia menawarkan pertandingan dilanjutkan esok saja tanpa penonton. Indonesia menolak.

Set kedua yang berlangsung dalam suasana pasar malam itu akhirnya dimenangkan Mulyadi/Agus 18-13. Ini sesuai dengan harapan dan sepak terjang penonton. Tapi lain dengan harapan dan sepak terjang Scheele. Secara demonstratif ia mengenakan jasnya dan berlalu dari lapangan dengan pengawalan ketat.

Penonton makin menjadi. Banyak yang turun ke pinggir lapangan. Petugas keamanan memblokade seputar lapangan. Wartawan yang coba menyodok pun ditarik. Lagu "Indonesia Raya", "Halo-Halo Bandung", dan teriakan "Hidup!" bercampur seloka-seloka tak ramah berdentum sama kerasnya.

Para pemain Malaysia tenang saja seperti air dingin. Mereka tak mengajukan tuduhan, bahkan tadi Scheele-lah yang menghubungi Johari. Akhirnya, di kamar ganti regu Malaysia, ofisial kedua finalis berunding. Hasilnya: jam 22.45 Padmo Sumasto mengumumkan bahwa atas persetujuan bersama pertandingan malam itu dihentikan dalam keadaan "undecided" (tak diputus kalah menang). Selanjutnya akan diputuskan dalam sidang IBF.

Sportivitas

Malaysia mengusulkan hanya sisa pertandingan yang dilanjutkan, dan dilangsungkan di negara netral. Sebaliknya Indonesia minta diulang seluruh partai dengan prinsip "challenge round" 9 partai dalam 2 hari. Soal tempat, Indonesia tak sepakat dengan tempat netral. Bahkan jika Malaysia tak bersedia ke Jakarta, Indonesia siap ke Kuala Lumpur.

Alhasil sidang IBF 4 Juli di London memutuskan pertandingan partai sisa dilanjutkan di Selandia Baru bulan Oktober. Usul Indonesia tenggelam dalam voting.

Lalu seperti yang kita pelajari dalam sejarah sejak SD, PBSI menolak keputusan IBF dan dinyatakan kalah WO. Piala Thomas pun terbang, kembali ke IBF untuk disampaikan pada Malaysia.

Apa komentar Scheele atas tindakan kontroversialnya? Sehari setelah meninggalkan Jakarta, di Selandia Baru dia berbisik kepada pers bahwa ia menghentikan pertandingan tersebut karena penonton Indonesia telah mengancam akan "membunuh" pemain-pemain Malaysia.

Diuraikannya, pasangan Malaysia Boon Bee/Yee Khan yang telah memimpin 10-2 di set kedua menjadi takut dan karena itu lalu kalah. Ia sendiri mengaku ditahan di Istora dalam sebuah kamar yang dikunci dari luar sampai lewat tengah malam dan dikawal ke luar untuk menjaganya terhadap "gerombolan-gerombolan" yang sedang menunggu dia maupun pemain Malaysia di luar gedung.

Lain hari di Singapura, kepada pers Scheele memberi alasan praktis tentang tindakannya itu: "Penonton Indonesia harus diajar sportivitas dan obyektivitas. Di Jakarta tak mungkin lagi dilangsungkan pertandingan internasional!"

Kata-kata kecewa almarhum Scheele tersebut untungnya tak terbukti untuk selanjutnya. Bahkan dia sendiri banyak membantu PBSI dengan mesra untuk menjalankan banyak turnamen internasional di Jakarta sampai akhir hayatnya.

Syukurlah. Dan tentu kita akan lebih bersyukur kalau fanatisme publik kita tetap terpelihara, tapi dengan sportivitas yang tinggi. Jangan sampai terulang "peristiwa Scheele" yang sama sekali tak menguntungkan itu.


Quote:
0
2.3K
13
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan