- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Perbudakan Manusia Kembali Terjadi Di Indonesia, Salah Siapa?


TS
PutraIpoet
Perbudakan Manusia Kembali Terjadi Di Indonesia, Salah Siapa?
Miris ane gan, kembali terjadi perbudakan di mana pekerja harus kerja siang malam, mendapat kekerasan fisik dan tidak digaji. Kejadiannya di Bogor, nggak jauh dari Jakarta,boro-boro melindungi saudara kita yg kerja di luat negeri ya? 

SUMUR1
SUMUR
Menurut agan dan aganwati apa nih solusi untuk masalah ini? Share di mari ya. Jangan mentang2 pelakunya orang gedongan trus bebas dari jeratan hukum.
Kalo berkenan tolong
dan kirimin ane cendol ya. 


Quote:
Belasan Pekerja Rumah Tangga (PRT) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja di wilayah Bogor, melarikan diri karena tidak digaji majikan. Beberapa di antaranya masih di bawah umur.
Mereka bekerja di Perumahan Bogor Baru sebagai penjaga rumah, tukang kebun, tukang masak dan lainnya. Mereka nekat melarikan diri karena gaji mereka selama bekerja tidak kunjung dibayar. Mereka mengaku hanya diberi makan dan uang saku sebesar 10 ribu rupiah per hari.
Dari rumah majikan, mereka berjalan menuju gerbang tol Baranangsiang, Kota Bogor dan sempat berteduh di kantor Jasamarga Baranangsiang.
Awalnya, petugas satpam yang piket mengira mereka adalah pekerja jalan tol. Namun ternyata hingga pergantian hari, mereka tetap berada di kantor Jasamarga tersebut. Lalu satpam yang piket menghampiri. Setelah ditanya, ternyata mereka adalah pembantu yang melarikan diri dari rumah majikannya.
"Saya langsung menyuruh mereka masuk untuk istirahat dan kami beri makan," kata satpam tersebut kepada detikcom, Minggu (30/9/2012).
Saat di kantor Jasamarga, kondisi belasan pekerja rumah tangga tersebut terlihat lemah. Sementara itu, Pihak Reskrim Polres Bogor Kota yang mendapat laporan langsung datang dan mendata ke-14 pekerja tersebut. Dari hasil pendataan, pekerja tersebut ada yang berasal dari Sumba, Kupang dan daerah lain di NTT.
"Setelah kita data, mereka ada yang bekerja 1 hingga 2 tahun di rumah majikannya," kata Kasat Reskrim Polres Bogor Kota AKP Didik Purwanto di lokasi.
Polisi membawa ke-14 pekerja ke Mapolres Bogor Kota untuk laporan dan pemeriksaan lebih lanjut. "Kita akan selidiki lagi apa mereka juga mengalami kekerasan atau tidak," tutup Didik.
Mereka bekerja di Perumahan Bogor Baru sebagai penjaga rumah, tukang kebun, tukang masak dan lainnya. Mereka nekat melarikan diri karena gaji mereka selama bekerja tidak kunjung dibayar. Mereka mengaku hanya diberi makan dan uang saku sebesar 10 ribu rupiah per hari.
Dari rumah majikan, mereka berjalan menuju gerbang tol Baranangsiang, Kota Bogor dan sempat berteduh di kantor Jasamarga Baranangsiang.
Awalnya, petugas satpam yang piket mengira mereka adalah pekerja jalan tol. Namun ternyata hingga pergantian hari, mereka tetap berada di kantor Jasamarga tersebut. Lalu satpam yang piket menghampiri. Setelah ditanya, ternyata mereka adalah pembantu yang melarikan diri dari rumah majikannya.
"Saya langsung menyuruh mereka masuk untuk istirahat dan kami beri makan," kata satpam tersebut kepada detikcom, Minggu (30/9/2012).
Saat di kantor Jasamarga, kondisi belasan pekerja rumah tangga tersebut terlihat lemah. Sementara itu, Pihak Reskrim Polres Bogor Kota yang mendapat laporan langsung datang dan mendata ke-14 pekerja tersebut. Dari hasil pendataan, pekerja tersebut ada yang berasal dari Sumba, Kupang dan daerah lain di NTT.
"Setelah kita data, mereka ada yang bekerja 1 hingga 2 tahun di rumah majikannya," kata Kasat Reskrim Polres Bogor Kota AKP Didik Purwanto di lokasi.
Polisi membawa ke-14 pekerja ke Mapolres Bogor Kota untuk laporan dan pemeriksaan lebih lanjut. "Kita akan selidiki lagi apa mereka juga mengalami kekerasan atau tidak," tutup Didik.
Quote:
BOGOR, KOMPAS.com - Dua perwira penyidik Kepolisian Resor Bogor Kota keluar dari rumah mewah nomor 18 Blok C5, Jalan Danau Matana, Kompleks Duta Pakuan, Tegal Lega, Kota Bogor, Selasa (18/2). Tidak banyak informasi yang diperoleh dari kedua penyidik itu.
Mereka irit bicara meski diberondong pertanyaan reporter media massa. Yang terang, kedatangan mereka untuk menyelidiki kasus dugaan penganiayaan dan penyekapan terhadap 15 pekerja rumah tangga di rumah mewah itu. Pelakunya diduga M, istri Brigadir Jenderal (Pol) MS, petinggi di Mabes Polri.
Rumah itu berlantai dua, berwarna dinding merah jambu, berwarna atap hijau, berpagar setinggi 3 meter disertai lilitan kawat berduri di pucuknya. Di bagian atas tampak antena televisi berbayar.
Kasus ini berawal dari laporan seorang pekerja perempuan MS bernama Yuliana Leiwer (19) ke Polres Bogor Kota, Jumat (14/2). Yuliana mengadu telah mengalami penganiayaan fisik dan tidak digaji selama tiga bulan oleh istri MS.
Yuliana bekerja di rumah keluarga MS sejak November 2013. Selain dirinya, ada 14 pekerja lagi. Yuliana adalah satu dari sembilan pekerja perempuan. Selain itu, ada enam pekerja lelaki.
Yuliana mengadu bahwa selama bekerja, para pekerja kerap mendapat perlakuan kasar, yakni ditampar dan dicakar oleh M, istri MS. Alasan majikan, kerja pekerja keliru meski kesalahan amat kecil.
Mereka dipekerjakan pukul 05.00-24.00. Selepas itu, mereka baru boleh beristirahat. Jenis pekerjaan beragam, antara lain sebagai penjaga rumah, pekerja kebun, dan pemasak. Namun, mereka tidak digaji.
Yuliana tidak betah dan mencoba kabur. Namun, upaya melarikan diri ternyata sulit terwujud karena jendela berteralis dan pagar berkawat duri. Selain itu, juga ada petugas jaga.
Dalam satu kesempatan, Yuliana yang berasal dari Aru Selatan, Maluku Tenggara, bisa mendapatkan kembali telepon seluler dan mengirim pesan singkat (SMS) berisi permintaan tolong kepada kerabat. Salah satunya adalah seorang anggota TNI.
Pada Kamis (13/2) siang ada 20 lelaki datang ke rumah ketua RT setempat Hendardi. Tujuannya meminta izin untuk mendatangi rumah MS guna menyelamatkan Yuliana.
Para lelaki itu kemudian datang ke rumah MS. Tidak lama kemudian, MS datang dan terkejut melihat begitu banyak tamu. Sempat terjadi ketegangan, tetapi kemudian bisa diselesaikan dalam pembicaraan.
Dari pertemuan itu, Yuliana dibawa keluar dan diamankan oleh kerabat. Selanjutnya, Yuliana melapor ke polisi.
Dari penelusuran, peristiwa yang menimpa 15 pekerja itu mengulangi kejadian serupa pada September 2012. Waktu itu, 12 pekerja asal Nusa Tenggara Timur kabur dari rumah MS karena mendapat siksaan dan tidak digaji.
Kala itu, mereka kabur lalu mencoba mencari pertolongan di kantor PT Jasa Marga (Persero), Tol Jagorawi, Baranangsiang, Kota Bogor. Keberadaan mereka diketahui petugas yang kemudian datang, menjemput, dan membawa mereka ke kantor untuk dirawat dan dipulangkan ke daerah asal.
Upaya meminta konfirmasi pada MS belum berhasil. Kediaman itu sudah didatangi dua hari ini, tetapi tidak ada tanggapan dari M atau MS. (BRO)
Mereka irit bicara meski diberondong pertanyaan reporter media massa. Yang terang, kedatangan mereka untuk menyelidiki kasus dugaan penganiayaan dan penyekapan terhadap 15 pekerja rumah tangga di rumah mewah itu. Pelakunya diduga M, istri Brigadir Jenderal (Pol) MS, petinggi di Mabes Polri.
Rumah itu berlantai dua, berwarna dinding merah jambu, berwarna atap hijau, berpagar setinggi 3 meter disertai lilitan kawat berduri di pucuknya. Di bagian atas tampak antena televisi berbayar.
Kasus ini berawal dari laporan seorang pekerja perempuan MS bernama Yuliana Leiwer (19) ke Polres Bogor Kota, Jumat (14/2). Yuliana mengadu telah mengalami penganiayaan fisik dan tidak digaji selama tiga bulan oleh istri MS.
Yuliana bekerja di rumah keluarga MS sejak November 2013. Selain dirinya, ada 14 pekerja lagi. Yuliana adalah satu dari sembilan pekerja perempuan. Selain itu, ada enam pekerja lelaki.
Yuliana mengadu bahwa selama bekerja, para pekerja kerap mendapat perlakuan kasar, yakni ditampar dan dicakar oleh M, istri MS. Alasan majikan, kerja pekerja keliru meski kesalahan amat kecil.
Mereka dipekerjakan pukul 05.00-24.00. Selepas itu, mereka baru boleh beristirahat. Jenis pekerjaan beragam, antara lain sebagai penjaga rumah, pekerja kebun, dan pemasak. Namun, mereka tidak digaji.
Yuliana tidak betah dan mencoba kabur. Namun, upaya melarikan diri ternyata sulit terwujud karena jendela berteralis dan pagar berkawat duri. Selain itu, juga ada petugas jaga.
Dalam satu kesempatan, Yuliana yang berasal dari Aru Selatan, Maluku Tenggara, bisa mendapatkan kembali telepon seluler dan mengirim pesan singkat (SMS) berisi permintaan tolong kepada kerabat. Salah satunya adalah seorang anggota TNI.
Pada Kamis (13/2) siang ada 20 lelaki datang ke rumah ketua RT setempat Hendardi. Tujuannya meminta izin untuk mendatangi rumah MS guna menyelamatkan Yuliana.
Para lelaki itu kemudian datang ke rumah MS. Tidak lama kemudian, MS datang dan terkejut melihat begitu banyak tamu. Sempat terjadi ketegangan, tetapi kemudian bisa diselesaikan dalam pembicaraan.
Dari pertemuan itu, Yuliana dibawa keluar dan diamankan oleh kerabat. Selanjutnya, Yuliana melapor ke polisi.
Dari penelusuran, peristiwa yang menimpa 15 pekerja itu mengulangi kejadian serupa pada September 2012. Waktu itu, 12 pekerja asal Nusa Tenggara Timur kabur dari rumah MS karena mendapat siksaan dan tidak digaji.
Kala itu, mereka kabur lalu mencoba mencari pertolongan di kantor PT Jasa Marga (Persero), Tol Jagorawi, Baranangsiang, Kota Bogor. Keberadaan mereka diketahui petugas yang kemudian datang, menjemput, dan membawa mereka ke kantor untuk dirawat dan dipulangkan ke daerah asal.
Upaya meminta konfirmasi pada MS belum berhasil. Kediaman itu sudah didatangi dua hari ini, tetapi tidak ada tanggapan dari M atau MS. (BRO)
SUMUR1
SUMUR
Menurut agan dan aganwati apa nih solusi untuk masalah ini? Share di mari ya. Jangan mentang2 pelakunya orang gedongan trus bebas dari jeratan hukum.
Kalo berkenan tolong


Diubah oleh PutraIpoet 19-02-2014 10:06
0
1.9K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan