kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Pelajaran Pahit Anggito Abimanyu
Opini yang dituliskan Anggito Abimanyu di Harian Kompas seperti menjawab pandangan yang disampaikan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri tentang perlunya asuransi bencana. Terutama untuk petani yang ladangnya hancur akibat bencana alam, seharusnya ada asuransi yang menutupi kerugian itu agar petani bisa kembali bekerja dan berproduksi kembali.

Menurut Chatib Basri, kita belum memiliki sistem asuransi seperti itu. Akibatnya, negara tidak mampu untuk melindungi warganya ketika mereka terkena bencana. Bantuan yang bisa diberikan negara hanyalah anggaran penanggulangan bencana yang sudah dianggarkan di dalam APBN.

Anggaran tahun 2014 sebesar Rp 3 triliun sangat minim untuk bisa mengganti kerugian yang dialami masyarakat baik karena ladangnya hancur, rumahnya rusak, atau karena sakit atau meninggal dunia. Kerugian dalam satu kali bencana saja bisa mencapai puluhan triliunan rupiah, apalagi kalau dihitung satu tahun karena kita memang tinggal di kawasan sabuk api.

Di kolom ini kita pernah menyampaikan betapa irinya kita terhadap negara besar seperti Amerika Serikat. Kalau Sungai Missisippi meluap dan merusak lahan pertanian, Pemerintah AS hadir untuk memberikan ganti rugi. Bahkan kalau harga produk dunia anjlok tajam, Pemerintah AS hadir untuk membeli produk petani dengan harga yang wajar.

Itulah yang oleh Pemerintah AS diberikan sebagai bantuan kepada negara-negara miskin atau berkembang. Melalui program yang mereka namakan PL 480 atau Public Law 480, Pemerintah AS menjual kelebihan produk dari para petaninya melalui fasilitas kredit ekspor.

Dengan itulah petani di AS tidak pernah berhenti untuk berproduksi. Bahkan pertanian menjadi andalan perekonomian negara industri tersebut. Petani Amerika memiliki kehidupan yang baik, bahkan petani seperti Jimmy Carter pernah menjadi presiden negeri itu.

Anggito Abimanyu mencoba menawarkan gagasan untuk menjawab pertanyaan yang dilemparkan Menkeu. Sebagai pengajar Universitas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Anggito memiliki kapasitas untuk itu. Apalagi ia pernah juga menjabat sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

Kita sungguh terkejut ketika opini yang dituliskan Anggito digugat oleh beberapa pihak. Sebagian gagasan Anggito itu ternyata diambil dari opini yang pernah dituliskan Direktur Utama PT Jamsostek Hotbonar Sinaga.

Anggito menyangkal bahwa dirinya melakukan penjiplakan. Namun ia mengaku khilaf mengambil tulisan dari opini orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Itulah yang dirasakan sebagai mencederai dirinya sebagai seorang pengajar.

Atas rasa tanggung jawab profesi dan menyelamatkan institusi tempatnya mengajar, Anggito memutuskan untuk mundur sebagai pengajar di FE UGM. Anggito menyampaikan permohonan maaf karena kekhilafannya mengganggu kredibilitas dari almamaternya.

Kita hargai sikap ksatria dari Anggito. Semua orang harus bertanggung jawab atas tindakannya. Ketika ada hal yang mengganggu kredibilitas diri dan berkaitan dengan etika, maka orang itu harus berani untuk membayar kesalahannya.

Selama ini kita melihat banyak orang bersikukuh dengan sikapnya yang keliru. Bahkan ketika sudah terkait dengan tindakan tercela, banyak yang mencoba berkelit. Ia masih berpura-pura tidak bersalah, padahal terkait dengan urusan korupsi.

Itulah yang kita lihat dilakukan para politisi sekarang ini. Bahkan partai politik ikut untuk melindungi anggotanya. Mereka tidak berani untuk bercermin diri, padahal akhirnya terbukti juga melakukan kejahatan.

Anggito sendiri selama ini dikenal sebagai sosok pribadi yang santun. Ia adalah tipe ilmuwan yang terus mencoba melakukan inovasi. Di mata para mahasiswa ia adalah tipikal pengajar yang mampu merangsang cara berpikir kritis.

Sungguh disayangkan bahwa Anggito harus tersandung oleh tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang ilmuwan. Mengutip pemikiran orang lain bukanlah sesuatu yang dilarang. Namun aturan keilmuwan mengharuskan kita untuk bersikap jujur. Kita harus menjelaskan dari mana kutipan itu kita ambil.

Kasus Anggito memberi pelajaran kepada kita untuk lebih berhati-hati dalam bertindak. Kita tentu sedih harus kehilangan pengajar seperti Anggito. Namun Anggito juga membesarkan hati kita bahwa negeri ini masih memiliki orang yang punya hati dan mereka menempatkan kehormatan di atas segala-galanya.
0
1.7K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan