- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tempat di Indonesia yang dibangun dalam 1 malam ( legenda )
TS
davidindra5758
Tempat di Indonesia yang dibangun dalam 1 malam ( legenda )
Ane kaga bisa basa basi,
ane buat trit ini karena ane nda habis rasa kagum sama bumi pertiwi ini yang banyak objek wisata disertai legenda-legenda nya.
Ada beberapa tempat di Indonesia yang berkembang turun temurun kalo tempat ini dibuat dalam waktu 1 malam
kalo itu benar, teknologi maju saja kalah sama nenek moyang kita gan!
apa dibantu ama allien yah?
Daripada baca trit yang ngajak adu domba kita mendingan cek yang ane kumpulin dari mbah Google yah gan.
5. JEMBATAN GANTUNG SUNGKUNG

Agan" ada yang mau menambahkan?
Kalo ikhlas tolong dikasih cendol yah gan, ane haus habis typing neah
Ane kaga butuh
karena ane rumahnya udah jadi 
ane buat trit ini karena ane nda habis rasa kagum sama bumi pertiwi ini yang banyak objek wisata disertai legenda-legenda nya.
Ada beberapa tempat di Indonesia yang berkembang turun temurun kalo tempat ini dibuat dalam waktu 1 malam

kalo itu benar, teknologi maju saja kalah sama nenek moyang kita gan!
apa dibantu ama allien yah?

Daripada baca trit yang ngajak adu domba kita mendingan cek yang ane kumpulin dari mbah Google yah gan.
Tempat di Indonesia yang dibangun dalam 1 malam
Quote:
1. CANDI PRAMBANAN


Quote:
Spoiler for CANDI PRAMBANAN:
1. CANDI PRAMBANAN
Cerita di Balik Candi pembangunan (terjadinya) candi Prambanan
Ada kisah yang saya dengar pada awalnya ada seorang kesatria yang memiliki nama Bandung Bandowoso yang hendak menikahi seorang putri yang memiliki nama Rara Jonggrang. Rara Jonggrang ternyata tidak menyukai Bandung Bandawasa dan hendak menolak lamaran sang kesatria Bandung Bandawasa tersebut. Rara Jonggrang tidak ingin menyakiti hati Bandung Bandawasa dan akhirnya dia menolak dengan cara yang halus, dia meminta agar dibuatkan 1000 (seribu) candi dalam kurun waktu 1 (satu) malam. Rara Jonggrang berfikir Bandung tidak akan bisa memenuhi permintaannya tersebut, tanpa di kira ternyata Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Rara Jonggrang tersebut. Akhirnya pada suatu malam yang telah ditentukan Bandung Bandawasa memulai membuat candi tersebut dengan bantuan Jin. Pembuatan 1000 candi hampir selesai dibuat, akhirnya Rara Jonggrang merasa panik dan memikirkan suatu cara agar Bandung gagal dalam pembuatan 1000 candi tersebut. Ditipulah Bandung dan Jin nya dengan suara ayam dan aktifitas warga, sehingga Bandung dan Jin nya menganggap sudah pagi. Jin yang takut terkena sinar matahari akhirnya meninggalkan pekerjaan membuat candinya karena menganggap waktu itu sudah pagi. Tanpa diketahui ternyata usaha Rara Jonggrang tersebut diketahui oleh Bandung Bandawasa dan akhirnya rara jonggrang dijadikan candi yang ke 1000 sebagai pelengkap 999 candiu yang telah dia buat bersama dengan Jin nya. Benar atau tidak cerita ini saya juga kurang tau pasti karena pada kenyataannya hanya terdapat ratusan candi saja di candi tersebut. Sampai sekarang cerita mengenai candi prambanan ini masih menjadi legenda.

Cerita di Balik Candi pembangunan (terjadinya) candi Prambanan
Ada kisah yang saya dengar pada awalnya ada seorang kesatria yang memiliki nama Bandung Bandowoso yang hendak menikahi seorang putri yang memiliki nama Rara Jonggrang. Rara Jonggrang ternyata tidak menyukai Bandung Bandawasa dan hendak menolak lamaran sang kesatria Bandung Bandawasa tersebut. Rara Jonggrang tidak ingin menyakiti hati Bandung Bandawasa dan akhirnya dia menolak dengan cara yang halus, dia meminta agar dibuatkan 1000 (seribu) candi dalam kurun waktu 1 (satu) malam. Rara Jonggrang berfikir Bandung tidak akan bisa memenuhi permintaannya tersebut, tanpa di kira ternyata Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Rara Jonggrang tersebut. Akhirnya pada suatu malam yang telah ditentukan Bandung Bandawasa memulai membuat candi tersebut dengan bantuan Jin. Pembuatan 1000 candi hampir selesai dibuat, akhirnya Rara Jonggrang merasa panik dan memikirkan suatu cara agar Bandung gagal dalam pembuatan 1000 candi tersebut. Ditipulah Bandung dan Jin nya dengan suara ayam dan aktifitas warga, sehingga Bandung dan Jin nya menganggap sudah pagi. Jin yang takut terkena sinar matahari akhirnya meninggalkan pekerjaan membuat candinya karena menganggap waktu itu sudah pagi. Tanpa diketahui ternyata usaha Rara Jonggrang tersebut diketahui oleh Bandung Bandawasa dan akhirnya rara jonggrang dijadikan candi yang ke 1000 sebagai pelengkap 999 candiu yang telah dia buat bersama dengan Jin nya. Benar atau tidak cerita ini saya juga kurang tau pasti karena pada kenyataannya hanya terdapat ratusan candi saja di candi tersebut. Sampai sekarang cerita mengenai candi prambanan ini masih menjadi legenda.

Quote:
2. MESJID TIBAN


Quote:
Spoiler for MESJID AJAIB:
Masjid Ajaib atau juga Masjid Tiban adalah sebenarnya Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama yang cukup panjang yang mempunyai makna Laut Madu atau, "Fadilah Rohmat" (Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa)[1]
Disebut Masjid tiban karena Konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”, dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah. Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
Tapi tetep saja sampai sekarang masyarakat lebih mempercayai kalo mesjid itu dibuat dalam waktu semalam

Disebut Masjid tiban karena Konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”, dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah. Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
Tapi tetep saja sampai sekarang masyarakat lebih mempercayai kalo mesjid itu dibuat dalam waktu semalam


Quote:
3. TANGKUBAN PERAHU

Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Legenda Gunung Tangkuban Perahu
Quote:
Spoiler for LEGENDA TANGKUBAN PERAHU:
Agan" pasti udah pada tau donk asal-usul dari Gunung Tangkuban Perahu ini? CINTA TERLARANG 

Gunung tangkuban perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang yang menjalani cinta terlarang karena jatuh cinta kepada ibunya sendiri yakni Dayang Sumbi. Saking cintanya dengan Dayang Sumbi, Sangkurian berniat untuk menikahinya. Namun dayang Sumbi mengajukan sebuah syarat yang harus dipenuhi sangkurian jika mau menikahinya yang bertujuan untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuatkan perahu dalam waktu satu malam. Namun Sangkuriang gagal melakukanya,ia pun marah dan menendang kapal tersebut sehingga tertelungkup. Perahu yang dalam keadaan tertelungkup (nangkub dalam bahasa sunda) itulah yang menjadi asal muasal penamaan gunung tangkuban perahu



Gunung tangkuban perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang yang menjalani cinta terlarang karena jatuh cinta kepada ibunya sendiri yakni Dayang Sumbi. Saking cintanya dengan Dayang Sumbi, Sangkurian berniat untuk menikahinya. Namun dayang Sumbi mengajukan sebuah syarat yang harus dipenuhi sangkurian jika mau menikahinya yang bertujuan untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuatkan perahu dalam waktu satu malam. Namun Sangkuriang gagal melakukanya,ia pun marah dan menendang kapal tersebut sehingga tertelungkup. Perahu yang dalam keadaan tertelungkup (nangkub dalam bahasa sunda) itulah yang menjadi asal muasal penamaan gunung tangkuban perahu


Quote:
4. MESJID AGUNG SANG CIPTA RASA


Spoiler for MESJID AGUNG SANG CIPTA RASA:
Quote:
Masjid yang satu ini tergolong unik, antik, dan bersejarah: dibangun tahun 1500 – lebih dari 500 tahun usianya! Terdapat di Cirebon, Jawa Barat, syahdan masjid ini dibangun oleh warga Cirebon dan Demak di bawah pengawasan Walisanga. Bangunannya dirancang oleh Raden Sepat dari Demak, di bawah pengawasan Sunan Kalijaga.
Berbentuk bujur sangkar, luas masjid itu 625 m2. Bentuk tersebut sengaja dibuat untuk menyesuaikannya dengan konstruksi joglo masjid itu. Sedang nama Sang Cipta Rasa diberikan oleh Sunan Gunung Jati, karena ia menganggap masjid tersebut merupakan upaya pendekatan diri dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Itu yang menyebabkan masjid ini benar-benar menggunakan nama Indonesia, bukan nama Arab seperti lazimnya.
Arsitektur masjid ini tampak masih sangat kuat dipengaruhi kultur “Hindu-Jawa”. Yaitu, menggunakan atap tumpang tiga dengan konstruksi joglo. Keseluruhan bangunan terbuat dari kayu jati, karena, saat pembangunannya, jenis kayu kuat itu sangat disukai dan merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak sekali digunakan, terutama oleh kaum bangsawan. Kayu jati tersebut diperoleh dari Cirebon sendiri di samping didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Alkisah, beberapa tahun setelah masjid ini dibangun, atapnya disambar petir. Karena itu atapnya yang semula berpola joglo diganti dengan atap limasan. Perubahan bentuk atap ini dikaitkan dengan paham yang menyatakan bahwa di hadapan Tuhan manusia adalah sama, apakah ia kaya atau miskin, bangsawan atau bukan.
Jika kita memasuki ruang shalat, akan tampak tiga buah ubin di depan mihrab – ubin pertama dari lubang mihrab. Ketiga ubin tersebut masing-masing dibuat oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga. Begitulah yang diketahui masyarakat Cirebon.
Bangunan masjid ini memang menyimpan sejumlah keunikan. Salah satunya adalah pintu yang terdapat di sana. Di samping pintu yang ada di sebelah kiri dan kanan masjid, terdapat juga delapan pintu lainnya. Orang harus berhati-hati saat masuk atau keluar melalui salah satu pintu tersebut, karena pintu-pintu itu kecil dan sangat rendah, sehingga terkadang orang harus berjongkok untuk melaluinya.
Mungkin, karena tuanya dan sarat menyimpan sejarah, lahirlah cerita dari mulut ke mulut yang tidak masuk akal atau sesuatu yang mistis sifatnya tentang masjid ini. Misalnya, ada orang yang mengatakan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun dalam satu malam, yaitu dimulai setelah waktu isya dan selesai menjelang fajar. Dengan demikian masjid tersebut telah dapat digunakan untuk shalat Subuh.
Ada pula yang percaya, barang siapa melaksanakan shalat Jumat berturut-turut selama 40 kali di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, nilai ibadahnya sama dengan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Lalu, ada pula yang percaya, jika orang melaksanakan shalat Jumat di masjid ini, ia akan bertemu Nabi Khidhir atau Sunan Kalijaga.
Banyak jamaah dari kalangan wanita yang juga menyempatkan shalat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini. Mungkin karena alasan lain yang mistis sifatnya. Misalnya, sebagai ikhtiar agar mudah mendapatkan jodoh, murah rezeki, atau semakin dikasihi suami, dan lain-lain. Wallahu’alam.
Di masjid ini dikenal pula apa yang disebut “adzan pitu” atau “adzan tujuh” menjelang shalat Jumat. Yang dimaksud, memang, adzan yang dibawakan oleh tujuh orang. Adzan pitu, yang kemudian menjadi tradisi di masjid tersebut, mempunyai legendanya sendiri.

Berbentuk bujur sangkar, luas masjid itu 625 m2. Bentuk tersebut sengaja dibuat untuk menyesuaikannya dengan konstruksi joglo masjid itu. Sedang nama Sang Cipta Rasa diberikan oleh Sunan Gunung Jati, karena ia menganggap masjid tersebut merupakan upaya pendekatan diri dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Itu yang menyebabkan masjid ini benar-benar menggunakan nama Indonesia, bukan nama Arab seperti lazimnya.
Arsitektur masjid ini tampak masih sangat kuat dipengaruhi kultur “Hindu-Jawa”. Yaitu, menggunakan atap tumpang tiga dengan konstruksi joglo. Keseluruhan bangunan terbuat dari kayu jati, karena, saat pembangunannya, jenis kayu kuat itu sangat disukai dan merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak sekali digunakan, terutama oleh kaum bangsawan. Kayu jati tersebut diperoleh dari Cirebon sendiri di samping didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
[img]
[/img]
[/img]Alkisah, beberapa tahun setelah masjid ini dibangun, atapnya disambar petir. Karena itu atapnya yang semula berpola joglo diganti dengan atap limasan. Perubahan bentuk atap ini dikaitkan dengan paham yang menyatakan bahwa di hadapan Tuhan manusia adalah sama, apakah ia kaya atau miskin, bangsawan atau bukan.
Jika kita memasuki ruang shalat, akan tampak tiga buah ubin di depan mihrab – ubin pertama dari lubang mihrab. Ketiga ubin tersebut masing-masing dibuat oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga. Begitulah yang diketahui masyarakat Cirebon.
Bangunan masjid ini memang menyimpan sejumlah keunikan. Salah satunya adalah pintu yang terdapat di sana. Di samping pintu yang ada di sebelah kiri dan kanan masjid, terdapat juga delapan pintu lainnya. Orang harus berhati-hati saat masuk atau keluar melalui salah satu pintu tersebut, karena pintu-pintu itu kecil dan sangat rendah, sehingga terkadang orang harus berjongkok untuk melaluinya.
Mungkin, karena tuanya dan sarat menyimpan sejarah, lahirlah cerita dari mulut ke mulut yang tidak masuk akal atau sesuatu yang mistis sifatnya tentang masjid ini. Misalnya, ada orang yang mengatakan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun dalam satu malam, yaitu dimulai setelah waktu isya dan selesai menjelang fajar. Dengan demikian masjid tersebut telah dapat digunakan untuk shalat Subuh.
Ada pula yang percaya, barang siapa melaksanakan shalat Jumat berturut-turut selama 40 kali di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, nilai ibadahnya sama dengan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Lalu, ada pula yang percaya, jika orang melaksanakan shalat Jumat di masjid ini, ia akan bertemu Nabi Khidhir atau Sunan Kalijaga.
Banyak jamaah dari kalangan wanita yang juga menyempatkan shalat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini. Mungkin karena alasan lain yang mistis sifatnya. Misalnya, sebagai ikhtiar agar mudah mendapatkan jodoh, murah rezeki, atau semakin dikasihi suami, dan lain-lain. Wallahu’alam.
Di masjid ini dikenal pula apa yang disebut “adzan pitu” atau “adzan tujuh” menjelang shalat Jumat. Yang dimaksud, memang, adzan yang dibawakan oleh tujuh orang. Adzan pitu, yang kemudian menjadi tradisi di masjid tersebut, mempunyai legendanya sendiri.

Quote:
5. JEMBATAN GANTUNG SUNGKUNG

Quote:
Spoiler for Jembatan Gantung 50 Meter ini Hanya Dibangun Dalam 1 Hari :
Pasti banyak dari agan' yang baru tau ini jembatan, ane aja baru tau tadi pas ane nengok mbah Google
.
Jika Candi Prambanan yang terkenal tersebut konon hanya di bangun dalam tempo satu malam, meskipun tak satupun hal yang dapat membuktikannya, maka Jembatan Gantung sepanjang 50 meter ini nyata-nyata berhasil dibangun hanya dalam waktu satu hari saja. Incredible!
Adalah penduduk daerah Sungkung yang merupakan penduduk asli Kalimantan sub suku Dayak Bidayuh yang menghuni kawasan dataran tinggi puncak bukit dan dataran tinggi gunung Sungkung di perbatasan Sarawak Malaysia dengan Kalimantan Barat Indonesia yang mampu melakukan hal tersebut. Pemukiman ini terletak di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dan sering disebut sebagai Sungkung Kompleks, terdiri dari 6 kampung, yaitu kampung Sungkung Senoleng, Sungkung Akit, Sungkung Lu’u, Sungkung Medeng, Sungkung Senebeh dan Sungkung Daun. Pemukiman ini nyaris terisolir, sebab tidak ada jalan kendaraan darat menuju kampung mereka. Satu-satunya akses adalah melewati Sungai Sekayam yang penuh riam dan jeram dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan menggunakan perahu motor tempel dari pelabuhan Entikong di perbatasan Malaysia. Jaman dahulu penduduk kampung harus berjalan selama 2 hari menuju Entikong.

Dibekali ketrampilan turun temurun, penduduk Sungkung ternyata mampu membangun jembatan gantung dengan panjang rata-rata 50 meter atau sama dengan lebar sungai Sekayam yang merupakan sungai utama di tempat mereka. Tentu saja jembatan yang mereka bangun tidak terbuat dari material besi dan beton, melainkan menggunakan material lokal yang banyak terdapat di sekitar mereka yaitu berupa bambu dan ijuk sebagai bahan pengikat. Uniknya lagi abutment (pondasi bawah) dan tiang pylon (menara penyangga) jembatan dipilih dari pohon hidup yang terletak sejajar pada kedua belah bibir sungai. Biasanya pohon yang dipilih adalah pohon Sengkuang (Dracontomelon Dao) dan pohon Bungur (Lagerstroemia Indica) yang banyak tumbuh di tepian sungai Sekayam.
Pembangunan jembatan dilakukan secara gotong royong. Pria maupun wanita, tua dan muda penduduk desa serentak berkumpul di lokasi rencana pembangunan jembatan pagi-pagi sekali. Mereka biasanya berjumlah 60 – 80 orang, tergantung jumlah penduduk kampung yang punya gawe. Seakan sudah mengerti tugasnya masing-masing, mereka segera saja mengambil posisi masing-masing. Ada yang memilih dan memilah material bambu yang sudah mereka kumpulkan sehari sebelumnya. Ada yang bertugas melangsir material. Ada yang memasang dan merakit bambu. Ada pula yang bertugas khusus mengikat sambungan bambu-bambu tersebut. Oh ya! tak satu batangpun paku mereka pergunakan dalam pembangunan jembatan ini.
Sementara pembangunan jembatan berlangsung, kaum wanitanya memasak dan menyiapkan makanan untuk mereka semua. Konstruksi jembatan dibangun dan dirakit serentak dari dua arah sehingga bertemu tepat di tengah-tengah sungai. Tak ada mandor atau pengawas dalam pekerjaan ini, hanya sesekali satu atau dua orang dari mereka memberi arahan seperlunya. Gambar kerjapun tak mereka perlukan. Semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada. Walhasil, sebelum matahari terbenam Jembatan Gantung mereka sudah selesai dan dapat langsung dipergunakan.
Jembatan Gantung bambu ini banyak terdapat di sepanjang Sungai Sekayam. Mereka membangun jembatan untuk memudahkan penduduk Sungkung membawa hasil panen ladang, sebab Sungai Sekayam sewaktu-waktu banjir dan berarus deras sehingga sulit untuk diseberangi. Sungguh jembatan gantung yang murah dan tepat guna. Walaupun jembatan ini hanya dapat bertahan hingga 2 tahun saja, namun mereka kembali akan membangunnya di tempat lain lagi. Dan hanya dibangun dalam waktu 1 hari saja!
.Jika Candi Prambanan yang terkenal tersebut konon hanya di bangun dalam tempo satu malam, meskipun tak satupun hal yang dapat membuktikannya, maka Jembatan Gantung sepanjang 50 meter ini nyata-nyata berhasil dibangun hanya dalam waktu satu hari saja. Incredible!
Adalah penduduk daerah Sungkung yang merupakan penduduk asli Kalimantan sub suku Dayak Bidayuh yang menghuni kawasan dataran tinggi puncak bukit dan dataran tinggi gunung Sungkung di perbatasan Sarawak Malaysia dengan Kalimantan Barat Indonesia yang mampu melakukan hal tersebut. Pemukiman ini terletak di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dan sering disebut sebagai Sungkung Kompleks, terdiri dari 6 kampung, yaitu kampung Sungkung Senoleng, Sungkung Akit, Sungkung Lu’u, Sungkung Medeng, Sungkung Senebeh dan Sungkung Daun. Pemukiman ini nyaris terisolir, sebab tidak ada jalan kendaraan darat menuju kampung mereka. Satu-satunya akses adalah melewati Sungai Sekayam yang penuh riam dan jeram dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan menggunakan perahu motor tempel dari pelabuhan Entikong di perbatasan Malaysia. Jaman dahulu penduduk kampung harus berjalan selama 2 hari menuju Entikong.

Dibekali ketrampilan turun temurun, penduduk Sungkung ternyata mampu membangun jembatan gantung dengan panjang rata-rata 50 meter atau sama dengan lebar sungai Sekayam yang merupakan sungai utama di tempat mereka. Tentu saja jembatan yang mereka bangun tidak terbuat dari material besi dan beton, melainkan menggunakan material lokal yang banyak terdapat di sekitar mereka yaitu berupa bambu dan ijuk sebagai bahan pengikat. Uniknya lagi abutment (pondasi bawah) dan tiang pylon (menara penyangga) jembatan dipilih dari pohon hidup yang terletak sejajar pada kedua belah bibir sungai. Biasanya pohon yang dipilih adalah pohon Sengkuang (Dracontomelon Dao) dan pohon Bungur (Lagerstroemia Indica) yang banyak tumbuh di tepian sungai Sekayam.
Pembangunan jembatan dilakukan secara gotong royong. Pria maupun wanita, tua dan muda penduduk desa serentak berkumpul di lokasi rencana pembangunan jembatan pagi-pagi sekali. Mereka biasanya berjumlah 60 – 80 orang, tergantung jumlah penduduk kampung yang punya gawe. Seakan sudah mengerti tugasnya masing-masing, mereka segera saja mengambil posisi masing-masing. Ada yang memilih dan memilah material bambu yang sudah mereka kumpulkan sehari sebelumnya. Ada yang bertugas melangsir material. Ada yang memasang dan merakit bambu. Ada pula yang bertugas khusus mengikat sambungan bambu-bambu tersebut. Oh ya! tak satu batangpun paku mereka pergunakan dalam pembangunan jembatan ini.
Sementara pembangunan jembatan berlangsung, kaum wanitanya memasak dan menyiapkan makanan untuk mereka semua. Konstruksi jembatan dibangun dan dirakit serentak dari dua arah sehingga bertemu tepat di tengah-tengah sungai. Tak ada mandor atau pengawas dalam pekerjaan ini, hanya sesekali satu atau dua orang dari mereka memberi arahan seperlunya. Gambar kerjapun tak mereka perlukan. Semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada. Walhasil, sebelum matahari terbenam Jembatan Gantung mereka sudah selesai dan dapat langsung dipergunakan.
Jembatan Gantung bambu ini banyak terdapat di sepanjang Sungai Sekayam. Mereka membangun jembatan untuk memudahkan penduduk Sungkung membawa hasil panen ladang, sebab Sungai Sekayam sewaktu-waktu banjir dan berarus deras sehingga sulit untuk diseberangi. Sungguh jembatan gantung yang murah dan tepat guna. Walaupun jembatan ini hanya dapat bertahan hingga 2 tahun saja, namun mereka kembali akan membangunnya di tempat lain lagi. Dan hanya dibangun dalam waktu 1 hari saja!
Agan" ada yang mau menambahkan?

Kalo ikhlas tolong dikasih cendol yah gan, ane haus habis typing neah

Ane kaga butuh
karena ane rumahnya udah jadi 
Quote:
NOREPSOL

SELALU DAMAI INDONESIAKU,


JANGAN MAU DIADU DOMBA SAMA PIHAK' YANG BUAT TRIT KAGA JELAS


JANGAN MAU DIADU DOMBA SAMA PIHAK' YANG BUAT TRIT KAGA JELAS

adrian.rizki13 dan nona212 memberi reputasi
2
9.3K
Kutip
59
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan