Gunung Kelud hari Kamis malam mengalami erupsi. Peringatan yang disampaikan sejak petang membuat warga sudah mulai bergegas untuk mengungsi. Itulah yang membuat erupsi tidak sampai menimbulkan jatuhnya korban jiwa yang besar. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, tiga orang meninggal dunia dalam letusan Gunung Kelud kemarin.

Kita pantas menghargai sikap warga di sekitar Gunung Kelud yang masih akrab dengan lingkungannya. Mereka bisa merasakan gunung di sekitar tempat tinggal mulai bergolak dan dengan itu kemudian warga sudah bersiap-siap untuk mengungsi ke wilayah yang lebih aman.

Letusan Gunung Kelud memberikan dampak yang luar biasa. Abu yang dilepaskan ke udara bisa mencapai kawasan Jawa Barat. Kalau angin bertiup seperti sekarang ini bukan mustahil akan sampai juga ke Jakarta.

Jutaan meter kubik pasir yang dilepaskan ke udara membuat semua kegiatan terganggu. Bukan hanya di sekitar kawasan Gunung Kelud yang terdampak, tetapi juga hingga ke wilayah di Jawa Tengah.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memutuskan untuk menutup seluruh kegiatan yang tujuh bandar udara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Debu yang dilepaskan sangat berbahaya terhadap mesin pesawat dan itulah yang membuat seluruh aktivitas penerbangan dari dan ke wilayah itu dihentikan.

Kita belum bisa memperkirakan sampai kapan dampak dari letusan Gunung Kelud ini akan berlangsung. Namun sehari saja kegiatan bisnis terhenti, maka kerugian yang dihadapi sangatlah besar.

Akan tetapi langkah pertama yang harus kita lakukan adalah bagaimana melakukan program tanggap darurat yang baik. Bagaimana warga yang sudah tinggal di pengungsian tidak lebih menderita lagi kehidupannya.

Terutama kesehatan warga yang harus mendapat perhatian. Debu yang bertebaran akan mengganggu saluran pernafasan dan penglihatan. Tentunya infeksi saluran pernafasan dan mata akan banyak diderita warga.

Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah penampungan sementara bagi warga. Kita harus belajar dari apa yang dialami warga di Tanah Karo. Ketika mereka harus lama tinggal di pengungsian, bagaimana kebersihan lingkungan bisa terjaga agar tidak mengganggu kesehatan.

BNPB harus dibantu dan tidak bisa dibiarkan bekerja sendiri. Apalagi untuk bencana yang berturut-turut seperti sekarang ini. Ada bencana alam Gunung Sinabung, banjir bandang di Manado, banjir di Pantai Utara Jawa, dan sekarang letusan Gunung Kelud.

Kita tidak tahu apakah jumlah tenaga yang ada di BNPB cukup memadai untuk menangani semua bencana tersebut. Apalagi belum semua daerah memiliki badan penanggulangan bencana. Semua masih ditangani oleh BNPB.

Bencana alam merupakan tanggung jawab kita bersama. BNPB hanyalah koordinator untuk menggerakkan semua komponen bangsa guna membantu saudara-saudara kita yang sedang menghadapi kesulitan. Untuk itu BNPB harus terbuka untuk meminta dukungan dari seluruh masyarakat.

Apalagi kita yang tinggal di sabuk api atau ring of fire. Bencana alam merupakan sesuatu yang harus kita akrabi. Kita tidak bisa menghindar dari ancaman itu, termasuk letusan gunung berapi.

Gunung Kelud sendiri sudah lima kali mengalami erupsi sejak tahun 1901. Letusan terakhir terjadi tahun 2007. Kali ini letusan yang terjadi tergolong istimewa karena mendorong awan panas dan pasir hingga setinggi 17 kilometer.

Kita belum tahu apakah letusan kemarin merupakan letusan besar ataukah masih akan terjadi letusan lanjutan. Informasi ini perlu disampaikan kepada masyarakat agar mereka tahu apa yang akan terjadi dan paham tentang apa yang harus mereka lakukan.

Hal lain yang perlu menjadi pemahaman masyarakat adalah tentang sedimentasi lahar dan pasir yang berbahaya kalau turun hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika harus memberikan penjelasan yang rinci tentang potensi hujan yang akan turun dan bahayanya bagi keselamatan warga.

Apa yang terjadi kemarin barulah awal dari bencana yang harus dihadapi. Ancaman bahaya di depan harus diantisipasi dan itulah yang harus kita lakukan bersama-sama. Jangan sampai kita alpa dan akhirnya menimbulkan korban yang lebih besar.