panhysterectomyAvatar border
TS
panhysterectomy
MENELANJANGI SISTEM PENDIDIKAN DOKTER DI INDONESIA
Spoiler for perhatian:



“Kuliah di kedokteran mahal, makanya dokter sekarang matrialistis”
“Orang kaya aja yang bisa kuliah di kedokteran”
“Enak jadi dosen fakultas kedokteran, tajir amit uang SPP mahasiswanya selangit”
“Orang miskin mana bisa kuliah di kedokteran”
(ayo, apalagi?)

__________________________________________________
*kenapa suara-suara seperti ini tidak pernah terdengar ketika zaman orde baru (pak Harto)?


Tahun 1989, waktu itu ane masuk fakultas kedokteran, ane ingat bener SPP ane waktu itu 120 ribu untuk satu semster. Jadi yang kuliah di fakultas ini memang murni yang memang terseleksi bener dalam UMPTN nya, ada yang kaya ada yang miskin (secara ane golongan yang miskin ☺, ortu pengepul ikan asin gan!).

Sekarang agan tahu berapa kuliah di fakultas kedokteran? Rata-rata satu semester minimal 30 juta, belum lagi dengan uang masuk minimal 100 sampai dengan 200 juta! Tidak swasta tidak negri hampir sama (11-12 lah). Kok bisa segedhe itu?

Mari kita telanjangi sistem pendidikan kita.
PERTAMA:
Jaman Suharto, subsidi pemerintah Indonesia terhadap sektor pendidikan sangat besar gan, makanya uang SPP nya bisa murah.

Kita tahu alat-alat kedokteran mahal bener pengadaannya. Contoh ya, pengadaan kadaver (jenazah) yang diawetkan untuk mempelajari anatomi tubuh manusia iru per satunya bisa sampai 200 juta. Satu laboratorium anatomi paling tidak membutuhkan minimal 5 kadaver. Belum lagi yang lain, satu klem alat operasi harganya bisa 2,5 juta gan!

Tetapi jaman pak Harto subsidi pemerintah cukup besar, tidak pandang bulu, mau universitas negri atau swasta tetap mendapat subsidi dari APBN. Walaupun untuk universitas swata tentu lebih sedikit. Ane ingat banget gan, kakak ane guru SD Muhammadiyah gan, tapi pas jaman pak Harto tetap saja dapat gaji subsidi dari pemerintah, walaupun tidak sebanyak gaji Guru SD negri tapi karena rutin keluarnya gan, jadi sangat menolong sekali buat asap dapur.

Sekarang, agan lihat. Jangankan universitas swasta, universitas negri pun sangat minimal subsidi nya. Subsidai BBM lebih besar dari subsidi pendidikan gan. Swasta harus cari pembiayaan sendiri. Tidak ada lagi subsidi dari pemerintah. Mangkanye mahal gan…

KEDUA
Tidak adanya subsidi di pendidikan ini makanya universitas terutama swasta, harus peras otak untuk menjalankan roda oprasional universitasnya.

PIKIRKAN DENGAN KRITIS: Suatu Universitas swasta tentu ada berbagai macam fakultas gan. Ada ekonomi, ada teknik, ada sastra, ada fisipol, ada pertanian, ada psikologi, ada bahasa,, dan ada fakultas kedokteran.

Jujur, pasti jika universitas (swasta) ada fak. Kedokterannya maka fakultas ini yang favorit dan paling laku. Fakultas yang lain yang tidak dominan, (maaf) misal fakultas sastra, fisipol, pertanian, studi agama (islam) dsb pasti peminatnya tidak banyak, dan uang SPP nya tidak tinggi (tidak bisa tinggi). Bahkan jujur saja, pemasukan dari uang SPP mahasiswa dari beberapa fakultas tersebut tadi, tidak akan cukup untuk menutup kebutuhan operasi perkuliahan, rehab atau pemeliharaan gedung kuliah, menggaji karyawan dan dosen fakultas-fakultas tersebut itu sendiri gan.

Otomatis universitas akan mencari subsidi silang gan, Fakultas yang buanyak peminat akan ditarik biaya setinggi-tingginya – dan ini jelas fakultas kedokteran gan. Dimana saja – di universitas mana saja, yang ada fakultas kedokterannya pasti akan menjadi sapi perahan universitas. Jujur gan, mau tidak mau sebenarnya agan yang kuliah di fakultas yang tidak begitu banyak peminatnya itu sebenarnya ada subsidi dari fakultas kedokteran.

Uang pendaftaran mahasiswa fakultas kedokteran yang bermilyar-milyar tadi, akan disetor ke rektorat (bendahara) universitas dan kemudian akan disubsidikan atau didistribusikan untuk menambal-sulam biaya oprasional fakultas-fakultas yang lain yang defisit anggaran gan.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka – para dosen fakultas kedokteran di suatu universitas pasti banyak yang ngamuk-ngamuk, ibarat dia yang cari duit tapi duit itu tidak bisa dinikmatinya sendiri. Suka atau tidak suka, gaji para dosen pendidik di fak, kedokteran sama dengan dosen –dosen yang lain yang berasal dari fakultas non kedokteran. Sama rasa, sama rata.

Itu gan alasannya kenapa biaya kuliah mahal. Ane nggak mau ngotot-ngototan berdebat gan, tapi inilah faktanya. Jadilah pembaca yang cerdas dan jadilah komentator yang cerdas, pakailah bahasa yang sopan gan…..

(bersambung dengan tulisan berikutnya. “MENELANJANGI SISTEM ASURANSI KESEHTAN (BPJS) DI INDONESIA.)

Spoiler for pict:


Spoiler for pict:




Diubah oleh panhysterectomy 18-02-2014 04:57
0
10K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan