Pekerjaan termudah & bisa mendatangkan banyak uang yg mungkin cuman ada di Indonesia
TS
inansulaiman
Pekerjaan termudah & bisa mendatangkan banyak uang yg mungkin cuman ada di Indonesia
GAK BERMAKSUD MENYINDIR BERBAGAI PIHAK, CUMAN SEKEDAR HERAN AJA
Agan agan tau acara joget joget di televisi yang sekarang lagi ngehits banget di televisi televisi indonesia ? Pasti tau lah tiap hari kan televisi selalu menyediakan acara joget joget. Entah biar sehat atau gimana , ya ane juga gak tau ya gan
Tapi menurut ane, acara acara itu sama sekali gak mendidik. Alasannya ?
1. Ilmu apaan sih yang didapet dari acara gituan ? mending-mending on the spot atau spotlite atau sejenisnya dah
2. Mengajarkan rakyat indonesia yang udah males, jadi tambah males. Cuman joget joget aja dikasih duit, ngapain kerja ?
3. Mendidik anak kecil supaya cepat dewasa. Kok bisa ? ya bisa, tiap hari disuguhin dada dan bokong yang ketutup kain yang cuman membalut tubuh kok. KPI bisa bisa aja ngesensor dada film luar negeri, tapi apa acara acara joget itu bakal disensor ? bisa bisa ketutup dah satu layar
Dan mungkin masih banyak lagi alasannya, yang mungkin bisa agan agan tambahkan sekalian...
Nah, kali ini ane pengen ngebahas salah satu bagian dari acaraq joget joget. Pasti tau sendiri lah, di setiap acara joget joget pasti ada penonton bayaran, atau orang sering bilang alay. Kalo dibilang pendapatan si alay ini dikit, itu bullshit banget gan, bisa di bilang pendapatan alay itu melebihi PNS gan kalo kita itung itung.
Nih ya gan, kalo ane itung itung, semisal si alay adalah alay rajin yang mau jadi alay pekerja keras gan.
Dari satu acara, seorang alay bisa meraup antara 15ribu-100ribu. Kita ambil tengah aja gan, 50ribu dah satu acara nih
Nah, misal si alay ini nongol di pagi hari, acara joget di rcti, berarti doi udah dapet 50ribu ya, terus ntar di siang hari doi nongol lagi tuh gan di acara sctv, nah ntar agak sorean doi nongol lagi deh di acara tpi, nah terakhir buat pamungkas, doi nongol di acara trans tv malem malem.
Berarti kalo di itung , doi sehari bisa dapet 200ribu. 200ribu dikali 30 hari ?? berapa gan ?
udah Rp. 6.000.000 sendiri gan !
Coba agan pikir, penghasilan agan sekarang berapa ? Dan kerja agan seberapa ? Sedangkan mereka cuman joget joget, gaya melambai, mana ketemu artis lagi. Penghasilannya 6 juta sebulan ckckck
Ane kadang kasian gan sama orang orang di sekitar ane, ada yang takmir masjid deket rumah ane, demi bayar duit kuliah sendiri, doi selain jadi takmir, kuliah, masih kerja angkat batu jadi kuli bangunan dan cuman dapet 30ribu sehari gan
Apalagi kalo agan agan pernah liat di pasar pasar tuh, ibu ibu kuli panggul bawaan di pasar. Tau gajinya berapa gan ? paling cuman 20-30 ribu. Mentok mentok ga sampe 50ribu
Daripada jadi kuli panggul, mending tuh ibu jadi ibu alay aja dah joget joget. Gak capek, gak turun berok lagi
Nih, buat agan agan yang penasaran sumber berita tentang penonton bayaran. Bisa dicek di bawah ini
Spoiler for Berita penonton bayaran:
Mungkin sejak berdirinya industri televisi swasta di tanah air, tidak terpikir untuk menjadikan para penonton sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Sebab dahulu, menjadi penonton di studio televisi untuk sebuah program acara adalah kebanggan. Bahkan menurut beberapa produser senior, para penonton bahkan sampai mengantri agar dapat masuk studio dan menyaksikan secara langsung bagaimana proses syuting sebuah program televisi.
Namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jam siaran serta muatan lokal dalam sebuah stasiun televisi, membuat persaingan pun semakin ketat diantara stasiun televisi. Beragam kreatif program bermunculan. Dari program talkshow, variety show, musik dan sejumlah program lainnya.
Semuanya itu akan terasa hambar jika tanpa kehadiran penonton. "Memang, penonton merupakan salah satu elemen penting dari sebuah program acara di televisi. Penonton biasanya diperlukan untuk program-program variety show, talkshow hingga musik," ujar Hannie Susanti, salah satu produser MNCTV yang dihubungi Beritasatu.com belum lama ini.
"Tepuk tangan, riuh rendah teriakan dan aksi-aksi mereka di tribun penonton akan menambah hangat dan seru program tersebut," imbuhnya.
Komersialisasi Penonton
Tidak ada yang mengetahui, kapan persisnya komersialisasi penonton dilakukan. Namun sudah lama, penonton sebenarnya mendapatkan fasilitas seperti makan gratis dan sekadar ongkos 'transport' dari pihak pengundang, yakni stasiun televisi.
"Dulu sering juga penonton diundang. Memang ada uang transport dan makannya. Tapi tidak seperti saat ini yang sudah dikoordinir oleh seseorang. Biasanya kami memang pesan ke bagian talent untuk mengundang dan menghadirkan penonton. Nanti mereka (bagian talent) yang mengaturnya," terang Hannie.
Makin hari, diakui Hannie, ketika kuantitas program acara yang membutuhkan kehadiran penonton semakin meningkat, pihak stasiun televisi pun kerepotan untuk mengkoordinir langsung para penonton sehingga dibutuhkan agensi yang khusus menangani masalah penonton.
Karena repot mengurus banyak orang dan nilai uang yang kecil, rata-rata sekitar Rp5 ribu hingga Rp10 ribu, masih belum banyak yang berminat menjadi agensi penonton. Apalagi butuh modal lumayan besar untuk mengurusnya, lantaran pihak televisi tidak langsung membayar agensi tersebut, bisa satu hingga dua bulan setelah pelaksanaan acara.
Dengan kata lain, pihak agensi harus terlebih dahulu membayar para penonton tersebut dengan nilai sesuai perjanjian. Mungkin tidak akan kerepotan jika jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari, namun akan memakan jumlah rupiah yang besar, jika jumlah penonton sampai puluhan hingga ratusan orang.
Karena itu, menurut Hannie, dahulu, agensi penonton biasanya bisa berjumlah lebih dari satu per program acara. Namun hal tersebut dirasa kurang praktis, lantaran harus mengumpulkan lebih dari satu agensi dalam setiap program. Bisa dibayangkan jika dalam satu hari ada tiga program yang membutuhkan penonton, pihak produksi stasiun televisi akan kerepotan untuk berkoordinasi dengan para agensi.
Peluang usaha
Dalam perjalanannya, memang banyak bermunculan agensi penonton yang menyediakan penonton untuk program-program televisi. Namun akhirnya, hasil penelusuran Beritasatu.com, hanya ada dua agensi yang tergolong besar dan banyak memasok penonton dalam industri televisi. Dua agensi tersebut adalah Elly Agensi dan Nia Agensi.
Kedua agensi tersebut memiliki kisah hingga meraih sukses menjadi agensi penyedia penonton bagi industri televisi. Seperti yang dikisahkan Elly, ia awalnya merupakan salah satu orang yang menggantungkan hidupnya menjadi penonton bayaran di salah satu stasiun televisi swasta. Namun kemudian ia memberanikan diri untuk mendirikan agensi sendiri dengan bantuan beberapa orang, di tahun 2007.
"Modal awalnya dari salah satu kru produksi televisi," ujarnya saat ditemui Beritasatu.com beberapa waktu lalu.
Berkat ketekunan dan kegigihannya menjalin hubungan baik serta berpromosi dengan pihak produksi stasiun televisi, Elly kemudian mendapatkan kepercayaan untuk mengisi banyak program acara di sejumlah stasiun televisi swasta.
"Sampai saya kerepotan sendiri. Apalagi kemudian butuh modal yang tidak sedikit. Tapi untungnya ada orang dan pihak bank yang mau meminjamkan modal," ujar Elly.
Saat ini, Elly Agensi membawahi kurang lebih 1000 penonton bayaran dan talent yang siap dimobilisasi kapan saja untuk berbagai acara televisi bahkan keperluan lainnya.
"Sekarang saya tidak hanya menyediakan penonton untuk stasiun televisi, tapi untuk acara-acara lain seperti FTV, sinetron film dan iklan. Talent yang tergabung dengan saya juga bisa menjadi figuran bahkan untuk pemeran pembantu," ujarnya.
Karena sudah melakukan pengembangan bisnisnya di luar program televisi, kesibukan Elly pun semakin meningkat sehingga dirinya kewalahan untuk menerima tawaran menghadirkan penonton di sejumlah stasiun televisi.
"Jadi sekarang cukup di Trans (Trans TV dan Trans 7) sama Anteve dulu. Ada juga sih di Kompas TV tapi enggak terlalu sering," ujarnya. "Tapi kalau dahulu bisa hampir semua tivi," imbuhnya.
Dalam struktur organisasinya, Elly memiliki 10 koordinator lapangan dan satu asisten. Untuk masalah keuangan, ia memegangnya sendiri bersama sang suami.
Apa yang dialami Elly tidak jauh berbeda dengan yang tengah dilakoni Nia Agensi. Berdiri setelah Elly Agensi, Nia Agensi juga menjadi salah satu agensi penyedia penonton dan talent terbesar yang dikenal di industri pertelevisian.
Menurut Koko, salah satu koordinator lapangan (korlap) dari Nia Agensi, bisnis penyedia penonton bayaran memang menjanjikan, lantaran perputaran uangnya yang cukup besar.
"Memang kelihatan kecil keuntungan per satu orang, namun kalau dikalikan puluhan hingga ratusan, akan terlihat besar," ujar Koko beberapa waktu lalu kepada Beritasatu.com.
Struktur organisasi Nia Agensi, menurut Koko terdiri atas enam orang korlap, termasuk dirinya dan tiga orang asisten untuk mengurus masalah keuangan, absensi dan transportasi serta mengatur apa yang harus dilakukan penonton di dalam acara.
Keuntungan yang menggiurkan
Dalam prinsip berbisnis, keuntungan kecil akan terasa besar jika dibarengi dengan kuantitas. Prinsip tersebut tentu saja menjadi motor penggerak bisnis penyedia penonton bayaran.
Menurut Elly, bayaran yang diberikan pihak televisi dalam satu program bervariasi. "Setiap kepala (penonton) honornya berkisar antara 15 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah tergantung acaranya. Bahkan kita juga kadang dibayar per paket, misalnya paket harian atau paket episode. Per dua episode 80 ribu atau harian misalnya 100 ribu, tergantung kesepakatan dan aturannya," ujar Elly.
Jenis acara juga mempengaruhi jumlah rupiah yang diterima per orangnya. "Ada acara live (siaran langsung), live taping atau taping terus acara musik, acara talk show dan lainnya. Semua berbeda tarifnya sesuai kesepakatan di awal," terang Elly.
Untuk pesanan khusus penonton yang 'berkelas' dengan dandanan dan busana ala artis dalam acara-acara tertentu, Elly juga mematok harga yang berbeda dengan acara lainnya. "Itu namanya figuran, bisa sampai 150 rupiah," ujarnya.
Dari honor yang diberikan pihak penyelenggara, Elly mengaku hanya mengutip 5 ribu sampai 10 ribu rupiah. "Kalau dirata-rata, dalam satu bulan penghasilan bersih 20 sampai 25 juta rupiah," terang Elly.
"Itu penghasilannya sudah menurun juga karena banyak saingan. Kalau dulu di awal-awal bisa sampai 50 sampai 70 juta rupiah per bulannya," imbuhnya.
Menariknya, honor setiap penonton berbeda-beda tergantung dari posisi duduk mereka. "Biasanya kami membagi dalam tiga saf. Saf pertama tentu dipilihkan yang bagus-bagus (cantik, menarik dan kamera face) dengan dandanan yang berbeda karena mereka pasti disorot. Di saf kedua yang sedang-sedang saja dan di saf yang ketiga banyak berperan untuk seru-seruan," ujar Koko salah satu korlap Nia Agensi.
"Honornya tentu berbeda atara saf yang terdepan dengan yang dibelakang. Itu memang sudah kebijakan dan strategi dari agensi," imbuhnya.
Dalam satu hari, rata-rata Elly dan Nia Agensi mampu memasok 2 sampai 3 program televisi. "Jangan dihitung episodenya karena kadang-kadang itu satu paket dalam satu program televisi," ujar Elly.
"Kalau lagi ramai bisa sampai tiga program di stasiun televisi yang berbeda," terang Koko yang mengaku agensi tempat dirinya bekerja biasa memasok penonton ke MNCTV dan Global TV.
Perusahaan belum berbadan hukum
Meski memiliki omzet ratusan juta rupiah, namun agensi milik Elly dan Nia belumlah berbadan hukum. Mereka bekerja berdasarkan asas kepercayaan dengan pihak yang meminta jasa mereka. Perjanjian dan kontrak kerja praktis dibuat berdasarkan orang pribadi.
"Kalau masalah pajak, tergantung dari pihak pengguna jasa. Honor sudah ada yang langsung dipotong pajak baru diberikan kepada saya, ada pula yang sudah ditanggung pihak pengguna jasa," ujar Elly.
Untuk melebarkan usahanya, Elly juga berniat membuat agensinya tersebut menjadi sebuah badan hukum. "Kepengin sih, tapi mungkin nanti ya," ujarnya.
Karena pernah merasakan menjadi penonton bayaran, agensi Elly dan Nia pun memberikan banyak fasilitas dan kemudahan bagi para pengikut mereka. Sebab, keduanya menyadari, talent-talent mereka adalah ujung tombak yang berpengaruh terhadap berlangsungnya perusahaan tersebut.
"Kalau saya sebisa mungkin tidak memotong lagi honor anak-anak kalau mereka memanfaatkan fasilitas antar jemput. Paling untuk uang bensin saja sebesar dua ribu rupiah dan itu enggak besar menurut saya. Saya juga memberikan fasilitas peminjaman bagi yang membutuhkan dengan nominal tertentu dan dibayarkan dengan cara mencicil dari honor yang mereka dapat," ujarnya.
Namun Elly akan memberikan fasilitas peminjaman kepada talentnya yang sudah dipercaya dan loyal terhadap dirinya. Begitu pula dengan Nia Agensi. Menurut Koko, pihak Nia sebisa mungkin tidak mengutip lagi bayaran dengan fasiitas antar jemput. "Tapi kebanyakan mereka ingin datang dan pergi sendiri ke lokasi karena alasan lebih cepat dan dekat," ujar Koko yang banyak memasok penonton untuk MNCTV.