- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SIMPLY DELETE! SIMPLY LEAVE!
![manusaedan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/01/14/avatar2473418_8.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
manusaedan
SIMPLY DELETE! SIMPLY LEAVE!
Sebelumnya mohon mangap eh maaf kalo
ya gan.
langsung aja gan.
sumber nya gan : http://dinnasabriani.wordpress.com/2...-simply-leave/
![Blue Repost emoticon-Blue Repost](https://s.kaskus.id/images/smilies/s_sm_repost1.gif)
langsung aja gan.
Quote:
Original Posted By Ya, ini kesekian kalinya dalam beberapa tahun belakangan, sejak BBM (Blackberry Messenger) udah jadi kebutuhan wajib dalam keseharian kita, saya mengalami yang namanya BBM Contact di-delete.
Bukan hanya menjadi subjek, pun, saya pernah menjadi objek. Yaitu, yang men-delete.
Apakah, yang lain pernah merasakan hal serupa? Saya rasa hampir pasti. Dirunut-runut, begini.
Dulu, saya pernah diapus BBM nya oleh seorang senior. Setelah ke gep, bertindak memalukan, dia memilih untuk menghapus BBM saya. Ya, apa terlalu penting buat saya punya contact nya? Saya rasa tidak. Begitu juga dia. Saya rasa, setelah kejadian itu, dia memilih untuk tidak akan pernah punya contact BBM saya lagi. Mungkin tidak bertemu saya lagi, pura-pura tidak kenal. Ya, tidak punya contact BBM saya, itu hal sangat penting bagi dia. Pastinyah. Itu, satu cara aman menghindarkan diri dari rasa malu.
Ada lagi begini. Atasan saya, memilih untuk menghapus BBM contact saya di HP nya. Dengan alasan, BBM sudah read ga pernah dibalas. Sempat kaget waktu itu, karena gak nyadar apa yang salah. Toh, saya juga pernah mengalami, BBM di read doang sama teman-teman saya. Dan kala itu, saya gak berpikiran untuk menghapus contact mereka. Lalu yang terjadi dengan saya? Saya ingat-ingat lagi. Gak selalu juga, saya gak bales BBM nya.
Masih hangat kemarin, teman saya, nongkrong sore-sore di kantor, pun menghapus BBM saya. Ada apa? Ntah apa rupa-rupanya. Alasannya, dia merasa telah menganggu keseharian saya. Bingung bagaimana menjelaskannya, sebenarnya, bener nih, saya ngerasa biasa-biasa aja. Tapi, toh, sudah dihapus.
Bener juga, kata orang. BBM memang
mendekatkan yang jauh, tapi bisa juga menjauhkan yang dekat. Prasangka-prasangka pun semakin rumit sejak keberadaan BBM. Apalagi, feature-nya, yang bisa mengetahui bahwa pesan itu sudah dibaca atau tidak. Kadang, bisa saja kita tersinggung, kenapa BBM udah dibaca tapi gak dibales. Itulah. Konflik baru. Kalau kita mau berpikiran baik sedikit, orang punya alasan kenapa dia tidak membalas BBM. Entah karena sibuk atau malah kesalahan ada pada jaringan.
Saya, kalau mau sombong banyakan nih, termasuk yang cukup tough mempertahankan contacts yang ada di BBM saya. Pun, mereka yang cukup menganggu seperti gak henti-hentinya kirim Broadcast Message atau setiap detik ganti Display Picture dan Status, masih bertahan ada di contact saya. Sempat geregetan pengen hapus, tapi saya pikir-pikir lagi, takutnya suatu saat saya butuh mereka.
Dengan kemampuannya untuk meng-update Display Picture dan Status setiap saat, BBM berasa jadi media yang cukup privacy. Ada ranah, yang tidak bisa kita sebar luaskan, ‘semurah’ itu.
Tapi, semudah itu men-delete BBM Contact. Ga berkenan, ya, tinggal hapus. Jadi, saya juga ga bisa protes, kalau mereka-mereka memilih menghapus BBM Contact saya di BB mereka. Murni hak pribadi. BBnya BB situ kok.
Well, masih ada teknologi lain untuk bersilaturahmi, toh. WhatsApp atau SMS. Aman.
Beberapa kali saya melakukan hal yang sama, jika nama contact BBM tersebut berubah jadi orang yang gak dikenal. Mungkin si empunya HP sudah jual HP nya, misalnya begitu. Atau kalau mendesak banget, bisa terjadi, saya memilih menghapus BBM mereka yang sudah membuat saya marah atau menganggap orang itu udah gak penting. Ya, sama hal nya seperti yang mereka lakukan ke saya itu. Tapi, saya gak se-emosional itu sebenarnya. Buktinya, beberapa mantan pacar atau mantan musuh pun, masih aman dalam contact BBM saya. Hehe.
Delete, dan leave. Bukan berarti dalam kehidupan nyata, mereka meninggalkan kehidupan kita. Misalnya, yang terjadi dengan atasan saya. Alhamdulillah, tanpa BBM-an pun silaturahim dan komunikasi pun, terjaga dengan baik, kok.
BBM punya fasilitas group. Ini yang paling mudah ditinggalkan, dengan alasan, bikin BBM hang atau batere cepat habis. Yaa, intinya ga semua grup perlu kita ikutin. Kadang ada grup grup ga terlalu penting, yang lebih baik kita leave. Misalnya grup BBM yang isinya jualan. Jika produknya hanya akan mempercepat kebangkrutan pada kita setiap bulannya, gak ada salahnya ditinggalkan. Hehe.
Terakhir, saya baru saja leave group, yang saya anggap tidak membawa manfaat bagi saya. Tiap baca itu grup isinya gak lebih dari ‘cari muka’ belaka. Ah, saya bukan ahlinya. Dan, yes. Simply leave.
Pilihan. Delete. Leave. Or. Add. Join.
Enjoy BBM, then.
Bukan hanya menjadi subjek, pun, saya pernah menjadi objek. Yaitu, yang men-delete.
Apakah, yang lain pernah merasakan hal serupa? Saya rasa hampir pasti. Dirunut-runut, begini.
Dulu, saya pernah diapus BBM nya oleh seorang senior. Setelah ke gep, bertindak memalukan, dia memilih untuk menghapus BBM saya. Ya, apa terlalu penting buat saya punya contact nya? Saya rasa tidak. Begitu juga dia. Saya rasa, setelah kejadian itu, dia memilih untuk tidak akan pernah punya contact BBM saya lagi. Mungkin tidak bertemu saya lagi, pura-pura tidak kenal. Ya, tidak punya contact BBM saya, itu hal sangat penting bagi dia. Pastinyah. Itu, satu cara aman menghindarkan diri dari rasa malu.
Ada lagi begini. Atasan saya, memilih untuk menghapus BBM contact saya di HP nya. Dengan alasan, BBM sudah read ga pernah dibalas. Sempat kaget waktu itu, karena gak nyadar apa yang salah. Toh, saya juga pernah mengalami, BBM di read doang sama teman-teman saya. Dan kala itu, saya gak berpikiran untuk menghapus contact mereka. Lalu yang terjadi dengan saya? Saya ingat-ingat lagi. Gak selalu juga, saya gak bales BBM nya.
Masih hangat kemarin, teman saya, nongkrong sore-sore di kantor, pun menghapus BBM saya. Ada apa? Ntah apa rupa-rupanya. Alasannya, dia merasa telah menganggu keseharian saya. Bingung bagaimana menjelaskannya, sebenarnya, bener nih, saya ngerasa biasa-biasa aja. Tapi, toh, sudah dihapus.
Bener juga, kata orang. BBM memang
mendekatkan yang jauh, tapi bisa juga menjauhkan yang dekat. Prasangka-prasangka pun semakin rumit sejak keberadaan BBM. Apalagi, feature-nya, yang bisa mengetahui bahwa pesan itu sudah dibaca atau tidak. Kadang, bisa saja kita tersinggung, kenapa BBM udah dibaca tapi gak dibales. Itulah. Konflik baru. Kalau kita mau berpikiran baik sedikit, orang punya alasan kenapa dia tidak membalas BBM. Entah karena sibuk atau malah kesalahan ada pada jaringan.
Saya, kalau mau sombong banyakan nih, termasuk yang cukup tough mempertahankan contacts yang ada di BBM saya. Pun, mereka yang cukup menganggu seperti gak henti-hentinya kirim Broadcast Message atau setiap detik ganti Display Picture dan Status, masih bertahan ada di contact saya. Sempat geregetan pengen hapus, tapi saya pikir-pikir lagi, takutnya suatu saat saya butuh mereka.
Dengan kemampuannya untuk meng-update Display Picture dan Status setiap saat, BBM berasa jadi media yang cukup privacy. Ada ranah, yang tidak bisa kita sebar luaskan, ‘semurah’ itu.
Tapi, semudah itu men-delete BBM Contact. Ga berkenan, ya, tinggal hapus. Jadi, saya juga ga bisa protes, kalau mereka-mereka memilih menghapus BBM Contact saya di BB mereka. Murni hak pribadi. BBnya BB situ kok.
Well, masih ada teknologi lain untuk bersilaturahmi, toh. WhatsApp atau SMS. Aman.
Beberapa kali saya melakukan hal yang sama, jika nama contact BBM tersebut berubah jadi orang yang gak dikenal. Mungkin si empunya HP sudah jual HP nya, misalnya begitu. Atau kalau mendesak banget, bisa terjadi, saya memilih menghapus BBM mereka yang sudah membuat saya marah atau menganggap orang itu udah gak penting. Ya, sama hal nya seperti yang mereka lakukan ke saya itu. Tapi, saya gak se-emosional itu sebenarnya. Buktinya, beberapa mantan pacar atau mantan musuh pun, masih aman dalam contact BBM saya. Hehe.
Delete, dan leave. Bukan berarti dalam kehidupan nyata, mereka meninggalkan kehidupan kita. Misalnya, yang terjadi dengan atasan saya. Alhamdulillah, tanpa BBM-an pun silaturahim dan komunikasi pun, terjaga dengan baik, kok.
BBM punya fasilitas group. Ini yang paling mudah ditinggalkan, dengan alasan, bikin BBM hang atau batere cepat habis. Yaa, intinya ga semua grup perlu kita ikutin. Kadang ada grup grup ga terlalu penting, yang lebih baik kita leave. Misalnya grup BBM yang isinya jualan. Jika produknya hanya akan mempercepat kebangkrutan pada kita setiap bulannya, gak ada salahnya ditinggalkan. Hehe.
Terakhir, saya baru saja leave group, yang saya anggap tidak membawa manfaat bagi saya. Tiap baca itu grup isinya gak lebih dari ‘cari muka’ belaka. Ah, saya bukan ahlinya. Dan, yes. Simply leave.
Pilihan. Delete. Leave. Or. Add. Join.
Enjoy BBM, then.
sumber nya gan : http://dinnasabriani.wordpress.com/2...-simply-leave/
![babanbe](https://s.kaskus.id/user/avatar/2008/06/25/avatar489814_3.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
babanbe memberi reputasi
1
1.5K
Kutip
10
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan