AMERIKA SERIKAT – Peneliti membuat saluran pernapasan atau trakea buatan dari mesin cetak 3D. Benda tiruan tersebut bisa membantu memudahkan pernapasan bagi pasien di rumah sakit.
Dr. Faiz Bhora dari St. Luke’s dan Roosevelt Hospitals bersama dengan tim penelitinya menaruh harapan besar menjadi yang pertama di dunia yang melakukan implantasi trakea buatan. Objek ini telah dicetak menggunakan material organik.Kabarnya, saluran pernapasan buatan ini juga disematkan dengan sel induk untuk dapat tumbuh. Peneliti berharap bahwa implan objek 3D ini bisa sesuai ketika dimasukan ke dalam tubuh manusia.
Tahun lalu, printer 3D menyelamatkan seorang bayi di Amerika Serikat. Objek 3D ini dicetak dengan plastik bio-absorbable (serap), di mana perangkat akan membuka saluran pernapasan bayi tersebut sehingga memungkinkannya untuk bernafas secara normal kembali.
Bayi bernama Kaiba Gionfriddo didiagnosa menderita tracheobrochomalacia yakni penurunan saluran udara ke salah satu paru-paru. Sehingga, dapat menghambat seseorang saat mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen yang cukup.
“Material yang kami gunakan adalah pilihan yang sangat baik kualitasnya untuk proses ini. Dibutuhkan sekira dua sampai tiga tahun bagi trakea untuk beradaptasi dengan perangkat 3D yang kami tanamkan dalam tubuh,” jelas ahli biomedis di Michigan, Scott Hollister. (net)
Spoiler for :
Spoiler for Tahun lalu juga gan:
MICHIGAN – Sebuah artikel yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, dua dokter dari University of Michigan di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan mereka menyelamatkan gangguan pernapasan pada bayi menggunakan perangkat tiga dimensi (3D) yang dirancang khusus.
Video proses pembuatan trakea buatan dari printer 3D ini diunggah ke situs berbagi video gratis, YouTube. Anda bisa menyaksikan videonya melalui link ini.
Perangkat 3D ini dicetak dengan plastik bio-absorbable (serap), di mana perangkat akan membuka saluran pernafasan bayi tersebut sehingga memungkinkannya untuk bernafas secara normal kembali.
Dilansir Arstechnica, Jumat (24/5/2013), Kaiba Gionfriddo didiagnosa menderita tracheobrochomalacia yakni penurunan saluran udara ke salah satu paru-paru, sehingga dapat menghambat seseorang untuk mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen yang cukup. Ketika usia Kaiba memasuki enam minggu, ia bersama keluarganya makan di sebuah restoran dan tiba-tiba sekujur tubuh Kaiba perlahan mulai membiru.
Kemudian sejak Kaiba berusia dua bulan, tim medis memutuskan untuk memasukkan tabung pernafasan ke dalam trakeanya untuk dapat tetap hidup. Akhirnya, Dr. Glenn Green, MD bersama seorang profesor teknik biomedis di Michigan yakni Dr, Scott Hollister, Ph.D merancang sebuah belat (semacam bilah yang dijalin dengan material lainnya) trakea untuk Kaiba. Untuk model cetakan 3D, mereka dibuat dari hasil CT scan saluran pernafasannya.
“Material yang kami gunakan adalah pilihan yang sangat baik kualitasnya untuk proses ini. Dibutuhkan sekira dua sampai tiga tahun bagi trakea untuk beradaptasi dengan perangkat 3D yang kami tanamkan dalam tubuh,” jelas Hollister. (amr)