- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
fenomena (sebagian) masyarakat Indonesia: kaya tapi miskin atau miskin tapi kaya?
TS
jimenisti
fenomena (sebagian) masyarakat Indonesia: kaya tapi miskin atau miskin tapi kaya?
HT pertamax ane
Spoiler for HT:
iseng-iseng buat thread gan, maaf kalo repost. buat sharing aja...
ini juga buat nyambung thread2 ane sebelumnya. dibaca dulu ya gan....
mungkin berlebihan kalo ane sebut ini sebagai fenomena, karena gak sefenomenal goyang ngebor inul atau joget cesar yks tapi ini emang nyata terjadi di sekitar kita. banyak yang mengaku "miskin" tapi sebenarnya "kaya", dan ada pula yang sebenarnya "kaya" tapi "miskin".
ok, langsung disimak aja gan...
Spoiler for miskin tapi kaya:
Quote:
1. bantuan BLSM
agan tentu masih ingat dengan pembagian blsm? ya, bantuan langsung ke masyarakat dalam bentuk uang tunai 300rb yang dulu sebagai kompensasi naiknya harga bbm. bantuan ini diberikan kepada masyarakat yang "katanya" miskin.
tapi ada beberapa diantara para pengantre jatah blsm yang tanpa malu-malu turut mengantri dengan memakai perhiasan emas dan menenteng handphone/bb. bahkan ada yang datang dengan mengendarai mobil
so, mereka ini miskin atau kaya?kalo kata ane:
agan tentu masih ingat dengan pembagian blsm? ya, bantuan langsung ke masyarakat dalam bentuk uang tunai 300rb yang dulu sebagai kompensasi naiknya harga bbm. bantuan ini diberikan kepada masyarakat yang "katanya" miskin.
tapi ada beberapa diantara para pengantre jatah blsm yang tanpa malu-malu turut mengantri dengan memakai perhiasan emas dan menenteng handphone/bb. bahkan ada yang datang dengan mengendarai mobil
so, mereka ini miskin atau kaya?kalo kata ane:
Quote:
program blsm:
"masyarakat kita marah bila dikatain miskin, tapi disisi lain berlomba-lomba mengaku miskin"
"masyarakat kita marah bila dikatain miskin, tapi disisi lain berlomba-lomba mengaku miskin"
Quote:
2. Pengemis
Pengemis di Jakarta Menolak Recehan
Macam-macam saja ulah pengemis di kota Jakarta. Berdalih mencari makan, para pengemis ini malah menolak saat diberi makanan dan membuang uang recehan.
Fakih, salah satu karyawan swasta di Jakarta ini mengaku dihampiri oleh seorang pengemis wanita. Pengemis yang berumur sekitar 60 tahun ini ini memelas dan meminta sedekah kepada Fakih.
"Permisi Pak, minta sedekahnya untuk makan," ujar Fakih menirukan ucapan pengemis itu saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (7/1).
Fakih yang posisinya dekat dengan kantin kemudian menawarkan agar pengemis itu makan. Nanti dia yang akan bayar.
"Eh dia enggak mau, katanya enggak usah," sambung Fakih kebingungan.
Kemudian Fakih memastikan lagi kalau pengemis itu tadi butuh makan. "Apa mau makan di tempat lain?" katanya pada pengemis.
Bukannya berterima kasih, pengemis dengan muka masam meninggalkan Fakih yang geleng-geleng kepala.
Hal yang tidak mengenakkan juga terjadi pada Lia. Saat warga Jakarta ini berkendara, Lia didatangi peminta-peminta.
"Saya kasih recehan. Eh dia malah buang uang saya," ucap Lia kesal.
Sambil menggerutu ibu pengemis itu mengatakan, "Cuma gopek!". Betapa kesalnya hati wanita ini, sejak saat itu dia berjanji tidak lagi memberi pengemis uang.
Dua cerita di atas patutnya menjadi bahan renungan bagi warga Jakarta untuk tidak lagi memberi uang kepada pengemis. Selain kemungkinan ditolak, mereka juga mengandalkan jalan ini untuk memperkaya diri tanpa usaha. Sebab bukan lagi uang Rp 100, Rp 200 bahkan Rp 500 yang mereka inginkan, tetapi di atas Rp 1.000 sambil memaksa.
ember
dan masih banyak lagi "cerita miring" tentang pengemis ini yang sudah biasa kita dengar. mulai dari jasa penyewaan bayi diantara para pengemis untuk menarik simpati , bayi2 pengemis yang diberi obat penenang, berpura-pura mengalami kecacatan anggota tubuh, sampai yang terakhir tentang walang, sang pengemis jutawan.
menjadi satu dilema, disatu sisi kita ingin beramal, tapi disisi lain bisa jadi dosa kalo kita malah ngedumel ke pengemis lantaran duit yang kita kasih gak mereka terima karena "hanya" duit recehan. atau menjadi dilema karena "penghasilan" mereka ternyata lebih besar dari kita
banyak juga pengemis yang badannya masih terlihat sehat untuk bisa bekerja, tapi lebih memilih untuk jadi pengemis. jadi mereka ngemis untuk apa? katanya buat makan, tapi diajak makan ga mau, di kasih recehan ditolak. masih untung kalo ditolak, lah ini ada yang sampai dibuang!! gila, ane aja duit 100 perak kembalian dari warung gak pernah ane buang, tapi ane masukin ke celengan
mereka yang udah buang-buang duit (dalam artian sebenarnya), apakah masih bisa disebut miskin??
sebagai alternatif untuk beramal yang tepat sasaran, agan bisa mendatangi sebuah panti asuhan atau lembaga amal yang terpercaya, lalu mintalah kartu donatur, dan nantinya donasi dari agan tiap bulan dijemput oleh pihak pengelola di rumah atau tempat kerja agan. just info, MUI juga sudah mengeluarkan fatwa haram untuk memberi ke pengemis di jalan. bisa agan liat beritanya disini.
Spoiler for pengemis nolak recehan:
Pengemis di Jakarta Menolak Recehan
Macam-macam saja ulah pengemis di kota Jakarta. Berdalih mencari makan, para pengemis ini malah menolak saat diberi makanan dan membuang uang recehan.
Fakih, salah satu karyawan swasta di Jakarta ini mengaku dihampiri oleh seorang pengemis wanita. Pengemis yang berumur sekitar 60 tahun ini ini memelas dan meminta sedekah kepada Fakih.
"Permisi Pak, minta sedekahnya untuk makan," ujar Fakih menirukan ucapan pengemis itu saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (7/1).
Fakih yang posisinya dekat dengan kantin kemudian menawarkan agar pengemis itu makan. Nanti dia yang akan bayar.
"Eh dia enggak mau, katanya enggak usah," sambung Fakih kebingungan.
Kemudian Fakih memastikan lagi kalau pengemis itu tadi butuh makan. "Apa mau makan di tempat lain?" katanya pada pengemis.
Bukannya berterima kasih, pengemis dengan muka masam meninggalkan Fakih yang geleng-geleng kepala.
Hal yang tidak mengenakkan juga terjadi pada Lia. Saat warga Jakarta ini berkendara, Lia didatangi peminta-peminta.
"Saya kasih recehan. Eh dia malah buang uang saya," ucap Lia kesal.
Sambil menggerutu ibu pengemis itu mengatakan, "Cuma gopek!". Betapa kesalnya hati wanita ini, sejak saat itu dia berjanji tidak lagi memberi pengemis uang.
Dua cerita di atas patutnya menjadi bahan renungan bagi warga Jakarta untuk tidak lagi memberi uang kepada pengemis. Selain kemungkinan ditolak, mereka juga mengandalkan jalan ini untuk memperkaya diri tanpa usaha. Sebab bukan lagi uang Rp 100, Rp 200 bahkan Rp 500 yang mereka inginkan, tetapi di atas Rp 1.000 sambil memaksa.
ember
Spoiler for siang ngemis, malam tidur di hotel:
Siang Mengemis, 14 Malam Tidur di Hotel
BIREUEN, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kota Juang Bireuen, Aceh, mengaku terheran-heran dengan perilaku pria berinisial Abd (50), warga Desa Blang Paseh, Sigli, Pidie.
Pasalnya, pria tersebut mencari nafkah dengan mengemis di Bireuen. Tapi, pada malam hari ia bersama istrinya, Njh (41), justru menginap di hotel.
Pengemis bertubuh tambun dan berjenggot pirang, dengan rambut yang sudah ubanan itu, kini dilaporkan mulai meresahkan masyarakat Bireuen.
Hasil penelusuran Serambi Indonesia, hingga Sabtu (19/2/2011) lalu, si pengemis sudah dua pekan menginap di hotel tersebut. "Kami heran ada pengemis tidur di hotel. Kalau siang mengemis di desa kami, padahal ia tampak sehat dan segar bugar," ujar Yahya, seorang warga.
"Setiap pagi kami temukan bapak berjengot itu pakai baju koko, kain sarung, dan peci haji bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung dekat hotel tempat ia menginap," imbuh warga Geulanggang Baroe, Kota Juang, Bireuen.
Mustafa dan Amirul Mukminin dari Desa Geulanggang Baroe juga sependapat dengan Yahya. Mereka berharap Pemkab Bireuen melalui dinas terkait menertibkan pengemis yang makin banyak berkeliaran di kabupaten itu.
Salah satunya pengemis yang menginap di hotel tersebut. "Aneh tapi nyata, ada pengemis yang hidup mewah dengan menginap di hotel dan makan mewah pula," pungkas Amirul.
Seorang petugas Hotel Purnamaraya yang konfirmasi Serambi Indonesia, membenarkan Abd bersama istrinya sudah 14 hari menginap di kamar bernomor 118. Anehnya, kata seorang petugas hotel, setiap Abd keluar hotel, pintu kamarnya digembok dari luar, sementara istrinya ditinggal di kamar hotel.
"Dia biasanya pergi pagi, terkadang pulangnya siang membawa sebungkus nasi untuk istrinya dan terkadang juga pulang sore. Dia membayar sewa kamar Rp 75.000 per hari. Sikapnya juga aneh dan egois serta sering ribut dengan petugas hotel. Kadang-kadang ia hanya mau membayar sewa kamar kepada saya," kata seorang resepsionis hotel yang tidak mau namanya ditulis.
Abd terlihat bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung sebelah barat hotel tersebut. Ia membayar dengan uang pecahan ribuan yang sudah tergulung rapi.
Dia mengambil dari saku kanan bajunya, yang diduga dari hasil mengemis. Namun, pria asal Sigli itu berbicara menggunakan bahasa campuran Aceh-Indonesia, baik dengan istri maupun warga.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bireuen, Bustami Hamid, mengatakan pihaknya akan menertibkan para pengemis yang berkeliaran di daerah itu yang jumlahnya ratusan orang.
"Para pengemis tersebut 50 persen berasal dari luar Kabupaten Bireuen. Kami akan minta polisi, TNI, dan Satpol PP atau aparat gabungan untuk menertibkan mereka," pungkasnya.
ember
BIREUEN, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kota Juang Bireuen, Aceh, mengaku terheran-heran dengan perilaku pria berinisial Abd (50), warga Desa Blang Paseh, Sigli, Pidie.
Pasalnya, pria tersebut mencari nafkah dengan mengemis di Bireuen. Tapi, pada malam hari ia bersama istrinya, Njh (41), justru menginap di hotel.
Pengemis bertubuh tambun dan berjenggot pirang, dengan rambut yang sudah ubanan itu, kini dilaporkan mulai meresahkan masyarakat Bireuen.
Hasil penelusuran Serambi Indonesia, hingga Sabtu (19/2/2011) lalu, si pengemis sudah dua pekan menginap di hotel tersebut. "Kami heran ada pengemis tidur di hotel. Kalau siang mengemis di desa kami, padahal ia tampak sehat dan segar bugar," ujar Yahya, seorang warga.
"Setiap pagi kami temukan bapak berjengot itu pakai baju koko, kain sarung, dan peci haji bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung dekat hotel tempat ia menginap," imbuh warga Geulanggang Baroe, Kota Juang, Bireuen.
Mustafa dan Amirul Mukminin dari Desa Geulanggang Baroe juga sependapat dengan Yahya. Mereka berharap Pemkab Bireuen melalui dinas terkait menertibkan pengemis yang makin banyak berkeliaran di kabupaten itu.
Salah satunya pengemis yang menginap di hotel tersebut. "Aneh tapi nyata, ada pengemis yang hidup mewah dengan menginap di hotel dan makan mewah pula," pungkas Amirul.
Seorang petugas Hotel Purnamaraya yang konfirmasi Serambi Indonesia, membenarkan Abd bersama istrinya sudah 14 hari menginap di kamar bernomor 118. Anehnya, kata seorang petugas hotel, setiap Abd keluar hotel, pintu kamarnya digembok dari luar, sementara istrinya ditinggal di kamar hotel.
"Dia biasanya pergi pagi, terkadang pulangnya siang membawa sebungkus nasi untuk istrinya dan terkadang juga pulang sore. Dia membayar sewa kamar Rp 75.000 per hari. Sikapnya juga aneh dan egois serta sering ribut dengan petugas hotel. Kadang-kadang ia hanya mau membayar sewa kamar kepada saya," kata seorang resepsionis hotel yang tidak mau namanya ditulis.
Abd terlihat bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung sebelah barat hotel tersebut. Ia membayar dengan uang pecahan ribuan yang sudah tergulung rapi.
Dia mengambil dari saku kanan bajunya, yang diduga dari hasil mengemis. Namun, pria asal Sigli itu berbicara menggunakan bahasa campuran Aceh-Indonesia, baik dengan istri maupun warga.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bireuen, Bustami Hamid, mengatakan pihaknya akan menertibkan para pengemis yang berkeliaran di daerah itu yang jumlahnya ratusan orang.
"Para pengemis tersebut 50 persen berasal dari luar Kabupaten Bireuen. Kami akan minta polisi, TNI, dan Satpol PP atau aparat gabungan untuk menertibkan mereka," pungkasnya.
ember
dan masih banyak lagi "cerita miring" tentang pengemis ini yang sudah biasa kita dengar. mulai dari jasa penyewaan bayi diantara para pengemis untuk menarik simpati , bayi2 pengemis yang diberi obat penenang, berpura-pura mengalami kecacatan anggota tubuh, sampai yang terakhir tentang walang, sang pengemis jutawan.
menjadi satu dilema, disatu sisi kita ingin beramal, tapi disisi lain bisa jadi dosa kalo kita malah ngedumel ke pengemis lantaran duit yang kita kasih gak mereka terima karena "hanya" duit recehan. atau menjadi dilema karena "penghasilan" mereka ternyata lebih besar dari kita
banyak juga pengemis yang badannya masih terlihat sehat untuk bisa bekerja, tapi lebih memilih untuk jadi pengemis. jadi mereka ngemis untuk apa? katanya buat makan, tapi diajak makan ga mau, di kasih recehan ditolak. masih untung kalo ditolak, lah ini ada yang sampai dibuang!! gila, ane aja duit 100 perak kembalian dari warung gak pernah ane buang, tapi ane masukin ke celengan
mereka yang udah buang-buang duit (dalam artian sebenarnya), apakah masih bisa disebut miskin??
sebagai alternatif untuk beramal yang tepat sasaran, agan bisa mendatangi sebuah panti asuhan atau lembaga amal yang terpercaya, lalu mintalah kartu donatur, dan nantinya donasi dari agan tiap bulan dijemput oleh pihak pengelola di rumah atau tempat kerja agan. just info, MUI juga sudah mengeluarkan fatwa haram untuk memberi ke pengemis di jalan. bisa agan liat beritanya disini.
Quote:
3. Buruh
Tuntut Gaji Rp 3,7 Juta, Buruh Bawa Ninja 250 cc
Otosia.com - Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Jakarta Timur dipadati oleh ribuan buruh. Mereka bermaksud untuk menuntut kenaikan upah menjadi Rp 3,7 juta per bulan.
Anehnya, diantara kerumunan buruh yang konvoi menggunakan sepeda motor itu ada salah seorang buruh yang kedapatan menunggangi sebuah moge sport Kawasaki Ninja 250. Bagaimana tidak aneh, di situs resmi kawasaki Motor Indonesia (KMI) satu unit motor baru Kawasaki Ninja 250 ini dibanderol harga Rp 52,9 juta OTR JADETABEK.
Berdasarkan lansiran oleh merdeka.com, Jum'at (01/11), pemilik moge yang diketahui bernama Taufiq mengaku kalau motor tersebut didapatnya dari hasil kredit.
Pria lajang tersebut juga menuturkan kalau gajinya sekarang yang sebesar Rp 2,5 juta per bulan tidak cukup untuk menutupi biaya kredit motor. "Kalau gaji kita jadi Rp 3,7 juta kan, jadi gak perlu lah nyari-nyari lemburan lagi. Kreditan motor juga aman sebesar Rp 1,5 juta selama tiga tahun setengah," jelas Taufiq.
Dengan kata lain, alasan dibalik permintaan kenaikan gaji Taufiq menjadi Rp 3,7 juta per bulan itu dikarenakan oleh kredit moge miliknya yang tinggi.
ember
nah, ini juga yang sempat rame kemarin. demo buruh yang menuntut kenaikan upah sampai 3,7jt karena dianggap upah mereka tidak bisa untuk memenuhi komponen hidup layak.
I. Makanan dan minuman
- Beras sandang
- Sumber protein
- kacang-kacangan
- Susu bubuk
- Gula pasir
- Minyak goreng
- Sayuran
- Buah-buahan
- karbohidrat
- Teh dan kopi
- Bumbu-bumbuan
II. Sandang
- Celana panjang/rok/pakaian muslim
- Celana pendek
- Ikat pinggang
- Kemaja lengan pendek/blouse
- Kaos oblong/BH
- Celana dalam
- Sarung/kain panjang
- Sepatu
- Kaos kaki
- Perlengkapan pembersih sepatu (semir dan sikat)
- Sandal jepit
- Handuk mandi
- Perlengkapan ibadah (sajadah, mukena, peci)
III. Perumahan
- sewa kamar
- Dipan/tempat tidur
- Perlengkapan tidur (kasus dan bantal busa)
- sprei dan sarung bantal
- Meja dan kursi
- Lemari pakaian
- Sapu
- Perlengkapan makan (piring, gelas, sendok)
- Ceret alumunium
- Wajan Alumunium
- Panci alumunium
- Sendok masak
- Rice Cooker 1/2 liter
- kompor (kompor, selang dan regulator, tabung gas 3 Kg)
- Gas elpiji
- Ember plastik
- gayung Platik
- listrik
- Bola lampu
- Air bersih
- Sabun Cuci pakaian
- sabun cuci piring
- setrika
- rak portable plastik
- pisau dapur
- cermin
IV Pendidikan
- Bacaan/radio
- Ballpoint/pensil
V. Kesehatan
- Saran kesehatan (Pasta gigi, sabun mandi, sikat gigi, shampo, pembalut atau alat cukur)
- deodorant
- obat anti nyamuk
- potong rambut
- sisir
VI. Transportasi
- transportasi kerja
VII. Rekreasi dan Tabungan
- Rekreasi
- Tabungan
ember
ane juga belum paham apa yang disebut komponen hidup layak ini. apa layak untuk tidak disebut miskin, layak disebut sejahtera atau layak untuk disebut orang berada? karena yang ane tau dulu ya kebutuhan primer sandang, pangan, papan
poin VI Transportasi, kalo gaji ente emang cukupnya buat beli matic, kenapa mesti maksain beli ninja? boleh aja sih, tapi ente juga mesti usaha yang lain donk, jualan, bisnis apa gitu biar dapat tambahan.
jadi, apakah selama ini mereka belum hidup layak sehingga menuntut naik upah gede, ataukah mereka adalah orang mampu karena punya "kendaraan mewah"?
Spoiler for buruh dan ninja:
Tuntut Gaji Rp 3,7 Juta, Buruh Bawa Ninja 250 cc
Otosia.com - Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Jakarta Timur dipadati oleh ribuan buruh. Mereka bermaksud untuk menuntut kenaikan upah menjadi Rp 3,7 juta per bulan.
Anehnya, diantara kerumunan buruh yang konvoi menggunakan sepeda motor itu ada salah seorang buruh yang kedapatan menunggangi sebuah moge sport Kawasaki Ninja 250. Bagaimana tidak aneh, di situs resmi kawasaki Motor Indonesia (KMI) satu unit motor baru Kawasaki Ninja 250 ini dibanderol harga Rp 52,9 juta OTR JADETABEK.
Berdasarkan lansiran oleh merdeka.com, Jum'at (01/11), pemilik moge yang diketahui bernama Taufiq mengaku kalau motor tersebut didapatnya dari hasil kredit.
Pria lajang tersebut juga menuturkan kalau gajinya sekarang yang sebesar Rp 2,5 juta per bulan tidak cukup untuk menutupi biaya kredit motor. "Kalau gaji kita jadi Rp 3,7 juta kan, jadi gak perlu lah nyari-nyari lemburan lagi. Kreditan motor juga aman sebesar Rp 1,5 juta selama tiga tahun setengah," jelas Taufiq.
Dengan kata lain, alasan dibalik permintaan kenaikan gaji Taufiq menjadi Rp 3,7 juta per bulan itu dikarenakan oleh kredit moge miliknya yang tinggi.
ember
nah, ini juga yang sempat rame kemarin. demo buruh yang menuntut kenaikan upah sampai 3,7jt karena dianggap upah mereka tidak bisa untuk memenuhi komponen hidup layak.
Spoiler for komponen hidup layak:
I. Makanan dan minuman
- Beras sandang
- Sumber protein
- kacang-kacangan
- Susu bubuk
- Gula pasir
- Minyak goreng
- Sayuran
- Buah-buahan
- karbohidrat
- Teh dan kopi
- Bumbu-bumbuan
II. Sandang
- Celana panjang/rok/pakaian muslim
- Celana pendek
- Ikat pinggang
- Kemaja lengan pendek/blouse
- Kaos oblong/BH
- Celana dalam
- Sarung/kain panjang
- Sepatu
- Kaos kaki
- Perlengkapan pembersih sepatu (semir dan sikat)
- Sandal jepit
- Handuk mandi
- Perlengkapan ibadah (sajadah, mukena, peci)
III. Perumahan
- sewa kamar
- Dipan/tempat tidur
- Perlengkapan tidur (kasus dan bantal busa)
- sprei dan sarung bantal
- Meja dan kursi
- Lemari pakaian
- Sapu
- Perlengkapan makan (piring, gelas, sendok)
- Ceret alumunium
- Wajan Alumunium
- Panci alumunium
- Sendok masak
- Rice Cooker 1/2 liter
- kompor (kompor, selang dan regulator, tabung gas 3 Kg)
- Gas elpiji
- Ember plastik
- gayung Platik
- listrik
- Bola lampu
- Air bersih
- Sabun Cuci pakaian
- sabun cuci piring
- setrika
- rak portable plastik
- pisau dapur
- cermin
IV Pendidikan
- Bacaan/radio
- Ballpoint/pensil
V. Kesehatan
- Saran kesehatan (Pasta gigi, sabun mandi, sikat gigi, shampo, pembalut atau alat cukur)
- deodorant
- obat anti nyamuk
- potong rambut
- sisir
VI. Transportasi
- transportasi kerja
VII. Rekreasi dan Tabungan
- Rekreasi
- Tabungan
ember
ane juga belum paham apa yang disebut komponen hidup layak ini. apa layak untuk tidak disebut miskin, layak disebut sejahtera atau layak untuk disebut orang berada? karena yang ane tau dulu ya kebutuhan primer sandang, pangan, papan
poin VI Transportasi, kalo gaji ente emang cukupnya buat beli matic, kenapa mesti maksain beli ninja? boleh aja sih, tapi ente juga mesti usaha yang lain donk, jualan, bisnis apa gitu biar dapat tambahan.
jadi, apakah selama ini mereka belum hidup layak sehingga menuntut naik upah gede, ataukah mereka adalah orang mampu karena punya "kendaraan mewah"?
Quote:
4. Pengungsi
Kisah Miris, Pengungsi Banjir Tolak Nasi Bungkus dan Mi Instan
JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah membanjirnya bantuan bagi korban banjir, terselip kisah-kisah miris, bahkan yang membuat marah. Ada pengungsi banjir menolak bantuan karena tidak sesuai selera.
”Saya dan tetangga tahun lalu sengaja mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan makanan bagi korban banjir di sekitar tempat tinggal kami. Namun, mereka menolak dan meminta makanan jadi saja biar praktis,” kata Sartono, warga Cipinang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Warga di lingkungan tempat tinggal Sartono pun kemudian membuat dapur umum dadakan dan memasak semua bahan kemudian diwadahi dalam kotak-kotak yang bersih dan rapi. ”Namun, kami terkejut. Ketika kami datang bawa nasi kotak, korban banjir tanya lauknya apa. Mereka terlihat tidak berkenan dengan lauk-pauk dan nasi dari kami. Sumbangan kami tidak disentuh,” tuturnya.
Sartono dan para tetangganya hanya bisa terdiam walau marah luar biasa. Meski sederhana, Sartono menjamin nasi serta lauk dari mereka terjamin rasa dan kualitas gizinya.
Ratih, warga Sentul, Bogor, yang kebetulan berada di sekitar Cawang, Jakarta Timur, akhir pekan lalu terbengong-bengong menyaksikan beberapa korban banjir membuang nasi dan lauk-pauk yang diambilnya dari dapur umum di posko dinas sosial di kawasan itu.
”Dia ambil terus dimakan sedikit, lalu dibuang juga di dekat posko itu semuanya. Gila, sudah tidak dimakan, buang sembarangan. Makanan yang dibuang menumpuk, lho. Berarti banyak yang perilakunya seperti itu. Nanti yang membersihkan relawan di situ juga. Parah banget,” ungkapnya.
Pasokan baju pantas pakai untuk korban banjir menemui nasib sama. Terkadang, karena dianggap jelek, pakaian bekas itu pun hanya teronggok menggunung selama berhari-hari tanpa ada yang menyentuh.
Seorang warga di Bukit Duri, awal pekan lalu, mengatakan, setelah berhari-hari rumahnya kebanjiran dan hidup di pengungsian, ia tentu bosan dengan mi instan, telur, nasi bungkus, dan pakaian yang buruk.
ember
dan cerita itu berlanjut disini gan.....
Diancam, Pengungsi Kampung Pulo Baru Mau Makan
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak banjir mulai menggenangi Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada 12 Januari 2014 lalu, para pengungsi tinggal di posko pengungsian yang tersebar di beberapa titik. Meski bantuan terus mengalir, tapi berbagai keluhan mulai bermunculan.
"Banyak pengungsi mengeluh bosan makan dengan menu itu-itu saja," kata Eddy Patinama, koordinator posko pengungsi Kampung Pulo di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Senin, 3 Februari 2014.
Keluhan semacam itu, menurut Eddy, wajar karena pengungsi sudah terlalu lama tinggal dan praktis tidak dapat beraktivitas normal. "Mulai masuk Minggu kedua, sudah banyak pengungsi yang bilang bosan dengan menu makanan bantuan," ujarnya. Memang, kata dia, selain mi instan, ransum makanan yang datang dari donatur ataupun pemerintah menunya sederhana. "Ya, paling tempe, sayur. Kalau daging, jarang."
Eddy pun terpaksa bersikap tegas menghadapi pengungsi yang menolak makan makanan bantuan. "Saya bilang, 'Ya sudah, kalau tidak mau tidak apa-apa, beli saja sendiri.'" Namun karena para pengungsi tidak membawa banyak uang, akhirnya mereka terpaksa makan makanan bantuan. "Saya juga bilang kalau menolak, nanti tidak dapat bantuan sampai banjir beres." Dengan sikap tegas itu, pengungsi pun menurut dan mau memakan makanan bantuan.
ember
kalau untuk pengungsi ini, memang ada yang dari masyarakat miskin, tapi ada pula dari masyarakat yang mampu tapi kurang beruntung saja, karena lokasi tempat tinggal mereka yang terkena banjir.
akan tetapi, bila mereka memang mampu, kenapa tidak mencari tempat pengungsian yang lebih enak sesuai selera mereka, di hotel misalnya, atau malah sewa villa di puncak yang dijamin bebas banjir dan suasana yang nyaman. kenapa malah tinggal di pengungsian dan mengharapkan bantuan, tapi bantuan yang enak (jangan nasi bungkus, jangan mie instan, jangan pakaian bekas). emang mau ngungsi atau mau dapat gratisan?
bersyukurlah masih ada yang ngasih bantuan, dikasih makan gratis, dikasih pakaian layak pakai gratis. yah, daripada buat beli makan enak atau pakaian bagus sesuai selera mereka, duitnya kan bisa ditabung, untuk biaya perbaikan rumah mereka, atau beli baju2 dan perabot baru untuk menganti pakaian dan perabot mereka yang rusak/hilang karena banjir.
Spoiler for pengungsi 1:
Kisah Miris, Pengungsi Banjir Tolak Nasi Bungkus dan Mi Instan
JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah membanjirnya bantuan bagi korban banjir, terselip kisah-kisah miris, bahkan yang membuat marah. Ada pengungsi banjir menolak bantuan karena tidak sesuai selera.
”Saya dan tetangga tahun lalu sengaja mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan makanan bagi korban banjir di sekitar tempat tinggal kami. Namun, mereka menolak dan meminta makanan jadi saja biar praktis,” kata Sartono, warga Cipinang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Warga di lingkungan tempat tinggal Sartono pun kemudian membuat dapur umum dadakan dan memasak semua bahan kemudian diwadahi dalam kotak-kotak yang bersih dan rapi. ”Namun, kami terkejut. Ketika kami datang bawa nasi kotak, korban banjir tanya lauknya apa. Mereka terlihat tidak berkenan dengan lauk-pauk dan nasi dari kami. Sumbangan kami tidak disentuh,” tuturnya.
Sartono dan para tetangganya hanya bisa terdiam walau marah luar biasa. Meski sederhana, Sartono menjamin nasi serta lauk dari mereka terjamin rasa dan kualitas gizinya.
Ratih, warga Sentul, Bogor, yang kebetulan berada di sekitar Cawang, Jakarta Timur, akhir pekan lalu terbengong-bengong menyaksikan beberapa korban banjir membuang nasi dan lauk-pauk yang diambilnya dari dapur umum di posko dinas sosial di kawasan itu.
”Dia ambil terus dimakan sedikit, lalu dibuang juga di dekat posko itu semuanya. Gila, sudah tidak dimakan, buang sembarangan. Makanan yang dibuang menumpuk, lho. Berarti banyak yang perilakunya seperti itu. Nanti yang membersihkan relawan di situ juga. Parah banget,” ungkapnya.
Pasokan baju pantas pakai untuk korban banjir menemui nasib sama. Terkadang, karena dianggap jelek, pakaian bekas itu pun hanya teronggok menggunung selama berhari-hari tanpa ada yang menyentuh.
Seorang warga di Bukit Duri, awal pekan lalu, mengatakan, setelah berhari-hari rumahnya kebanjiran dan hidup di pengungsian, ia tentu bosan dengan mi instan, telur, nasi bungkus, dan pakaian yang buruk.
ember
dan cerita itu berlanjut disini gan.....
Spoiler for pengungsi 2:
Diancam, Pengungsi Kampung Pulo Baru Mau Makan
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak banjir mulai menggenangi Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada 12 Januari 2014 lalu, para pengungsi tinggal di posko pengungsian yang tersebar di beberapa titik. Meski bantuan terus mengalir, tapi berbagai keluhan mulai bermunculan.
"Banyak pengungsi mengeluh bosan makan dengan menu itu-itu saja," kata Eddy Patinama, koordinator posko pengungsi Kampung Pulo di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Senin, 3 Februari 2014.
Keluhan semacam itu, menurut Eddy, wajar karena pengungsi sudah terlalu lama tinggal dan praktis tidak dapat beraktivitas normal. "Mulai masuk Minggu kedua, sudah banyak pengungsi yang bilang bosan dengan menu makanan bantuan," ujarnya. Memang, kata dia, selain mi instan, ransum makanan yang datang dari donatur ataupun pemerintah menunya sederhana. "Ya, paling tempe, sayur. Kalau daging, jarang."
Eddy pun terpaksa bersikap tegas menghadapi pengungsi yang menolak makan makanan bantuan. "Saya bilang, 'Ya sudah, kalau tidak mau tidak apa-apa, beli saja sendiri.'" Namun karena para pengungsi tidak membawa banyak uang, akhirnya mereka terpaksa makan makanan bantuan. "Saya juga bilang kalau menolak, nanti tidak dapat bantuan sampai banjir beres." Dengan sikap tegas itu, pengungsi pun menurut dan mau memakan makanan bantuan.
ember
kalau untuk pengungsi ini, memang ada yang dari masyarakat miskin, tapi ada pula dari masyarakat yang mampu tapi kurang beruntung saja, karena lokasi tempat tinggal mereka yang terkena banjir.
akan tetapi, bila mereka memang mampu, kenapa tidak mencari tempat pengungsian yang lebih enak sesuai selera mereka, di hotel misalnya, atau malah sewa villa di puncak yang dijamin bebas banjir dan suasana yang nyaman. kenapa malah tinggal di pengungsian dan mengharapkan bantuan, tapi bantuan yang enak (jangan nasi bungkus, jangan mie instan, jangan pakaian bekas). emang mau ngungsi atau mau dapat gratisan?
bersyukurlah masih ada yang ngasih bantuan, dikasih makan gratis, dikasih pakaian layak pakai gratis. yah, daripada buat beli makan enak atau pakaian bagus sesuai selera mereka, duitnya kan bisa ditabung, untuk biaya perbaikan rumah mereka, atau beli baju2 dan perabot baru untuk menganti pakaian dan perabot mereka yang rusak/hilang karena banjir.
Spoiler for kaya tapi miskin:
Spoiler for koruptor:
coba agan-agan perhatikan tampang dan potongan mereka.
apakah ada terlihat bahwa mereka itu orang miskin yang hidup serba berkekurangan?
melihat profesi mereka, ada yang anggota dewan yang terhormat, ada yang jendral polisi, ada yang bankir, tentunya dengan gaji yang mereka dapat sudah bisa membuat mereka hidup berkecukupan.
mereka sebenarnya sudah kaya, tapi bertingkah seperti orang miskin yang serba kekurangan. sampai-sampai mereka harus mengambil uang rakyat yang bukan hak mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. kasihan bukan? mereka sampai tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka dengan penghasilan mereka (untuk belanja online sampai milyaran)
mungkin penegakan hukum di negara kita masih kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi para pelakunya atau rasa takut bagi yang akan mencoba melakukannya
Spoiler for hukuman:
atau mungkin, korupsi sebanyak-banyaknya. nanti duitnya buat nyuap petugas agar dikasih kamar yang ada ac, karaoke, springbed, laptop n biar bisa keluar nonton tennis di pulau lain atau bahkan jalan2 ke singapur
Spoiler for liburan:
yah, walaupun dipenjara tetap bisa menikmati hidup gan......
Spoiler for santai....:
mereka memang kaya harta, tapi miskin hati.....
demikian thread ane gan, silahkan sharing opini dari kaskuser lain
sebelumnya jangan lupa di ya gan...
dapat juga terima kasih
kalo ada salah2 kata jangan di ya gan.....
update kaskuser di post #3
Diubah oleh jimenisti 08-02-2014 03:01
0
160.1K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan