SURABAYA (suarakawan.com) – Pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) cuek dalam menyikapi wacana liar yang dilontarkan oleh Akil Mochtar mengenai sengketa Pilgub Jatim. Melalui kuasa hukumnya, Trimoelja D Soerjadi, pernyataan Akil tidak perlu dipikirkan.

“Pilgub Jatim sudah selesai dengan keputusan MK yang menolak gugatan pasangan Khofifah-Herman. Apalagi yang harus dipermasalahkan?” kata Trimoelja kepada wartawan di Surabaya, Minggu (02/02).

Menurutnya, keputusan MK tersebut sudah benar. Karena, gugatan yang diajukan pasangan Khofifah-Herman relatif sudah bisa dimentahkan.

“Kalau tak percaya, lihat saja risalah sidangnya. Ada tidak gugatan yang benar-benar kuat, dan tak bisa kami tanggapi dengan baik? Tidak ada,?? ucapnya.

Selain itu, semua masyarakat Jatim juga bisa merasakan bagaimana pelaksanaan Pilgub Jatim. Relatif tenang dan tidak ada masalah apa pun. Bahkan, KPU Jatim dan Bawaslu menyatakan bahwa Pilgub Jatim relatif tidak ada insiden yang signifikan.

“Itu sudah merupakan indikasi. Karena, kalau memang terjadi kecurangan sebagaimana yang dituduhkan pasangan Khofifah-Herman, semua masyarakat Jatim pasti tahu. Karena, Jatim sendiri sudah merupakan daerah relatif maju dan penyebaran informasi bisa berlangsung cepat,” jelasnya.

Trimoelja sendiri juga mempertanyakan klaim Akil Mochtar yang menyatakan bahwa yang menang adalah pasangan Khofifah-Herman. Karena ada selisih 1,6 juta suara dan ditambah tak ada bukti adanya kecurangan yang terstruktur, dan sistematis.

??Saya penasaran dengan cara apa Akil bilang bahwa pasangan Khofifah-Herman yang menang Pilgub?,” tuturnya.

Bahkan, Trimoelja mencontohkan salah satu jenis permasalahan yang digugat. Yakni, soal kecurangan suara. Pasangan Khofifah-Herman hanya menyebut tanpa alasan jelas, ada pengondisian di sejumlah TPS untuk memenangkan pasangan KarSa.

Selain tak bisa menyebut TPS mana saja, Trimoelja bahkan membawa bukti ada sejumlah TPS yang justru pasangan Khofifah-Herman mendapat seratus persen suara, tidak ada yang golput, dan nol untuk pasangan lainnya. “Justru indikasi-indikasi tersebut mengarah ke penggugat,?? tandasnya.

Selama ini, lanjutnya, pihaknya telah menjadi korban black campaign yang sangat keras. Kalau selama ini pihaknya lebih memilih untuk tidak terlalu banyak berkomentar, itu karena tidak ingin menambah polemik.

“Memang pasangan KarSa adalah pasangan petahana, tapi bukan berarti kami pasangan yang tidak jujur. Kami curiga bahwa ada yang menyetting, dan setiap counter wacana dari kami pasti langsung di-bully. Ini yang sudah tidak sehat,” katanya.

Terpisah, pakar politik Unair Haryadi mengatakan bahwa wacana yang berkembang terkait pernyataan Akil tersebut lebih kental nuansa politisnya. Karena, tidak bisa dengan Akil menyebut bahwa pasangan Khofifah-Herman menang, kemudian lantas dipercaya kebenarannya.

“Perlu ada pembuktian apa yang menjadi dasar Akil untuk menyebut pemenangnya adalah pasangan Khofifah-Herman. Bagaimana menghapus selisih 1,6 juta suara. Karena kalau selisih sebanyak itu dihapuskan, maka tentu Akil pasti punya bukti kuat kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan massif,” tuturnya. (Bng/era)

SOURCE