Renungan pribadi kegelisahan penulis atas apa yang terjadi di dalam negeri dan juga tantangaan-tantangan yang terjadi dan yang menghampiri dunia belakangan ini. Sebagian besar renungan pribadi ini adalah pelajaran yang bisa penulis ambil dari begitu banyak situasi yang sudah terjadi di negeri Indonesia.
masih dalam suasana hati yang juga ikut gelisah dengan berbagai bencana yang terus terjadi di Indonesia. Suasana politik yang semakin tidak kondusif untuk seorang anak muda yang menginginkan sebuah idealisme dalam berpolitik dan mencari panutan atas tokoh politik yang mampu memberikan karya nyata dalam visi pengabdiannya. Korupsi yang merajalela hingga lubang semut terdalam. Mencari sebuah integirtas dalam ucapan, tindakan terhadap nilai-nilai yang selalu penulis dengar dalam berbagai kesempatan, misalnya di bangku sekolah, kuliah, tempat ibadah, ceramah, seminar, buku-buku dan tempat lainnya. Sehingga sering saya mendengar “hanya retorika semu”..,tapi pertanyaannya adalah bagaimana saya bisa menemukan kesatuan antara nilai-nilai hidup dengan keseharian dan bagaimana menerapkan itu dalam kehidupan sehari- hari dan untik menghadapi tantangan di depan mata kita?? Pertanyaan mendasar yang memulai petualangan saya dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam diri saya kala itu..
sebelum melanjutkan perjalanan penilis baru bisa melihat dan menyadari peran Ashram dan apa makna yang saya pahami sampai tulisan ini terwujud. Ashram diibaratkan sebuah “rumah”, namun apa yang membedakan dengan “rumah” ahsram dengan rumah-rumah yang ada yang kita kenal? Perbedaannya adalah rumah ini adalah sebuah tempat dimana sebuah prinsip kekeluargaan sejati diterapkan dan menjadi salah satu dasarnya. Rumah dimana prinsip-prinsip kehidupan atau nilai-nilai universal seperti; cinta kasih, berbagi, kebahagiaan, kedamaian, dan keharmonisan diupayakan diberdayakan, dan diintegrasikan dari hari ke hari dalam diri setiap orang yang mampir atau pun berada di rumah itu. Masyarakat dan kebijakannya mungkin memberikan begitu banyak nilai-nilai dalam hidup kita, namun terkadang kita bisa mengalami kendala dan tantangan untuk menerapkannya dalam hidup kita. Mungkin salah satu tantangan yang biasa kita hadapi adalah kurangnya sebuah “support group” atau “good company” untuk bisa kita ajak bekerja bersama-sama untuk mewujudkan nilai – nilai itu sutuhnya suka maupun duka. Ashram juga adalah rumah untuk memberdayakan diri dan mempersiapkan diri kita untuk bisa berbagi dan berkarya dalam masyarakat dengan semangat yang berbeda.
Dalam peradaban nusantara ribuan tahun silam mengenal ashram sebagai sebuah tempat untuk bergulat dengan diri sendiri. “Bergulat” dalam artian mengusai potensi diri untuk menjadi garis depan dalam pendidikan dan peradaban luhur nusantara. Ashram adalah tempat untuk menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur kehidupan yang terkadang belum bisa kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebuah peradaban bisa tegak karena adanya ashram-ashram ini saat itu. Konsep dari univeristas Nalanda, konsep Gurukul adalah konsep ashram. Bahkan pesantren pun sebenarnya adalah salah satu bentuk lain dari ashram itu sendiri.
Retorika semu yang kita bicarakan diawal adalah tantangan bagi orang yang mengenal ashram. Saat kondisi politik tidak karuan, korupsi, ketidakadilan, penindasan, pencemaran dan kerusakan lingkungan, pembangunan tak terkendali yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip ramah lingkangan dan dominasi industrialis. Membawa penulis untuk bertanya kembali setelah sekian “dimana saya bisa menemukan kembali integritas nilai-nilai kehidupan itu dalam kondisi saat ini??
Ashram dalam tradisi nusantara lalu bisa kembali kita wujudkan sebagai jalan pemberi harapan sebuah peradaban, perubahan menuju kemanusiaan yang sejati yang akan mewujudkan keluruhan budaya. [Bersambung]



http://www.baliwisdomnews.com/