Quote:
Partai Disebut Turut Memicu Munculnya Caleg Stres
Ropesta Sitorus - detikNews
Halaman 1 dari 2
Gambar Ilustrasi (Dika/detikcom)
Pemilu dan Caleg Stres
Jakarta -
Sejumlah calon anggota legislatif yang gagal terpilih pada pemilihan umum 2009 lalu mengalami stres, atau gangguan jiwa lainnya. Di daerah pemilihan I Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat misalnya. Setelah gagal terpilih, seorang caleg menarik kembali bantuan sebuah mesin genset yang di sumbangkannya ke masjid.
Tak hanya itu, dia juga menarik bantuan dana sebesar Rp 1 juta yang disumbangkannya ke dua musala. Sementara di Bogor Jawa Barat, seorang caleg menarik kembali ratusan buku tabungan yang masing-masing berisi senilai Rp50 ribu.
Buku tersebut dibagikan saat kampanye di Kampung Muara, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat. Buku tabungan ditarik setelah perolehan suara si caleg di daerah tersebut tak lebih dari 10 persen.
Titi Anggraini, Direktur Eksekutif PERLUDEM mengakui usai pemilihan umum 2009 lalu banyak ditemui caleg stres, bahkan gila. Menurut dia partai juga punya andil dalam fenomena maraknya caleg stres, karena tidak mengajarkan berkompetisi secara rasional.
Partai seharusnya mengajarkan cara membaca dapil, menghitung target perolehan suara, dan bagaimana membangun strategi kampanye serta memanfaatkan jejaring. Ketidakmampuan berkompetisi akan makin diperparah lagi jika seorang caleg memang punya kejiwaan yang tidak stabil.
“Jika tidak punya kemampuan tersebut, lalu jor-joran menghabiskan modal dan uang untuk bisa menang, bahkan sampai defisit, ditambah lagi kejiwaan yang tidak stabil, jadilah kita dapatkan fenomena banyaknya caleg stres karena kalah pemilu,” kata Titi kepada detikcom, Ahad (19/1) kemarin.
Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Independen Sebastian Salang mengatakan, caleg yang stres bahkan gila usai pemilu, perlu jadi perhatian partai. “Saya lupa datanya tapi pada Pemilu yang lalu itu konon banyak yang gila,” kata dia kepada detikcom, Ahad (19/1)
Adanya psikotes, menurut Sebastian bisa menjadi salah satu cara partai mengantisipasi caleg yang punya kejiwaan labil. “Jika ditemukan bahwa caleg itu memang punya unsur sakit jiwa, ya harusnya batal jadi caleg,” kata dia.
Dalam pemilu lalu, banyak caleg yang stress karena sudah mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk bisa mencalonkan diri. “Mungkin juga untuk biaya kampanye itu mereka pinjam atau ngutanglah,” bebernya.
Kebijakan untuk seleksi calon lewat mekanisme psikotes menurut Sebastian adalah kebijakan internal partai dan tidak dilakukan oleh semua partai. Lewat tes kejiwaan, tak hanya kemampuan emosional mengendalikan stress yang bisa diketahui.
Kemampuan untuk kerjasama, tingkat inteligensia, kepemimpinan, kecenderungan ego, hingga ketelitian seseorang bisa terbaca. Namun, sayangnya, tes tersebut tidak bisa digunakan untuk mencegah budaya korup di kalangan anggota dewan.
[url]http://news.detik..com/read/2014/01/20/172937/2472593/10/2/partai-disebut-turut-memicu-munculnya-caleg-stres[/url]
Ternyata emang bisa bikin stress
Pantas sampe ada yang pelihara pustun
Lumanyan buat ilang stress