

TS
ketut.ne
Selamat Datang di Kab. Karangasem


Quote:
Sejarah Singkat Kabupaten Karangasem
Sebelum tahun 1908 Kabupaten Karangasem merupakan wilayah kerajaan di bawah kekuasaan raja-raja. Tercatat raja yang terakhir sampai tahun 1908 adalah Ida Anak Agung Gde Djelantik yang membawahi 21 Punggawa, yaitu Karangasem, Seraya, Bugbug, Ababi, Abang, Culik, Kubu, Tianyar, Pesedahan, Manggis, Antiga, Ulakan, Bebandem, Sibetan, Pesangkan, Selat, Muncan, Rendang, Besakih, Sidemen dan Talibeng.
Spoiler for Read more...:
Setelah Belanda menguasai Karangasem, terhitung mulai tanggai 1 Januari 1909 dengan Keputusan Gubernur Djendral Hindia Belanda tertanggal 28 Desember 1908 No. 22, Kerajaan Karangasem dihapuskan dan dirubah menjadi Gauverments Lanschap Karangasem di bawah Pimpinan I Gusti Gde Djelantik (Anak angkat Raja Ida Anak Agung Gde Djelantik) yang memakai gelar Stedehouder. Jumlah kepunggawaan pada saat itu diciutkan dari 21 menjadi 14, yaitu Karangasem, Bugbug, Ababi, Abang, Kubu, Manggis, Antiga, Bebandem, Sibetan, Pesangkan, Pesangkan Selat, Muncan, Rendang dan Sidemen.
Dengan Keputusan Gubernur Hindia Belanda tertanggal 16 Desember 1921 No. 27 Stbl No. 756 tahun 1921 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1922, Gouvernements Lanschap Karangasem dihapuskan, dirubah menjadi daerah otonomi, langsung di bawah Pemerintahan Hindia Belanda, terbentuklah Karangasem Raad yang diketuai oleh Regent I Gusti Agung Bagus Djelantik, yang umum dikenal sebagai Ida Anak Agung Bagus Djelantik, sedangkan sebagai Sekretaris dijabat oleh Controleur Karangasem.
Sebagai Regent Ida Anak Agung Bagus Djelantik masih mempergunakan gelar Stedehouder. Jumlah Punggawa yang sebelumnya berjumlah 14 buah dikurangi lagi sehingga menjadi 8 buah, yaitu : Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Manggis, Karangasem, Abang, Kubu. Dengan Keputusan Gubernur Djendral Hindia Belanda tertanggal 4 September 1928 No. I gelar Stedehouder diganti dengan gelar Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem.
Dengan Keputusan Gubernur Djendral Hindia Belanda tertanggal 30 Juni 1938 No. 1 terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 beliau diangkat menjadi Zelfbesteur Karangasem (terbentuknya swapraja). Bersamaan dengan terbentuknya Zelfbesteur Karangasem, terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 terbentuk pulalah Zelfbesteur - Zelfbesteur di seluruh Bali, yaitu Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana dan Buleleng, dimana swapraja-swapraja (Zelfbesteur) tersebut tergabung menjadi federasi dalam bentuk Paruman Agung.
Pada atahun 1942 Jepang masuk ke Bali, Paruman Agung diubah menjadi Sutyo Renmei. Pada tahun 1946 setelah Jepang menyerah, Bali menjadi bagian dari Pemerintah Negara Indonesia Timur dan Swapraja di Bali diubah menjadi Dewan Raja-Raja dengan berkedudukan di Denpasar dan diketuai oleh seorang Raja.
Pada bulan Oktober 1950, Swapraja Karangasem berbentuk Dewan Pemerintahan Karangasem yang diketuai oleh ketua Dewan Pemerintahan Harian yang dijabat oleh Kepala Swapraja (Raja) serta dibantu oleh para anggota Majelis Pemerintah Harian. Pada tahun 1951, istilah Anggota Majelis Pemerintah Harian diganti menjadi Anggota Dewan Pemerintah Karangasem. Berdasarkan UU No. 69 tahun 1958 terhitung mulai tanggal 1 Desember 1958, daerah-daerah swapraja diubah menjadi Daerah Tingkat II Karangasem.
Sejarah Singkat Kota Amlapura
Menurut Pebancangah Babad Dalem, bahwa semenjak bertahta Raja I Dewa Karang Amla, Wilayah Kota Amlapura ini disebut Desa Batuaya. Kemudian tahta berganti sampai masa raja Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, yang istananya di Puri Amlaraja, pada saat itu sebutan Karangasem sudah dipakai, yang dalam hal ini dikukuhkan oleh Piagam Pura Bukit. Dengan bertahtanya Raja Anak Agung Gde Putu dan Anak Agung Gde Oka, Awig-Awig Desa Batuaya diubah menjadi Awig-Awig Amlapura. Kemudian dibawah pemerintahan Anak Agung Gde Jelantik, sebutan Wilayah Kota Amlapura ini kembali disebut Karangasem sebagai suatu pusat pemerintahan.
Dengan Keputusan Mentri Dalam Negeri (Mendagri) tertanggal 28 November 1970 No. 284 tahun 1970, terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1970, Ibu Kota Karangasem
diubah menjadi Amlapura, kembali sebagai nama Kerajaan Karangasem yang bertahta di Kota Karang Amla (Amla berarti Asem).
Riwayat Singkat Lahirnya Nama Amlapura
Pada saat itu semenjak terjadi penyerahan kekuasaan kerajaan Karangasem dari pemegang tampuk kekuasaan Raja Batuaya kepada pihak Puri Karangasem, merupakan masa peralihan dari sistim kerajan kepada sistem Pemerintahan Republik, dimana wilayah Kota Amlapura sekarang bernama Amlanegantun.
Mula-mula Ibu Kota Karangasem masih berpusat dengan nama Karangasem pula. Mengingat beberapa Kabupaten di Bali sudah memiliki Ibu Kota seperti Buleleng dengan Kota Singaraja - Singa Ambararaja, Jembrana dengan Kota Negara, Badung dengan Ibu Kota Denpasar, maka dicarilah upaya untuk mencari nama terbaik Ibu Kota Karangasem.
Anak Agung Gde Karang yang menjadi Bupati saat itu berkonsultasi dengan Ketua DPRD Ida Wayan Pidada, hingga menemukan nama Amlepure (Amlapura) yang artinya, Amla berarti buah-buahan, sebagaimana layaknya daerah Karangasem yang memiliki potensi buah-buahan yang sangat beragam, buah apapun yang ada di Bali di Karangasem pun ada. Dari asal nama wilayah Amlanegantun dan sebagai pusat buah-buahan yang beragam, maka lahirlah nama Amlapura (Pura = tempat, Amla = buah).
Nama Amlapura akhirnya diresmikan sebagai Ibu Kota Kabupaten Karangasem dengan turunnya Kep. Mendagri tanggal 28 Nopember 1970 No. 284 tahun 1970, dan terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1970, Kota Karangasem sebagai Ibu Kota Dati II diubah menjadi Amlapura, bersamaan dengan Upacara Pembukaan Selubung Monument Lambang Daerah, oleh Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) XV Bali, sebagai Panji kebanggaan Kabupaten Karangasem di Lapangan Tanah Aron. Dan yang menggembirakan saat itu Kabupaten Karangasem menerima penghargaan Sertifikat dan Tropy Patung dan hadiah berupa uang Rp. 200,00 sebagai Kabupaten Terbersih di Bali. Kini Karangasem pada peringatan hut Kota Amlapura ke-39 juga menjadi Kota Terbersih tidak hanya se-Propinsi Bali tetapi se-Indonesia dengan meraih Trophy Adipura.
Lambang Daerah diambil dari simbol Gunung Agung yang mengepulkan asap dengan membentuk Pulau Bali dengan Tugu Pahlawan di tengah, dikelilingi padi dan kapas menandakan simbol kemakmuran Gunung Agung dengan Pura Besakih sebagai pusat ritual umat Hindhu serta memiliki sejarah sebagai daerah perjuangan, murah sandang pangan, gemah ripah loh jinawi berkat lahar Gunung Agung.
Sedangkan garis merah merupakan simbol Karangasem ngemong Pura Kiduling Kreteg di Besakih.
Kepala Daerah dari masa ke masa
Para pejabat yang pernah memegang jabatan sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karangasem / Bupati dan Wakil Bupati Karangasem, yaitu :
Anak Agung Gde Jelantik ( 1951 – 1960 )
I Gusti Lanang Rai ( 1960 – 1967 )
Anak Agung Gde Karang ( 1967 – 1979 )
Letkol Pol I Gusti Nyoman Yudana ( 1979 – 1989 )
Kolonel Pol. I Ketut Mertha, Sm.Ik. S.sos ( 1989 – 1999 )
Drs. I Gede Sumantara Adi Prenatha dan Drs. I Gusti Putu Widjera ( 1999 – 2005 )
I Wayan Geredeg, S.H. dan Drs. I Gusti Lanang Rai, M. Si. ( 2005 – 2010 )
I Wayan Geredeg, S.H. dan I Nengah Sukerena, S.H. (2010 - 2015)
www.karangasemkab.go.id
Dengan Keputusan Gubernur Hindia Belanda tertanggal 16 Desember 1921 No. 27 Stbl No. 756 tahun 1921 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1922, Gouvernements Lanschap Karangasem dihapuskan, dirubah menjadi daerah otonomi, langsung di bawah Pemerintahan Hindia Belanda, terbentuklah Karangasem Raad yang diketuai oleh Regent I Gusti Agung Bagus Djelantik, yang umum dikenal sebagai Ida Anak Agung Bagus Djelantik, sedangkan sebagai Sekretaris dijabat oleh Controleur Karangasem.
Sebagai Regent Ida Anak Agung Bagus Djelantik masih mempergunakan gelar Stedehouder. Jumlah Punggawa yang sebelumnya berjumlah 14 buah dikurangi lagi sehingga menjadi 8 buah, yaitu : Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Manggis, Karangasem, Abang, Kubu. Dengan Keputusan Gubernur Djendral Hindia Belanda tertanggal 4 September 1928 No. I gelar Stedehouder diganti dengan gelar Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem.
Dengan Keputusan Gubernur Djendral Hindia Belanda tertanggal 30 Juni 1938 No. 1 terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 beliau diangkat menjadi Zelfbesteur Karangasem (terbentuknya swapraja). Bersamaan dengan terbentuknya Zelfbesteur Karangasem, terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 terbentuk pulalah Zelfbesteur - Zelfbesteur di seluruh Bali, yaitu Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana dan Buleleng, dimana swapraja-swapraja (Zelfbesteur) tersebut tergabung menjadi federasi dalam bentuk Paruman Agung.
Pada atahun 1942 Jepang masuk ke Bali, Paruman Agung diubah menjadi Sutyo Renmei. Pada tahun 1946 setelah Jepang menyerah, Bali menjadi bagian dari Pemerintah Negara Indonesia Timur dan Swapraja di Bali diubah menjadi Dewan Raja-Raja dengan berkedudukan di Denpasar dan diketuai oleh seorang Raja.
Pada bulan Oktober 1950, Swapraja Karangasem berbentuk Dewan Pemerintahan Karangasem yang diketuai oleh ketua Dewan Pemerintahan Harian yang dijabat oleh Kepala Swapraja (Raja) serta dibantu oleh para anggota Majelis Pemerintah Harian. Pada tahun 1951, istilah Anggota Majelis Pemerintah Harian diganti menjadi Anggota Dewan Pemerintah Karangasem. Berdasarkan UU No. 69 tahun 1958 terhitung mulai tanggal 1 Desember 1958, daerah-daerah swapraja diubah menjadi Daerah Tingkat II Karangasem.
Sejarah Singkat Kota Amlapura
Menurut Pebancangah Babad Dalem, bahwa semenjak bertahta Raja I Dewa Karang Amla, Wilayah Kota Amlapura ini disebut Desa Batuaya. Kemudian tahta berganti sampai masa raja Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, yang istananya di Puri Amlaraja, pada saat itu sebutan Karangasem sudah dipakai, yang dalam hal ini dikukuhkan oleh Piagam Pura Bukit. Dengan bertahtanya Raja Anak Agung Gde Putu dan Anak Agung Gde Oka, Awig-Awig Desa Batuaya diubah menjadi Awig-Awig Amlapura. Kemudian dibawah pemerintahan Anak Agung Gde Jelantik, sebutan Wilayah Kota Amlapura ini kembali disebut Karangasem sebagai suatu pusat pemerintahan.
Dengan Keputusan Mentri Dalam Negeri (Mendagri) tertanggal 28 November 1970 No. 284 tahun 1970, terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1970, Ibu Kota Karangasem
diubah menjadi Amlapura, kembali sebagai nama Kerajaan Karangasem yang bertahta di Kota Karang Amla (Amla berarti Asem).
Riwayat Singkat Lahirnya Nama Amlapura
Pada saat itu semenjak terjadi penyerahan kekuasaan kerajaan Karangasem dari pemegang tampuk kekuasaan Raja Batuaya kepada pihak Puri Karangasem, merupakan masa peralihan dari sistim kerajan kepada sistem Pemerintahan Republik, dimana wilayah Kota Amlapura sekarang bernama Amlanegantun.
Mula-mula Ibu Kota Karangasem masih berpusat dengan nama Karangasem pula. Mengingat beberapa Kabupaten di Bali sudah memiliki Ibu Kota seperti Buleleng dengan Kota Singaraja - Singa Ambararaja, Jembrana dengan Kota Negara, Badung dengan Ibu Kota Denpasar, maka dicarilah upaya untuk mencari nama terbaik Ibu Kota Karangasem.
Anak Agung Gde Karang yang menjadi Bupati saat itu berkonsultasi dengan Ketua DPRD Ida Wayan Pidada, hingga menemukan nama Amlepure (Amlapura) yang artinya, Amla berarti buah-buahan, sebagaimana layaknya daerah Karangasem yang memiliki potensi buah-buahan yang sangat beragam, buah apapun yang ada di Bali di Karangasem pun ada. Dari asal nama wilayah Amlanegantun dan sebagai pusat buah-buahan yang beragam, maka lahirlah nama Amlapura (Pura = tempat, Amla = buah).
Nama Amlapura akhirnya diresmikan sebagai Ibu Kota Kabupaten Karangasem dengan turunnya Kep. Mendagri tanggal 28 Nopember 1970 No. 284 tahun 1970, dan terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1970, Kota Karangasem sebagai Ibu Kota Dati II diubah menjadi Amlapura, bersamaan dengan Upacara Pembukaan Selubung Monument Lambang Daerah, oleh Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) XV Bali, sebagai Panji kebanggaan Kabupaten Karangasem di Lapangan Tanah Aron. Dan yang menggembirakan saat itu Kabupaten Karangasem menerima penghargaan Sertifikat dan Tropy Patung dan hadiah berupa uang Rp. 200,00 sebagai Kabupaten Terbersih di Bali. Kini Karangasem pada peringatan hut Kota Amlapura ke-39 juga menjadi Kota Terbersih tidak hanya se-Propinsi Bali tetapi se-Indonesia dengan meraih Trophy Adipura.
Lambang Daerah diambil dari simbol Gunung Agung yang mengepulkan asap dengan membentuk Pulau Bali dengan Tugu Pahlawan di tengah, dikelilingi padi dan kapas menandakan simbol kemakmuran Gunung Agung dengan Pura Besakih sebagai pusat ritual umat Hindhu serta memiliki sejarah sebagai daerah perjuangan, murah sandang pangan, gemah ripah loh jinawi berkat lahar Gunung Agung.
Sedangkan garis merah merupakan simbol Karangasem ngemong Pura Kiduling Kreteg di Besakih.
Kepala Daerah dari masa ke masa
Para pejabat yang pernah memegang jabatan sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karangasem / Bupati dan Wakil Bupati Karangasem, yaitu :
Anak Agung Gde Jelantik ( 1951 – 1960 )
I Gusti Lanang Rai ( 1960 – 1967 )
Anak Agung Gde Karang ( 1967 – 1979 )
Letkol Pol I Gusti Nyoman Yudana ( 1979 – 1989 )
Kolonel Pol. I Ketut Mertha, Sm.Ik. S.sos ( 1989 – 1999 )
Drs. I Gede Sumantara Adi Prenatha dan Drs. I Gusti Putu Widjera ( 1999 – 2005 )
I Wayan Geredeg, S.H. dan Drs. I Gusti Lanang Rai, M. Si. ( 2005 – 2010 )
I Wayan Geredeg, S.H. dan I Nengah Sukerena, S.H. (2010 - 2015)
www.karangasemkab.go.id
Quote:
Maps Kabupaten Karangasem
Spoiler for Show Maps:

Quote:
Bukit Jambul
Bukit Jambul dikenal sebagai objek tujuan wisata yang mengagumkan karena menyuguhkan keindahan dengan perpaduan serta kombinasi harmonis antara perbukitan, persawahan, lembah, dan panorama laut indah di kejauhan. Dari ketinggian bukit kita bisa menyaksikan keindahan alam di bawahnya. Jika anda liburan di Bali kemudian ikut Besakih Tour, kita akan melewati lokasi ini, tidak ada salahnya untuk mampir, atau makan siang sambil menikmati lukisan alam indah terhampar di depan mata. Kelokan serta tanjakan di tengah-tengah lembah yang dipenuhi kebun cengkeh, memberikan nuansa alami, memnuat hati damai.
Spoiler for Read more...:
Bukit Jambul terletak di desa tradisional Pesaban, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Bali. Objek wisata Bukit Jambul terletak 8 km dari Kabupaten Klungkung, 51 km dari Denpasar atau 15 km dari Pura Besakih. Tempat ini berada di perbatasan antara Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem, maka seperti diinformasikan tadi, bila kita hendak mengunjungi atau tour ke Pura Besakih melalui Kabupaten Klungkung, otomatis kita akan melewati Bukit Jambul.

Sebagai tempat persinggahan, posisinya berada pada ketinggian 500m diatas permukaan laut, maka Bukit Jambul dikategorikan memiliki hawa cukup sejuk, serta menyajikan pemandangan alam yang sangat indah. Terdapat pemberhentian dengan lahan parkir di pertengahan jalan, berada di atas tebing, di pinggir persawahan, dari sini pemandangan disajikan bisa dinikmati oleh para pengunjung, menyaksikan hamparan bukit serta lembah dengan perpaduan areal sawah teraseringnya, alam hijau nan asri serta berhawa sejuk, sungguh menyegarkan dan menjadikannya sebagai terapi pikiran sempurna, selain itu mata kita juga dimanjakan dengan pemandangan laut lepas terlihat jelas dari tempat ini. Di kejauhan akan tampak gugusan pulau Nusa Penida, diseberang lautan.

Sebagai tempat persinggahan, posisinya berada pada ketinggian 500m diatas permukaan laut, maka Bukit Jambul dikategorikan memiliki hawa cukup sejuk, serta menyajikan pemandangan alam yang sangat indah. Terdapat pemberhentian dengan lahan parkir di pertengahan jalan, berada di atas tebing, di pinggir persawahan, dari sini pemandangan disajikan bisa dinikmati oleh para pengunjung, menyaksikan hamparan bukit serta lembah dengan perpaduan areal sawah teraseringnya, alam hijau nan asri serta berhawa sejuk, sungguh menyegarkan dan menjadikannya sebagai terapi pikiran sempurna, selain itu mata kita juga dimanjakan dengan pemandangan laut lepas terlihat jelas dari tempat ini. Di kejauhan akan tampak gugusan pulau Nusa Penida, diseberang lautan.

Quote:
Pura Besakih
Objek wisata Pura Besakih adalah merupakan pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu di Bali, Pura Agung Besakih adalah sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu Pura Agung Besakih adalah pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya, dan merupakan salah satu tempat favorit menjadi tujuan wisatawan di Bali, memiliki perbedaan juga keunikan tersendiri dibandingkan tempat/ pura lainnya di Bali. Pura Besakih menjadi terkenal karena kompleks candi yang didirikan disana, sehingga dikenal sebagai Pura Utama di Bali.
Spoiler for Read more...:
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak lereng Gunung Agung yaitu Gunung tertinggi di Bali, tepatnya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali. Kalau anda sewa mobil ataupun ikut tour ke tempat ini, perjalanan dari bandara sekitar 2.5 jam perjalanan menuju arah Timur. Areal Pura Besakih sangatlah luas, jika anda berkeinginan untuk mengetahui lebih banyak Pura Besakih ini, mungkin anda harus menghabiskan waktu hampir 1 jam untuk berkeliling di areal ini.Tempat atraksi berdekatan dengan Besakih, menawarkan atraksi menantang adalah site rafting yang terkenal yaitu rafting di Sungai Telaga Waja. Liburan wisata ke Besakih sambil ikut rafting atau arung jeram tentu hal menyenangkan.

Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yaitu Pura Penataran Agung Besakih dan 18 Pura Pendamping yaitu 1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya. Semua Umat Hindu terutama yang ada di Bali, mempunyai sebuah pura penyungsungan (tempat persembahyangan) disebut Pura Pedarman sesuai dengan wangsa mereka, terbagi menjadi beberapa komplek di areal ini, dan Pura Pedarman tersebut merupakan warisan leluhur secara turun menurun. Pura Penataran Agung adalah Pura terbesar di kompleks Pura Besakih, candi-candi atau pelinggihnya lebih banyak, upacaranya juga paling banyak di kawasan Penataran Agung ini. Di Penataran agung ini ada 3 Candi utama dan merupakan intisari dan seluruh bangunan suci (palinggih) yang ada di Pura Agung Besakih. Padmasana-Tiga adalah symbol dari stana tuhan sesuai dengan sifat Tri Murti yaitu Dewa Brahma sebagai Pencipta, Wisnu sebagai Pemelihara dan Siwa sebagai Pelebur. Pura Besakih berasal dari zaman sangat tua, karena banyaknya peninggalan –peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih dijaga lestari sampai sekarang ini.

Berkunjung ke Besakih, bagi penekun kegiatan rohani, akan memberikan dan merasakan nuansa spiritual dan magis begitu kentalnya, selain hamparan pemandangan alam dari ketinggian, terlihat begitu indah. Apalagi jika sampai di Pura Gelap yang menempati posisi paling atas di komplek pura ini. Jika anda seorang wisatawan dan akan berkunjung ke kawasan Pura, anda harus ditemani oleh seorang pemandu/ guide lokal, mereka membetuk sebuah organisasi pemandu untuk kawasan Besakih, dan untuk jasa mereka ini, akan dikenakan biaya tambahan, biasanya berkisarana dari harga Rp 50.000-100.000, tergantung jumlah peserta.
Dan perlu dicatat setiap pengunjung yang memasuki areal suci di Bali, seperti pura diwajibkan untuk memakai kain dan selendang, dilokasi disediakan penyewaanya, atau bisa bawa sendiri. Pantangan bagi perempuan disaat sedang datang bulan untuk memasuki areal pura.

Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yaitu Pura Penataran Agung Besakih dan 18 Pura Pendamping yaitu 1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya. Semua Umat Hindu terutama yang ada di Bali, mempunyai sebuah pura penyungsungan (tempat persembahyangan) disebut Pura Pedarman sesuai dengan wangsa mereka, terbagi menjadi beberapa komplek di areal ini, dan Pura Pedarman tersebut merupakan warisan leluhur secara turun menurun. Pura Penataran Agung adalah Pura terbesar di kompleks Pura Besakih, candi-candi atau pelinggihnya lebih banyak, upacaranya juga paling banyak di kawasan Penataran Agung ini. Di Penataran agung ini ada 3 Candi utama dan merupakan intisari dan seluruh bangunan suci (palinggih) yang ada di Pura Agung Besakih. Padmasana-Tiga adalah symbol dari stana tuhan sesuai dengan sifat Tri Murti yaitu Dewa Brahma sebagai Pencipta, Wisnu sebagai Pemelihara dan Siwa sebagai Pelebur. Pura Besakih berasal dari zaman sangat tua, karena banyaknya peninggalan –peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih dijaga lestari sampai sekarang ini.

Berkunjung ke Besakih, bagi penekun kegiatan rohani, akan memberikan dan merasakan nuansa spiritual dan magis begitu kentalnya, selain hamparan pemandangan alam dari ketinggian, terlihat begitu indah. Apalagi jika sampai di Pura Gelap yang menempati posisi paling atas di komplek pura ini. Jika anda seorang wisatawan dan akan berkunjung ke kawasan Pura, anda harus ditemani oleh seorang pemandu/ guide lokal, mereka membetuk sebuah organisasi pemandu untuk kawasan Besakih, dan untuk jasa mereka ini, akan dikenakan biaya tambahan, biasanya berkisarana dari harga Rp 50.000-100.000, tergantung jumlah peserta.
Dan perlu dicatat setiap pengunjung yang memasuki areal suci di Bali, seperti pura diwajibkan untuk memakai kain dan selendang, dilokasi disediakan penyewaanya, atau bisa bawa sendiri. Pantangan bagi perempuan disaat sedang datang bulan untuk memasuki areal pura.
Quote:
Telaga Waja
Selain kegiatan tour, wisata di Bali , tidak lengkap tanpa wisata petualangan seperti adventure rafting di Sungai Telaga Waja, yang merupakan rafting site paling menantang dan menjadi primadona bagi yang ingin menikmati petualangan sejati. Sungai Telaga Waja terletak di desa Muncan, Karangasem, jika sewa mobil menuju ke lokasi dapat dicapai dalam kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari bandara Ngurah Rai. Menambah lengkap aktifitas wisata selama Liburan di pulau Dewata.
Spoiler for Read more...:
Sungai Telaga Waja dikenal sebagai atraksi petualangan rafting terbaik di Bali dengan tantangan yang lebih dibandingkan di sungai lainnya, jika di bandingkan dengan rafting sungai Ayung , sungai Telaga waja memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi, karena derasnya aliran air dan kejernihannya, banyaknya rintangan - rintangan seperti bebatuan, jembatan bambu dan lainnya, menjadikan Telaga Waja Rafting sebagai salah satu tempat yang sangat menarik dan seru untuk mengisi liburan di Bali.

Daya tarik lain yang dimiliki Telaga Waja adalah pesona alam yang indah dan menyegarkan yang didukung oleh keberadaan sawah-sawah bertingkat dengan aktifitas para petani tradisional dan juga perkebunan, juga pemandangan Gunung Agung yang menjulang tinggi di sisi utara.
Petualangan tour arung jeram ini, ditempuh selama kurang lebih 2 - 2.5 jam mempunyai trek paling panjang + 12 km. Sungai Telaga Waja mengalir jernih dengan arus yang cukup deras dengan beberapa jeram dan bebatuan cocok untuk menguji nyali. Telaga waja memiliki jeram dengan tinggi hampir 5 meter, tapi sangat aman. Akses ke start point tidak begitu jauh, dengan ikut rafting di Telaga Waja, sensasi berwisata di Bali anda akan terasa lebih mengesankan.

Operator yang menyediakan jasa rafting di sungai Telaga Waja ini juga sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan para pesertanya, sehingga rafting di Telaga Waja sangat aman bahkan untuk anak-anak sekalipun. Setiap boat akan dipandu oleh instruktur atau guide yang terlatih dan berpengalaman. Mereka juga sangat bersahabat. Sebelum memulai rafting, briefing untuk keselamatan pun akan diberikan. Jadi sangat disayangkan jika anda melewatkan atraksi petualangan air yang menantang ini selama menghabiskan waktu berlibur dengan sensasi lebih.

Daya tarik lain yang dimiliki Telaga Waja adalah pesona alam yang indah dan menyegarkan yang didukung oleh keberadaan sawah-sawah bertingkat dengan aktifitas para petani tradisional dan juga perkebunan, juga pemandangan Gunung Agung yang menjulang tinggi di sisi utara.
Petualangan tour arung jeram ini, ditempuh selama kurang lebih 2 - 2.5 jam mempunyai trek paling panjang + 12 km. Sungai Telaga Waja mengalir jernih dengan arus yang cukup deras dengan beberapa jeram dan bebatuan cocok untuk menguji nyali. Telaga waja memiliki jeram dengan tinggi hampir 5 meter, tapi sangat aman. Akses ke start point tidak begitu jauh, dengan ikut rafting di Telaga Waja, sensasi berwisata di Bali anda akan terasa lebih mengesankan.

Operator yang menyediakan jasa rafting di sungai Telaga Waja ini juga sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan para pesertanya, sehingga rafting di Telaga Waja sangat aman bahkan untuk anak-anak sekalipun. Setiap boat akan dipandu oleh instruktur atau guide yang terlatih dan berpengalaman. Mereka juga sangat bersahabat. Sebelum memulai rafting, briefing untuk keselamatan pun akan diberikan. Jadi sangat disayangkan jika anda melewatkan atraksi petualangan air yang menantang ini selama menghabiskan waktu berlibur dengan sensasi lebih.
Quote:
Sidemen
Sidemen adalah sebuah desa yang berada di kabupaten Karangasem yang sebenarnya lebih banyak hanya menjadi lintasan sebagai ilustrasi tur ke Putung khususnya, atau alternatif jalur lain dari Besakih menuju Goa Lawah. Pemandangan di Desa Sidemen terutama dari Iseh adalah persawahan yang membentang luas, sngat indah dan sejuk karena masih berada di daerah ketinggian. Dengan perbukitan disekelilingi, bahkan pada saat cuaca bagus pemandangan Gunung agung nampak sangat jelas disini.
Spoiler for Read more...:
Daerah ini masih sangat jarang dikunjungi, sehingga cocok sebagai tempat retreat sebagaimana yang dilakukan oleh Walter Spies seorang seniman asal Jerman pada tahun 1932 yang menyingkir dari Ubud dan membangun rumah disini untuk menghindari rutinitas yang memebosankan ditempat sebelumnya.

Tempat ini sudah menyediakan fasilitas penginapan bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan lebih lama. Beberapa diantaranya menyediakan jasa pemandu trekking disekitar desa, bahkan sampai Gunung Agung. Ada juga yang menyediakan pelatihan dan praktek meditasi. Di desa ini terdapat pula sekolah khusus yang dibangaun oleh sebuah Yayasan bernama Sidha Maha, yang mendapat sponsor swasta dari Swiss dalam rangka melestarikan potensi tradisi. Mengajarkan kepada remaja mengenai bahasa dan sastra Bali, menulis dan membaca lontar, seni musik dan tari tradisional.

Di samping itu , di kalangan masyarakat Bali Sidemen dikenal sebagai penghasil kain tenun ikat endekdan songket. Songket adalah hasil pertenunan tangan dengan benang penghiasnya dari emas atau perak, dipakai pada acara-acara yang sifatnya istimewa seperti pernikahan, upacara potong gigi dll. Sebenarnya di beberapa tempat lain juga dapat dijumpai beberapa daerah penghasil songket, namun songket dari Sidemen memiliki motif khas dengan garapan yang tewrkenal detail dan kehalusannya. Sebelum minuman keras dilarang, disepanjang perjalanan daerah ini juga dapat dilihat proses pembuatan arak, yang diolah dengan menyuling tuak kelapa.
Diubah oleh ketut.ne 18-02-2014 10:26
0
35.3K
Kutip
505
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan