fish28Avatar border
TS
fish28
Masyarakat YKS
Saya setuju dengan sebuah slogan dalam ilmu marketing, jika suatu hal tidak menarik bagi anda, maka anda bukanlah target pasarnya.

Setiap pelaku bisnis melakukan riset terlebih dahulu untuk menentukan kategori konsumen seperti apa yang akan mereka jadikan target. Indikator paling umum untuk mengsegmentasikan konsumen beberapa diantaranya tingkat ekonomi, kondisi geografis, latar belakang pendidikan, menjadi pertimbangan utama untuk menentukan desain dan konsep produk, harga, hingga media iklan.

Menurut saya, jika anda tidak suka dengan suatu produk, ada tiga kemungkinan:

Produk itu memang tidak dibikin untuk anda: anda bukan termasuk dalam segmentasi pasar mereka,
Anda mungkin target pasarnya, tapi orang marketing perusahaan tersebut gagal melakukan pemasaran,
Anda adalah sampel eror dalam riset pasar.
Tapi teori itu hanya cukup menjelaskan ‘jika kamu tidak suka’, padahal sering juga ditemui dalam kehidupan sehari-hari kita suka akan suatu produk padahal kita bukan target pasarnya.

Jika anda suka eskrim, artinya anda adalah targetnya perusahaan-perusahaan eskrim yang ingin bikin rasa baru, misalnya Wall’s dan Baskin Robin. Tapi penghasilan anda cuma sebesar UMR saja, dan tidak biasa melakukan pengeluaran di atas 80 ribu untuk konsumsi harian. Maka, bisa jadi anda bukan lagi jadi target pasarnya Baskin Robin. Tapi fakta ini tidak memungkiri kalo anda mungkin saja suka Baskin Robin kan? Hanya tidak mampu beli saja.

Contoh lain, misalnya mobil Alphard dan Ayla.

Begitu juga pada acara televisi, mereka orang-orang tv sudah terlebih dahulu meriset siapa yang akan menjadi penonton acara mereka sehingga hal itu dijadikan dasar dalam pembuatan konsepnya.

Dahsyat tidak ditujukan untuk fans musisi indie, sama seperti Radio Show tidak didesain untuk penonton Dahysat. Kesuka atau ketidaksukaan mereka terhadap acara tersebut bukan karena salah satu di antaranya lebih baik atau lebih jelek, tapi karena lebih cocok untuk mereka.

Sehingga menjadi tidak adil ketika salah satu di antara mereka berusaha untuk menghenti-tayangkan acara yang lain hanya karena menurut mereka konsepnya tidak sesuai dengan yang mereka inginkan.

Saya mengapresiasi usaha beberapa orang untuk mencerdaskan masyarakat dengan membuat petisi menuntut Trans TV menyudahi acara YKS. Acara tersebut dianggap vulgar dan tidak mendidik. Saya pernah sekali secara tidak sengaja melihat acaranya, dan ya saya akui kontennya bodoh.

Hasilnya petisi tersebut telah ditandatangani hampir 20 ribu kali, (bukan orang, karena belum tentu satu orang hanya tanda tangan sekali). Saya mengapresiasi usaha dan cita-cita luhur mereka: mencerdaskan masyarakat. Tapi mereka lupa akan beberapa hal.

Dengan laris-manisnya acara itu, artinya ada jutaan pasang mata yang menjadikan acara tersebut sebagai media hiburan utama, ada ratusan ribu keluarga kelas masyarakat C-D yang latar belakang pendidikan anggotanya SMA ke bawah merasa sangat terhibur dengan acara tersebut.

Saya setuju jika acara tersebut kurang bermutu, pun saya mencegah adik di rumah dari menonton acara tersebut. Tapi meminta Trans TV untuk menghentikannya bukan tindakan tepat, karena banyak masyarakat yang ternyata membutuhkan acara semacam itu.

Dengan berusaha menghapus kebodohan di televisi saya melihat beberapa hal

Kelompok masyarakat dengan latar belakang pendidikan mumpuni alergi dengan kebodohan, tapi ingin instan. Mereka (mungkin kita) ingin masyarakat Indonesia (dicitrakan) cerdas.
Hilangnya salah satu fungsi esensial dalam keluarga, namanya edukasi.
Adalah tugas anda (masyarakat yang tidak membutuhkan tayangan seperti YKS) untuk mengedukasi anggota keluarga di rumah tentang tontonan yang baik dan bermanfaat.

Dalam pandangan sinis saya, jangan-jangan petisi ini dilakukan oleh sebagian orang tua sebagai kompensasi rasa bersalah akibat jarang menemani anaknya menonton tv di rumah, atau melakukan kegiatan bersama anaknya. Sehingga mereka perlu memfilter tayangan televisi agar anaknya dapat terhibur sekaligus cerdas tanpa usaha serupa interaksi langsung dengan anak-anaknya.

Contoh lain yang lebih ekstrim tentang bagaimana kurangnya fungsi keluarga dalam mengedukasi anak tentang acara yang baik. Di awal 2000an, RCTI menayangkan WWF Smackdown yang menjadi Viral, dan apesnya juga ditiru anak-anak. Masyarakat melakukan hal serupa (semacam petisi juga) sehingga akhirnya acara ini dihentikan setelah banyaknya anak kecil cedera bahkan meninggal setelah meniru adegan dalam acara tersebut. Acara tersebut ditayangkan lepas tengah malam, jika banyak anak kecil menonton acara tersebut, kemana orang tuanya?

Tapi keadaan di awal tahun 2000 an sudah tidak lagi sama dengan sekarang, kita punya banyak media alternatif untuk keluarga, tv kabel dan internet adalah opsi terbaik. Walaupun tetap saja pada intinya keluarga harus memoderasi terlebih dahulu kontennya, karena yang ditawarkan oleh tv kabel dan internetpun tidak lantas baik.

YKS bisa jadi adalah refleksi masyarakat kita: senang berkumpul bersama untuk bersenang-senang dan dapat hadiah. Ya kurang lebih sama seperti jalan santai.

Apa masyarakat kita bodoh karena tayangan utamanya bodoh? Belum tentu, karena Jepang yang masyarakatnya cerdas pun acara tvnya sangat banyak yang tidak penting (jika tidak ingin disebut bodoh). Lagipula tidak selalu masyarakat cerdas tidak suka dengan hal-hal bodoh, Harlem Shake misalnya. Apa lantas Harlem Shake diajukan petisi?

Setiap komoditas ada pasarnya, dan pasar banyak ragamnya.

Kita selalu punya pilihan soal acara televisi yang tidak kita sukai. Mematikan televisi salah satunya.

Menghentikan acara-acara yang menurut kita tidak cerdas mungkin saja membuat masyarakat jadi lebih cerdas (perlu penelitian lebih lanjut), tapi yang pasti terjadi adalah, hilangnya hiburan primer bagi masyarakat kelas bawah, yang hanya punya tv sebagai media hiburan utama.


Spoiler for SUMBER:
0
2.3K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan