Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mencatat tingginya angka bencana banjir di tahun 2013 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan itu hampir 300 persen.

"Kejadian bencana tahun 2012 ada 475 banjir dan longsor, meningkat menjadi 1.392 kali banjir pada tahun 2013. Ini hampir 300 persen, angka yang tidak main-main," kata Manajer Penanganan Bencana WALHI Nasional dalam diskusi 'bencana dan kita' di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakpus, Sabtu (18/1/2014).

Menurutnya banyak faktor yang menyebabkan peningkatan banjir tersebut, salahsatunya alihfungsi lahan dan kurangnya daya tampung banjir.

"Banjir dan longsor ini tanda alam, kalau lingkungan sudah rusak maka banjir akibatnya. Manado ada 2 sungai sangat besar, volume air (hujan) itu tetap tapi gentong untuk menampungnya dikurangi," ujarnya.

Ia menyinggung soal masyarakat atau pemerintah yang selalu berpatokan atau menyalahi hujan sebagai sumber bencana banjir, padahal volume banjir dari dulu tetap sama.

"Selalu dibicarakan curah hujan tinggi, kalau salahi curah hujan terus maka umat kita akan musyrik, bahwa dari jaman lalu hujan itu berkah. Air diciptakan Tuhan itu diciptakan misal 1000 liter dia tidak akan berkurang, yang berkurang itu gentongnya penampungnya," ucapnya.

"Betul Jakarta Utara aman perumahan elitnya, tapi daerah Angke dan sekitarnya kebanjiran," imbuhnya mencontohkan 'gentong' yang dikurangi.

Ia memaparkan juga angka kerusakan hutan nasional, dimana pada tahun 2009 hingga saat ini sudah tersisa tinggal sekitar sepertiganya.

"Total angka hutan 160 juta pada tahun 1990, hari ini tinggal 50 juta hektar," ucapnya.

[url]http://news.detik..com/read/2014/01/18/095750/2470927/10/walhi-jumlah-banjir-nasional-meningkat-hampir-300-di-2013?n991102605[/url]