Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ngasaldotcomAvatar border
TS
ngasaldotcom
Jejaring Sosial: Salah Satu Penyabab Bobroknya Mental Bangsa!
Permisi agan2 semua. Saya selaku newbie di sini mohon izin menyampaikan pendapat, pandangan, maupun gagasan saya mengenai kondisi carut-marut soal bangsa kita tercinta, bangsa Indonesia.

Langsung aja tanpa ba bi bu, saya mau mengungkapkan beberapa hal yg menjadi faktor bobroknya moral bangsa.

Sebelumnya, agan2 pasti tahu, sadar, merasakan, mengiyakan bahwa begitu kacaunya situasi yg terjadi di negara ini, nggak usah jauh2, 5 tahun terkahir aja.
yupp, 5 tahun terlakhir bangsa kita memang dibawahi oleh rezim SBY. tapi saya nggak akan membahas soal SBY dan istrinya yg lagi hangat2nya diperbincangkam do socmed itu. ane mau memfokuskan pembahasan pada perilaku generasi muda Indonesia, termasuk saya dan agan2 semua.
apa sih perilaku kita, kok ada sangkutpautnya sama bobroknya moral bangsa?
tentu aja ada. kita sebagai generasi muda adalah calon2 pemimpin bangsa kelak. sikap dan perilaku kita saat inilah yg menentukan akan menjadi apa kita kelak dan berdampak pada pola pikir dan perilaku kita terhadap bangsa ini nantinya.
lalu perilaku yg seperti apa yg merusak bangsa kita?
saya dgn mudah dpt menjabarkan sejumlah faktor yg saya rasakan dlm kehidupan sehari-hari maupun fenomena2 yg terjadi di media2 massa maupun media sosial. Tapi. khusus pada thread ini sy akan memfokuskan pembahasan pada fenomena2 ygbterjadi di Jejaring Sosial (jejarsos).


Jejaring Sosial.
Hampir dapat dipastikan agan2 semua pasti punya, minimal satu, akun jejaring sosial, bukan? Jika agan2 Googling mengenai salah satu negara pengguna jejarsos terbesar di dunia, dapat dipastikan agan2 akan menemukan bahwa bangsa kita masuk ke dalam 5 besar pengguna jejarsos, bahkan menjadi pengguna jejarsos twitter terbanyak di dunia.
tapi saya hanya akan mengambil contoh di sini jejarsos Twitter dan Facebook saja. pada kedua jejarsos ini dapat ditemukan dgn mudah tweet2/status2 galau, ocehan2 menggerutu, mengejek, bahkan menghina, sampai dijadikan wadah komersil, klo yg dikomersilkan produk2 bisnis itu bagus, tapi klo manusia? sebagian dari agan2 mungkin sudah tau praktik mucikari via jejarsos, kan? lewat jejarsos2 itu, wanita2 diperdagangkan utk menjadi pekerja seks. lebih parahnya, setengah dari wanita2 itu masih di bawah umur. hal ini sudah sering dibahas di acara2 berita tv nasional.
lalu, bagaimana dgn cara status2 galau?
ini jelas membuat mental generasi muda cuma disibukkan dgn hal2 tidak produktif spt ini. bayangkan saja, akibat waktu luangnya yg dihabiskan utk bergalau ria di jejarsos, seseorang (entah cowok/cewek) bisa tidak konsen belajar di sekolah atau kuliah di kampus. kerjaannya apa? bikin "kode2" bodoh spy ditanggapi kekasihnya atau seseorang spesialnya. ini jelas mental bobrok, permasalahan yg seharusnya bisa diselesaikan secara sederhana melalui komunikasi langsung, malah dibuat berbelit2 sehingga urusannya mentok soal cinta. tdk bisa dipungkiri, masalah begini menjadi topik utama pemuda/i Indonesia. memang tdk salah memikirkan hubungan pria/wanita spt ini, tapi karena mental yg bobrok akibat adanya wadah jejarsos yg mendukung utk menyampaikan sesuatu secara tersirat (baca: bertele2) membuat di antara kita jadi enggan menyampaikan sesuatu secara langsung.
lalu hal lainnya yg dibahas lewat status2/tweet2 itu adalah mengejek/menghina oknum2 tertentu. jejarsos dijadikan media utk ajang saling cemooh, baik antarmasyarakat hingga publik figur. media sosial yg seharusnya dipergunakan utk menuangkan hal2 positif yg bernilai manfaat, malah dijadikan "ring tinju", ya, sebagai contoh salah seorang anak musisi ternama Ahmad Dhani menantang pengacara ternama yg juga berniat mencalonkan diri dalam bursa capres 2014 utk beradu tinju. keduanya bukan terlihat jantan, justru terlihat dungu! disaksikan oleh berjuta2 masyatakat Indonesia yg mengikuti perkembangan kasus mereka lewat jejarsos2 tsb. hal ini jelas membangun MENTAL PREMAN generasi muda secara tdk langsung, karena kedua tokoh ini merupakan publik figur.
Belum habis sampai situ, fenomena jejarsos juga memiliki sisi negatif, kelam, dan membodohi lainnya, sebut saja fenomena berbahasa di jejarsos2 tsb. Kita tentu lumrah dgn istilah "Alay", bukan? khususnya bahasa Alay. Yup, bahasa Alay adalah istilah yg merujuk pada pengertian bahasa "sok gaul", tapi justru "ndeso". 1Ni c0nt0h b4h45a 4L4Y itu. memang tdk terbatas pada penggunaan karakter/huruf yg variatif atau lebih tepat disebut kacau itu, tapi kini fenomena Alay sudah merujuk pada status2/tweet2/foto2 yg terkesan "norak". contoh: cemungud eaa, kini bisa diaplikasikan lebih elegan menjadi "semangat qaqa!" hahahahahaha ---> sy nggak bisa nahan ketawa. tdk perlu sy cantumkan satu2, karena kalian akan dgn mudahnya menemukan fenomena berbahasa tsb.
Oke, itu bahasa Alay, yg bagi sebagian dari kita mungkin tdk atau jarang melakukannya. lalu bagaimana dgn fenomena berbahasa "sok Inggris"?
kembali, sy dpt dgn mudah menebak bahwa salah satu "bio" kalian atau teman2 kalian atau follower2 kalian atau akun yg kalian follow menggunakan "bio" berbahasa "sok Inggris", bukan?
"bio" atau yg di luar negeri lebih dikenal dgn sebutan "description" atau "about" ini memang diperuntukkan menjelaskan secara singkat mengenai profil pemilik akun bersangkutan atau produk bersangkutan (jika itu sebuah produk). Penggunaan bahasa Inggris pada "bio" itu tentu dimaksudkan utk menambah "nilai" atau prestise pemilik akun bersangkutan. tetapi, adakah di antara kalian yg masih bangga menggunakan bahasa Indonesia pada "bio" kalian? saya rasa sedikit sekali. terutama cewek. benar?
itu baru "bio", blm status2/tweet2 yg sok Inggris. kacau sekali kalau saya perhatikan gramatikal dari status2/tweet2 tsb. bukan saya sok mengerti bagaimana berbahasa Inggris yg baik dan benar, saya sendiri pun masih harus banyak belajar gramatikal, tapi kesalahan berbahasa asing itu dgn mudahnya sy temukan karena (mungkin) ia ingin menyampaikan maksud (memberi "kode") dgn cara yg elegan, tapi jadinya malah memalukan.
saya mengambil contoh teman2 sy (tentu teman2 sy tdk tahu siapa pemilik akun newbie ini. wkwkwk), mereka yg saya kenal di sekolah dulu saat SMA (sekarang saya kuliah), mereka jelas tidak bisa berbahasa Inggris, tapi anehnya (nggak aneh jg sih) selalu update status berbahasa Inggris. mungkin saja memang mereka belajar bahasa Inggris setelah lulus. Tapi rasa takjub saya tdk bertaham lama, sebab setelah sy cermati "sedikit" pola gramatikalnya, ternyata hampir semua status2 ini memiliki kesalahan gramatikal yg bila diterjemahkan ke dlm bahasa Indonesia menjadi lucu.
tidak salah memang menggunakan bahasa asing utk menuliskan sebuah status, tapi yg jadi masalah adalah motivasi yg melatarbelakangi penggunaan bahasa asing tsb, apakah karena ada istilah asing yg memang cuma bisa diutarakan melalu bahasa asing, karena mengikuti tren biar nggak disangka "ndeso", ingin kerja di perusahaan2 ternama, atau karena gengsi (prestise) agar disangka kaum intelek? Anda sendiri yg tahu. Hanya sedikit saja yg berbahasa asing karena ingin belajar. orang yg motivasi berbahasa asingnya utk belajar pasti konten yg dibicarakan seputar edukasi, menggunakan pemilihan kata yg baku, bukan kata2 "slang" dan singkatan2 "sok gaul", spt Hbd (happy birthday), gws (get qell soon), dan lain2.
ini jelas bukan mental generasi yg ingin maju, lepas dari cengkeraman pengaruh asing, dan ingin menginternasionalkan budaya dlm negeri. penggunaan bahasa asing utk gaya2an adalah MENTAL GENERASI ALAY. Jadi kita tahu sekarang bahwa definisi Alay sudah meluas, bukan hanya pada penggunaan karakter/huruf yg kacau lagi.
Tentu mereka yg dari golongan terpandang, seperti artis, politisi, pelajar (mahasiswa pada khususnya) adalah salah satunya. Menggunakan bahasa Inggris bagi mereka adalah kedok menutupi kebodohan mereka. Alih2 menjaga gengsi pribadi, justru mempermalukan diri sendiri melalui kesalahan2 berbahasa mereka. Bagi sesama teman2 atau para penggemar mereka (followers) yg tdk kritis menyikapi status2 berbahasa Inggris mereka, tentu bukan masalah, tapi bagi kita yg mengerti jelas merupakan hiburan tersendiri utk menertawainya secara tdk langsung.


Contoh Kasus Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Maaf, saya sedikit OOT. Fenomena berbahasa Inggris ini ternyata benar2 ditumbuhkembangkan di masyarakat hingga wadah formal dan informal, seperti sekolah2 dan bimbel2. Bahkan banyak sekali perusahaan yg mensyaratkan utk bisa berbahasa Inggris bagi para pekerjanya. Artinya apa? anak2 bangsa dituntut berbahasa asing di negerinya sendiri. Mereka mau mencari makan di negerinya sendiri tapi syaratnya harus bisa berbahasa asing. Luar biasa! Kita dijajah bukan secara fisik lagi, tapi secara mental! Mental kita dibentuk utk takluk dan "mau tak mau harus bisa berbahasa asing".
Kalau boleh mengambil contoh, Perdana Menteri Jepang dalam beberapa dekade terakhir TIDAK ADA YANG MENGUASAI BAHASA INGGRIS. Tapi mereka bisa memporakporandakan negara2 adidaya kalau memang perlu. Tidak percaya? Perang Dunia II adalah contohnya. Memang mereka kalah saat itu, tapi kini kekuatan militer dan teknologi, mereka sudah sangat jauh berkembang.
Pabrikan kenamaan di dunia merekalah yg mengusai, hampir segala aspek kehidupan mereka unggul, bahkan ketika ada bencana alam Tsunami yg dahsyat beberapa tahun lalu, bangsa itu tdk serta-merta "mengemis" bantuan negara lain, tapi justru menanganinya sendiri. Bahkan luar biasanya, roda perekonomian negara itu tetap berjalan spt biasa, bantuan2 ke negara kita spt beasiswa pelajar2 Indonesia maupun negara lainnya tetap mereka berikan, walaupun mereka butuh banyak biaya utk menutupi kerugian akibat bencana tsb . Itulah mental pemenang, mental bangsa yg maju. Lalu apakah para generasi mudanya "peduli" utk dapat mahir atau setidaknya bisa berbahasa Inggris? Tidak! Mereka masa bodo sama bahasa asing. Mereka bisa hidup makmur dgn budaya mereka sendiri.
Indonesia yang latar belakangnya tidak dijajah bangsa Inggris (mungkin hanya sekian tahun, hampir tdk berbekas) dan bukan juga merupakan negara persemakmuran Inggris, justru "mendewakan" bahasa Inggris. Seakan2 itu adalah keahlian mutlak yg harus mereka miliki utk tetap bertahan hidup dan sejahtera di negerinya sendiri.


Jadi, jelaslah bahwa masalah utama generasi muda bangsa ini adalah mental. Memperbaiki mental dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan, mulai dari hal terkecil, yaitu pola pikir, perilaku, hingga pandangan mengenai bagaimana membentuk mental bangsa yang besar seharusnya. Bayangkan, contohnya Timnas Senior kita. Perhatikanlah cara bermainnya, ketika menghafapi tim kuat bagaimana penguasaan bolanya, benar2 seperti bocah SD yg baru diajarkan main bola, tidak tahu cara menjaga bola, boro2 menyerang, menahan bola pun sudah gemeteran. Apakah kalian pikir itu karena kesalahan strategi pelatihnya, atau karena wasit yg tdk adil, atau karena wajah tim lawan yg ganteng2 jadi mereka nggak pede, segan? Bukan, kan? Tapi karena mental! Belum raih gelar apa2 Timnas kita sudah diagung2kan oleh masyarakat - yg secara tdk langsung membentuk mental "artis" itu, mental tempe! Ini hanya contoh saja. Sengaja saya ambil contoh yg dekat dgn topik pembicaraan yg umumnya diperbincangkan, baik oleh masyarakat kelas atas hingga masyarakat kelas "warung kopi".

Oleh karea itu, melalui diakusi thread ini, saya mengajak agan2/aganwati utk sejenak berpikir masalah ini dan kemudian menanggapinya dan menerapkannya kehidupan sehari2.
Semua ini demi masa depan Indonesia yang lebih baik.


Silahkan jika ada yang menanggapi..
0
1.9K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan