- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Arsitektur
Kepedulian Sosial untuk Sinabung [feat. All Kaskus Sub Forums]
![berNavas](https://s.kaskus.id/user/avatar/2009/12/24/avatar1290785_35.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
berNavas
Kepedulian Sosial untuk Sinabung [feat. All Kaskus Sub Forums]
Quote:
Original Posted By Mesachi_Tan►
![](https://s.kaskus.id/images/2014/01/14/1066694_20140114022942.jpg)
Lava panas dari Gunung Sinabung menghantam pepohonan dilihat dari desa Berastepu, Karo, Sumatra Utara, Rabu (8/1). REUTERS/Beawiharta
Berawal dari gagasan teman-teman Guild of Enthusiast untuk berbuat sesuatu demi saudara-saudara yang terdampak langsung letusan Sinabung, maka disusunlah rencana "Kepedulian Sosial untuk Sinabung" yang akan melibatkan seluruh Sub Forum Kaskus (kalaupun tidak semua, sebagian besar).
Trit ini dibuat sebagai pusat kordinasi mencakup pelaporan dana dan bentuk aktivitas setiap Sub Forum dalam menggalang bantuan bagi saudara-saudara terdampak letusan Sinabung.
Kontak utama di daerah Sinabung adalah Abang Pubiclovera.k.a Ryoma. List akan ditambahkan seiring pembaruan dan perbaikan trit ini.![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Thread Induk
Thread pusat regional Regional Profesional Medan
Berdasarkan informasi lapangan, yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan Logistik :
Waiting List
Mohon transfer dengan tambahan nominal Rp 93 misalnya Rp 50.093 untuk memudahkan identifikasi. dan setelah transfer, harap sms di nomor 082163040188 atau bisa invite pin : 73D844E4 untuk konfirmasi.![shakehand emoticon-shakehand](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/49.gif)
selengkapnya
KAMI MENGUNDANG TEMAN-TEMAN KASKUS UNTUK AMBIL BAGIAN MEMBANTU SAUDARA KITA!
![](https://s.kaskus.id/images/2014/01/14/1066694_20140114022942.jpg)
Lava panas dari Gunung Sinabung menghantam pepohonan dilihat dari desa Berastepu, Karo, Sumatra Utara, Rabu (8/1). REUTERS/Beawiharta
Berawal dari gagasan teman-teman Guild of Enthusiast untuk berbuat sesuatu demi saudara-saudara yang terdampak langsung letusan Sinabung, maka disusunlah rencana "Kepedulian Sosial untuk Sinabung" yang akan melibatkan seluruh Sub Forum Kaskus (kalaupun tidak semua, sebagian besar).
Trit ini dibuat sebagai pusat kordinasi mencakup pelaporan dana dan bentuk aktivitas setiap Sub Forum dalam menggalang bantuan bagi saudara-saudara terdampak letusan Sinabung.
Kontak utama di daerah Sinabung adalah Abang Pubiclovera.k.a Ryoma. List akan ditambahkan seiring pembaruan dan perbaikan trit ini.
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Thread Induk
Thread pusat regional Regional Profesional Medan
APA YANG BISA KITA SUMBANGKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA DI WILAYAH TERDAMPAK SINABUNG?
Berdasarkan informasi lapangan, yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan Logistik :
- Makanan siap saji (lauk pauk dalam kaleng / kemasan)
- Selimut
- Pakaian Layak Pakai
- Susu
- Jas Ujan sekali pakai (diutamakan)
- Tenda
Waiting List
- Bahan bangunan (menunggu izin dari pemerintah)
Rekening Donasi
![](https://s.kaskus.id/images/2014/01/14/1066694_20140114022229.png)
BCA : 8250036435 a/n Zulhendry Zulfa
![](https://s.kaskus.id/images/2014/01/14/1066694_20140114022229.png)
BCA : 8250036435 a/n Zulhendry Zulfa
Mohon transfer dengan tambahan nominal Rp 93 misalnya Rp 50.093 untuk memudahkan identifikasi. dan setelah transfer, harap sms di nomor 082163040188 atau bisa invite pin : 73D844E4 untuk konfirmasi.
![shakehand emoticon-shakehand](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/49.gif)
Quote:
Catatan Tambahan
Penyaluran bantuan dibagi menjadi 2 windows.
Pertama dilangsungkan tanggal 27-30 Januari 2014
Kedua dilangsungkan hingga tanggal 14 Februari 2014
Tapi periode penggalangan tidak terputus sampai disini saja
Penyaluran bantuan dibagi menjadi 2 windows.
Pertama dilangsungkan tanggal 27-30 Januari 2014
Kedua dilangsungkan hingga tanggal 14 Februari 2014
Tapi periode penggalangan tidak terputus sampai disini saja
selengkapnya
Quote:
LIPUTAN MEDIA LOKAL TENTANG SINABUNG
Spoiler for TEMPO.CO:
TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam akun resminya di media sosial Twitter, @SBYudhoyono menyatakan akan meninjau langsung bencana alam Gunung Sinabung. Kunjungan akan dilakukan ke daerah Kabanjahe untuk memantau penanganan bencana dan pengungsi.
"Minggu depan, Insya Allah saya akan berkunjung kembali ke Kabanjahe, utk pastikan penanganan Sinabung & pengungsi berjalan baik. *SBY*," kicau akun @SBYudhoyono, Senin, 13 Januari 2013.
SBY menyatakan, kunjungan kerja tersebut dilaksanakan meski dirinya mendapat laporan adanya penanganan bencana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Saya memutuskan untuk meningkatkan pengendalian dan bantuan pusat," kata SBY.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho membenarkan adanya rencana kunjungan dan peninjauan SBY ke Kabanjahe. Akan tetapi, ia mengklaim belum mengetahui secara detil waktu pelaksanaan dan susunan agenda kunjungan tersebut.
"Sudah (koordinasi). Saya belum tahu pasti (agenda)," kata Sutopo melalui pesan singkat.
BNPB mencatat intensitas vulkanik Sinabung masih tinggi yang terindentifikasi tetap meningkatnya gempa vulkanik meski gempa hybrid telah terjadi. Status level IV atau Awas juga masih ditetapkan pada Sinabung sehingga masyarakat harus keluar dari radius 5 hingga 7 kilometer di sisi tenggara selatan.
BNPB mencatat beberapa rumah di Desa Kutarakyat dan Namanteran rusak karena hujan pasir dan abu vulkanik. Wilayah Namanteran terisolir karena akses jalan sulit dilalui karena debu vulkanik setebal 5 hingga 10 centimeter menjadi lumpur terkena hujan. Selain itu, ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan rusak di daerah Karo.
Jumlah pengungsi bencana Sinabung sendiri terus bertambah dengan jumlah lebih dari 25.516 jiwa atau 7.898 Kepala Keluarga pada Sabtu lalu. Pengungsi tersebar di 38 titik dengan kemampuan cadangan logistik yang mampu mencukupi kebutuhan hingga satu minggu.
"Minggu depan, Insya Allah saya akan berkunjung kembali ke Kabanjahe, utk pastikan penanganan Sinabung & pengungsi berjalan baik. *SBY*," kicau akun @SBYudhoyono, Senin, 13 Januari 2013.
SBY menyatakan, kunjungan kerja tersebut dilaksanakan meski dirinya mendapat laporan adanya penanganan bencana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Saya memutuskan untuk meningkatkan pengendalian dan bantuan pusat," kata SBY.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho membenarkan adanya rencana kunjungan dan peninjauan SBY ke Kabanjahe. Akan tetapi, ia mengklaim belum mengetahui secara detil waktu pelaksanaan dan susunan agenda kunjungan tersebut.
"Sudah (koordinasi). Saya belum tahu pasti (agenda)," kata Sutopo melalui pesan singkat.
BNPB mencatat intensitas vulkanik Sinabung masih tinggi yang terindentifikasi tetap meningkatnya gempa vulkanik meski gempa hybrid telah terjadi. Status level IV atau Awas juga masih ditetapkan pada Sinabung sehingga masyarakat harus keluar dari radius 5 hingga 7 kilometer di sisi tenggara selatan.
BNPB mencatat beberapa rumah di Desa Kutarakyat dan Namanteran rusak karena hujan pasir dan abu vulkanik. Wilayah Namanteran terisolir karena akses jalan sulit dilalui karena debu vulkanik setebal 5 hingga 10 centimeter menjadi lumpur terkena hujan. Selain itu, ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan rusak di daerah Karo.
Jumlah pengungsi bencana Sinabung sendiri terus bertambah dengan jumlah lebih dari 25.516 jiwa atau 7.898 Kepala Keluarga pada Sabtu lalu. Pengungsi tersebar di 38 titik dengan kemampuan cadangan logistik yang mampu mencukupi kebutuhan hingga satu minggu.
Meretas Asa di Pengungsian Sinabung
![](https://dl.kaskus.id/i.minus.com/jXVTwvgUquZnt.jpg)
KOMPAS.com - Sudah dua bulan lebih warga Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, berada di posko pengungsian di Desa Payung. Sejak Gunung Sinabung erupsi, Oktober lalu, dan hingga kini berstatus Awas, tidak kurang 17.000 jiwa dari 21 desa tinggal sementara di 31 posko pengungsian yang antara lain menggunakan gedung sekolah dan tempat ibadah.
Mayoritas pengungsi merupakan penduduk desa di radius 5 kilometer dari puncak Sinabung. Desa Sukameriah, misalnya, berada sekitar 2,5 kilometer dari puncak gunung setinggi 3.300 meter dari permukaan laut itu. Para pengungsi umumnya adalah petani sayuran, jeruk, kopi, dan cokelat.
Dua bulan lebih berada di pengungsian membuat warga mulai jenuh. Apalagi warga dilarang kembali ke desa meski sekadar melihat tanaman ataupun hewan peliharaan. Karena itu, banyak pengungsi bersedia menandatangani surat pernyataan siap menanggung risiko jika secara tiba-tiba Sinabung erupsi untuk dapat menengok tanaman dan hewan peliharaan di desa.
”Mau bagaimana lagi, masih ada biji cokelat dan kopi yang bisa dipanen. Sayang kalau tidak diambil walau penuh risiko,” kata Ika Beru Sitepu (32), warga Desa Simacem, Kecamatan Naman Teran, di posko pengungsian di kampus Universitas Karo Area Kabanjahe.
Warga yang tak mau berisiko memilih mengupah orang lain untuk melihat tanaman mereka. Konsekuensinya, upah buruh tani lebih mahal daripada biasanya, yaitu Rp 70.000, dari sebelumnya Rp 50.000 per hari.
”Mereka belum bisa kembali ke desanya karena aktivitas gunung masih tinggi,” ujar Jhonson Taringan, Ketua Media Center Penanggulangan Bencana Gunung Sinabung Posko Kabanjahe.
Aktivitas Sinabung pun tak kunjung turun dari level IV atau Awas sehingga pemerintah tidak mau mengambil risiko membiarkan masyarakat kembali ke desa masing-masing.
Apalagi, saat ini, menurut Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan, posisi magma semakin mendekati puncak. Kegempaan Sinabung menunjukkan tren meningkat, seperti gempa vulkanik dangkal, gempa hybrid, dan frekuensi rendah. Bahkan, gempa tremor semakin sering.
”Meningkatnya aktivitas Sinabung adalah alasan utama pemerintah menahan warga di pengungsian,” kata Hendra. Dia mengatakan, sangat sulit memprediksi kapan gunung akan meletus.
Pengungsi umumnya tidak kekurangan makanan. Namun, karena terlalu lama di pengungsian, rasa jenuh menghampiri. Bahkan, mulai muncul perselisihan di antara pengungsi beda desa yang berada di satu lokasi meski hanya soal sepele seperti pembagian jatah tak merata.
Karena itu, salah satu upaya mengurangi kejenuhan dan mengikis perseteruan, yakni pengungsi diberi kesibukan memasak makanan sendiri. Bahan untuk memasak tersedia di posko. Meski begitu, ada saja cara pengungsi mendapatkan sayur-mayur untuk dimasak karena bosan dengan bahan makanan yang tersedia.
Stok makanan dan minuman bagi pengungsi masih terpenuhi untuk beberapa hari ke depan yang merupakan bantuan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi. Kebutuhan lainnya, seperti selimut dan tikar, dilengkapi sehingga pengungsi bisa nyaman.
Menurut Makmur Beru Sitepu (48), warga Desa Kuta Rakyat, persoalan lainnya selama di pengungsian adalah tidak adanya penghasilan. Padahal, biaya pendidikan anak tidak bisa berhenti. Untuk memenuhi biaya sekolah anak, baik SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, banyak pengungsi memilih menjadi buruh tani dengan upah Rp 50.000 per hari.
Permintaan tenaga buruh juga mengalir dari beberapa desa di sekitar Kabanjahe dan Brastagi. Kebutuhan akan dana tidak hanya untuk biaya sekolah anak, tetapi juga untuk memenuhi keperluan pribadi.
”Tekanan darah saya naik terus karena ingat harta benda dan tanaman kopi di kampung. Jadi, banyak yang stres karena tidak ada kegiatan, sementara kembali ke desa sangat tidak mungkin,” ujar Makmur.
Pada rapat koordinasi di Kabanjahe, kordinator lapangan dari sejumlah posko mengeluh pengungsi tidak tertib karena banyak yang kembali ke desa secara diam-diam. Meski terus diinformasikan bahwa Sinabung bisa mendadak meletus, mereka tidak peduli.
”Setiap desa masih dijaga sekitar 50 pria karena khawatir harta benda hilang. Alasannya, meski jalan utama masuk ke desa dikawal aparat keamanan, pencurian tetap saja ada,” kata Senjata Tambun (44).
Seperti diungkap Maladin Tarigan (62), warga Desa Sukameriah yang berada di pengungsian Desa Payung. ”Setelah dihajar awan panas tidak ada tanaman kopi, tetapi hasrat untuk pulang ke desa sangat besar. (Karena itu) paling penting bagaimana selama di pengungsian ada aktivitas. Kalau hanya makan lalu tidur, tetap saja hati tidak tenang,” ujar pemilik sekitar 1.000 pohon kopi ini.
Hidup dan tinggal di kaki gunung berapi yang masih aktif agaknya belum sepenuhnya bisa dijalani oleh penduduk Kabupaten Karo. Memang pada 2010, Sinabung meletus setelah tidur selama lebih dari 800 tahun.
Tidak hanya penduduk, pemerintah daerah juga masih bingung karena belum ada pola paling tepat untuk menyiasati hidup berdampingan dengan gunung yang ternyata masih aktif. Apalagi Pemerintah Kabupaten Karo belum membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Setiap proses eksekusi, seperti penyaluran bantuan, melalui birokrasi yang panjang. Paling tidak harus lebih dulu melalui tangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Lebih parah lagi, penguasa daerah dataran tinggi, yang selama ini memasok sayur-mayur dan buah-buahan ke Singapura melalui Batam, Kepulauan Riau, ini, seolah tak peduli dengan kesulitan pengungsi. Padahal, erupsi masih mungkin terjadi lagi dan tidak diketahui kapan berakhir. Artinya, pengungsi masih harus bertahan di pengungsian hingga berbulan-bulan.
Saat ini, bagi pengungsi yang penting informasi soal aktivitas gunung cepat disebarkan, baik melalui radio maupun media komunikasi lain, sehingga mereka tidak semakin resah. Menjadi buruh tani merupakan salah satu upaya mereka untuk bertahan ketika tak ada kegiatan/pekerjaan lain yang bisa dilakukan. Kini mereka harus mulai belajar menapaki hidup tak senyaman dulu lagi. (Agnes Swetta Pandia)
Sumber: Kompas
![](https://dl.kaskus.id/i.minus.com/jXVTwvgUquZnt.jpg)
KOMPAS.com - Sudah dua bulan lebih warga Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, berada di posko pengungsian di Desa Payung. Sejak Gunung Sinabung erupsi, Oktober lalu, dan hingga kini berstatus Awas, tidak kurang 17.000 jiwa dari 21 desa tinggal sementara di 31 posko pengungsian yang antara lain menggunakan gedung sekolah dan tempat ibadah.
Mayoritas pengungsi merupakan penduduk desa di radius 5 kilometer dari puncak Sinabung. Desa Sukameriah, misalnya, berada sekitar 2,5 kilometer dari puncak gunung setinggi 3.300 meter dari permukaan laut itu. Para pengungsi umumnya adalah petani sayuran, jeruk, kopi, dan cokelat.
Dua bulan lebih berada di pengungsian membuat warga mulai jenuh. Apalagi warga dilarang kembali ke desa meski sekadar melihat tanaman ataupun hewan peliharaan. Karena itu, banyak pengungsi bersedia menandatangani surat pernyataan siap menanggung risiko jika secara tiba-tiba Sinabung erupsi untuk dapat menengok tanaman dan hewan peliharaan di desa.
”Mau bagaimana lagi, masih ada biji cokelat dan kopi yang bisa dipanen. Sayang kalau tidak diambil walau penuh risiko,” kata Ika Beru Sitepu (32), warga Desa Simacem, Kecamatan Naman Teran, di posko pengungsian di kampus Universitas Karo Area Kabanjahe.
Warga yang tak mau berisiko memilih mengupah orang lain untuk melihat tanaman mereka. Konsekuensinya, upah buruh tani lebih mahal daripada biasanya, yaitu Rp 70.000, dari sebelumnya Rp 50.000 per hari.
”Mereka belum bisa kembali ke desanya karena aktivitas gunung masih tinggi,” ujar Jhonson Taringan, Ketua Media Center Penanggulangan Bencana Gunung Sinabung Posko Kabanjahe.
Aktivitas Sinabung pun tak kunjung turun dari level IV atau Awas sehingga pemerintah tidak mau mengambil risiko membiarkan masyarakat kembali ke desa masing-masing.
Apalagi, saat ini, menurut Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan, posisi magma semakin mendekati puncak. Kegempaan Sinabung menunjukkan tren meningkat, seperti gempa vulkanik dangkal, gempa hybrid, dan frekuensi rendah. Bahkan, gempa tremor semakin sering.
”Meningkatnya aktivitas Sinabung adalah alasan utama pemerintah menahan warga di pengungsian,” kata Hendra. Dia mengatakan, sangat sulit memprediksi kapan gunung akan meletus.
Pengungsi umumnya tidak kekurangan makanan. Namun, karena terlalu lama di pengungsian, rasa jenuh menghampiri. Bahkan, mulai muncul perselisihan di antara pengungsi beda desa yang berada di satu lokasi meski hanya soal sepele seperti pembagian jatah tak merata.
Karena itu, salah satu upaya mengurangi kejenuhan dan mengikis perseteruan, yakni pengungsi diberi kesibukan memasak makanan sendiri. Bahan untuk memasak tersedia di posko. Meski begitu, ada saja cara pengungsi mendapatkan sayur-mayur untuk dimasak karena bosan dengan bahan makanan yang tersedia.
Stok makanan dan minuman bagi pengungsi masih terpenuhi untuk beberapa hari ke depan yang merupakan bantuan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi. Kebutuhan lainnya, seperti selimut dan tikar, dilengkapi sehingga pengungsi bisa nyaman.
Menurut Makmur Beru Sitepu (48), warga Desa Kuta Rakyat, persoalan lainnya selama di pengungsian adalah tidak adanya penghasilan. Padahal, biaya pendidikan anak tidak bisa berhenti. Untuk memenuhi biaya sekolah anak, baik SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, banyak pengungsi memilih menjadi buruh tani dengan upah Rp 50.000 per hari.
Permintaan tenaga buruh juga mengalir dari beberapa desa di sekitar Kabanjahe dan Brastagi. Kebutuhan akan dana tidak hanya untuk biaya sekolah anak, tetapi juga untuk memenuhi keperluan pribadi.
”Tekanan darah saya naik terus karena ingat harta benda dan tanaman kopi di kampung. Jadi, banyak yang stres karena tidak ada kegiatan, sementara kembali ke desa sangat tidak mungkin,” ujar Makmur.
Pada rapat koordinasi di Kabanjahe, kordinator lapangan dari sejumlah posko mengeluh pengungsi tidak tertib karena banyak yang kembali ke desa secara diam-diam. Meski terus diinformasikan bahwa Sinabung bisa mendadak meletus, mereka tidak peduli.
”Setiap desa masih dijaga sekitar 50 pria karena khawatir harta benda hilang. Alasannya, meski jalan utama masuk ke desa dikawal aparat keamanan, pencurian tetap saja ada,” kata Senjata Tambun (44).
Seperti diungkap Maladin Tarigan (62), warga Desa Sukameriah yang berada di pengungsian Desa Payung. ”Setelah dihajar awan panas tidak ada tanaman kopi, tetapi hasrat untuk pulang ke desa sangat besar. (Karena itu) paling penting bagaimana selama di pengungsian ada aktivitas. Kalau hanya makan lalu tidur, tetap saja hati tidak tenang,” ujar pemilik sekitar 1.000 pohon kopi ini.
Hidup dan tinggal di kaki gunung berapi yang masih aktif agaknya belum sepenuhnya bisa dijalani oleh penduduk Kabupaten Karo. Memang pada 2010, Sinabung meletus setelah tidur selama lebih dari 800 tahun.
Tidak hanya penduduk, pemerintah daerah juga masih bingung karena belum ada pola paling tepat untuk menyiasati hidup berdampingan dengan gunung yang ternyata masih aktif. Apalagi Pemerintah Kabupaten Karo belum membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Setiap proses eksekusi, seperti penyaluran bantuan, melalui birokrasi yang panjang. Paling tidak harus lebih dulu melalui tangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Lebih parah lagi, penguasa daerah dataran tinggi, yang selama ini memasok sayur-mayur dan buah-buahan ke Singapura melalui Batam, Kepulauan Riau, ini, seolah tak peduli dengan kesulitan pengungsi. Padahal, erupsi masih mungkin terjadi lagi dan tidak diketahui kapan berakhir. Artinya, pengungsi masih harus bertahan di pengungsian hingga berbulan-bulan.
Saat ini, bagi pengungsi yang penting informasi soal aktivitas gunung cepat disebarkan, baik melalui radio maupun media komunikasi lain, sehingga mereka tidak semakin resah. Menjadi buruh tani merupakan salah satu upaya mereka untuk bertahan ketika tak ada kegiatan/pekerjaan lain yang bisa dilakukan. Kini mereka harus mulai belajar menapaki hidup tak senyaman dulu lagi. (Agnes Swetta Pandia)
Sumber: Kompas
LIPUTAN MEDIA INTERNASIONAL TENTANG SINABUNG
Spoiler for Klik:
MEDAN, Indonesia -- MEDAN, Indonesia (AP) — A volcano in western Indonesia erupted on Thursday, unleashing a column of dark volcanic material high into the air weeks after villagers were returning home from an earlier eruption, officials said.
The explosion at Mount Sinabung, located in North Sumatra province, shot black ash 3 kilometers (nearly 2 miles) into the air, but there were no reports of injuries or damage, said National Mitigation Agency spokesman Sutopo Purwo Nugroho.
He said villages, farms and trees around the 2,600-meter (8,530-foot) -high rumbling volcano were covered in thick gray ash, prompting authorities to evacuate more than 3,300 people. Most were from two villages within 3 kilometers (nearly 2 miles) of the mountain in Karo district.
No lava or debris spewed from the volcano, and nearby towns and villages were not in danger, but authorities warned tourists to stay away from the danger zone located 1.5 kilometers (1 mile) from the crater, Nugroho said.
Last month, more than 15,000 people were forced to flee when the volcano rumbled to life after being dormant for three years, belching ash and smoke and igniting fires on its slopes.
The volcano's last major eruption in August 2010 killed two people and forced 30,000 others to flee. It caught many scientists off guard because it had been quiet for four centuries.
Mount Sinabung is among more than 120 active volcanoes in Indonesia, which is prone to seismic upheaval due to its location on the Pacific "Ring of Fire," an arc of volcanos and fault lines encircling the Pacific Basin.
Sumber: Huffington Post
![](https://img.youtube.com/vi/y26rjBSMArY/0.jpg)
Quote:
masihkah kita berpangku tangan melihat penderitaan saudara kita?
yuk sisihkanlah sedikit rezeki untuk saudara kita yang sedang mengalami musibah
![Smilie emoticon-Smilie](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/15.gif)
Atau setidaknya berdoalah untuk mereka, semoga saudara-saudara kita senantiasa diberi kekuatan oleh -Nya
![I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/iloveindonesias.gif)
![tata604](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
tata604 memberi reputasi
1
1.4K
Kutip
1
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan