- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mampukah Jokowi Mengalahkan 'Musuh' dari Alam?


TS
jusjbaw
Mampukah Jokowi Mengalahkan 'Musuh' dari Alam?
Quote:
Mampukah Jokowi Mengalahkan 'Musuh' dari Alam?

Jakarta - Mendekati puncak musim hujan, banjir kembali melanda Jakarta. Selama dua tahun berturut-turut, banjir menjadi masalah berat yang harus dihadapi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Mampukah Joko Widodo mengalahkan banjir seperti ia mengungguli tokoh-tokoh politik dalam bursa capres?
Musim hujan seperti menjadi musuh alami bagi Joko Widodo atau Jokowi. Ibarat kata, hanya musim hujan yang tidak peduli terhadap Jokowi, meski elektabilitasnya tengah berada di puncak. Jika dalam survei-survei terkait capres, Jokowi mampu mengungguli tokoh-tokoh nasional sekaliber Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, bahkan Megawati Soekarnoputri sekalipun.
Masalah banjir memang bukan soal politik. Dia tak mengenal elektabilitas. Tapi sebagai gubernur DKI Jakarta, banjir merupakan lawan serius yang harus dihadapi Jokowi itu. Terlebih saat kampanye pemilukada 2012, Jokowi sangat optimistis mampu mengatasi banjir.
Berbagai rencana, dan strategi dikemukakan Jokowi saat berkampanye dulu. Dia mengklaim mempunyai jurus jitu mengatasi banjir. Namun setelah dua tahun, Jokowi justru belum mampu menundukan banjir.
Setelah Jakarta dihantam banjir pada 2013 yang menelan kerugian hingga Rp7 triliun, Jokowi justru lebih sering mengaku sulit mengatasi banjir. Kemudian timbul pertanyaan mampukah Jokowi sebagai gubernur mengatasi banjir dalam waktu cepat?
Jawabannya hal itu mustahil terjadi. Sebab, penangganan banjir tidak bisa instan, hanya dalam waktu satu atau tiga tahun saja. Penanganannya membutuhkan peran serta semua pihak. Menurut beberapa pakar, ada empat hal yang harus segera dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mengalahkan 'musuh' dari alam itu.
Pertama, Pemprov DKI Jakarta harus segera memperbaiki sistem drainase, revitalisasi waduk, serta pengerukan kali, dan saluran air yang mengalami pendangkalan. Kondisi drainase serta kali, dan saluran air di Jakarta memang belum maksimal untuk menampung debit air yang tinggi saat musim hujan.
Saat ini Jokowi memang sudah melakukan pengerukan kali, dan mulai merevitalisasi beberapa waduk. Namun, tentunya masih dibutuhkan waktu yang panjang agar semuanya maksimal menampung dan mengalirkan debit air yang besar saat musim hujan.
Kedua, Pemprov DKI Jakarta harus segera menambah ruang terbuka hijau sebagai area resapan air. Saat ini bisa dikatakan area resapan air di Jakarta sangat minim. Sebab, hampir seluruh tanah di Jakarta tertutup semen, beton, dan aspal yang tidak bisa membuat air meresap. Sehinggga tak heran di beberapa wilayah Jakarta jika musim hujan datang akan timbul banjir.
Selanjutnya yang perlu segera dilakukan adalah melakukan penataan di kawasan daerah aliran sungai (Das) Ciliwung, agar sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah (penggunaan lahan dari hulu hingga hilir sungai). Dengan demikian, air hujan tidak seluruhnya masuk ke sungai namun ada yang terserap oleh tanah.
Apapun yang dilakukan Jokowi untuk mengatasi banjir di Jakarta, akan sia-sia kalau lahan di kawasan DAS Ciliwung tidak ditata sesuai konservasi tanah dan air. Untuk mengatasi hal ini pun, Jokowi tidak bisa sendirian. Dia butuh bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebab DAS Ciliwung dimulai dari kawasan Puncak.
Jokowi sebagai gubernur harus segera memulai pekerjaan ini. Sebab, penataan DAS Ciliwung, harus melibatkan tim terpadu dengan prinsip satu sungai satu penyelesaian, dan solusinya mungkin melibatkan relokasi lahan permukiman dan perubahan tata kelola lahan.
Belum lagi ditambah dengan pekerjaan penataan saluran drainase, revitaliasi waduk, dan pengerukan saluran air, membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan, bukan tidak mungkin hingga masa jabatannya sebagai gubernur selesai, justru pekerjaan ini belum selesai.
Sementara dengan pemerintah pusat, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo membutuhkan kerja sama dalam menciptakan UU Konservasi Tanah dan Air yang mengharuskan seluruh masyarakat menerapkan teknik konservasi tanah dan air secara memadai setiap menggunakan lahan. Hal ini agar tidak menyebabkan degradasi lahan di DAS.
Bagaimana dengan warga? Warga pun harus aktif membantu dengan mulai membuat lubang resapan biopori (LRB), dan sumur resapan di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, warga pun harus sadar dan mengubah kebiasaan buruk untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Sekarang saatnya Jokowi bekerja, dan menarik dukungan dari semua pihak untuk sama-sama mengatasi banjir, bukan untuk meningkatkan elektabilitas partai pengusungnya atau menjadi capres. Jokowi adalah pemimpin Jakarta yang punya janji harus direalisasikan. Salah satunya, mengatasi banjir di Jakarta. (dari berbagai sumber).[bay] #Jokowi Banjir #Jakarta Baru Banjir
Musim hujan seperti menjadi musuh alami bagi Joko Widodo atau Jokowi. Ibarat kata, hanya musim hujan yang tidak peduli terhadap Jokowi, meski elektabilitasnya tengah berada di puncak. Jika dalam survei-survei terkait capres, Jokowi mampu mengungguli tokoh-tokoh nasional sekaliber Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, bahkan Megawati Soekarnoputri sekalipun.
Masalah banjir memang bukan soal politik. Dia tak mengenal elektabilitas. Tapi sebagai gubernur DKI Jakarta, banjir merupakan lawan serius yang harus dihadapi Jokowi itu. Terlebih saat kampanye pemilukada 2012, Jokowi sangat optimistis mampu mengatasi banjir.
Berbagai rencana, dan strategi dikemukakan Jokowi saat berkampanye dulu. Dia mengklaim mempunyai jurus jitu mengatasi banjir. Namun setelah dua tahun, Jokowi justru belum mampu menundukan banjir.
Setelah Jakarta dihantam banjir pada 2013 yang menelan kerugian hingga Rp7 triliun, Jokowi justru lebih sering mengaku sulit mengatasi banjir. Kemudian timbul pertanyaan mampukah Jokowi sebagai gubernur mengatasi banjir dalam waktu cepat?
Jawabannya hal itu mustahil terjadi. Sebab, penangganan banjir tidak bisa instan, hanya dalam waktu satu atau tiga tahun saja. Penanganannya membutuhkan peran serta semua pihak. Menurut beberapa pakar, ada empat hal yang harus segera dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mengalahkan 'musuh' dari alam itu.
Pertama, Pemprov DKI Jakarta harus segera memperbaiki sistem drainase, revitalisasi waduk, serta pengerukan kali, dan saluran air yang mengalami pendangkalan. Kondisi drainase serta kali, dan saluran air di Jakarta memang belum maksimal untuk menampung debit air yang tinggi saat musim hujan.
Saat ini Jokowi memang sudah melakukan pengerukan kali, dan mulai merevitalisasi beberapa waduk. Namun, tentunya masih dibutuhkan waktu yang panjang agar semuanya maksimal menampung dan mengalirkan debit air yang besar saat musim hujan.
Kedua, Pemprov DKI Jakarta harus segera menambah ruang terbuka hijau sebagai area resapan air. Saat ini bisa dikatakan area resapan air di Jakarta sangat minim. Sebab, hampir seluruh tanah di Jakarta tertutup semen, beton, dan aspal yang tidak bisa membuat air meresap. Sehinggga tak heran di beberapa wilayah Jakarta jika musim hujan datang akan timbul banjir.
Selanjutnya yang perlu segera dilakukan adalah melakukan penataan di kawasan daerah aliran sungai (Das) Ciliwung, agar sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah (penggunaan lahan dari hulu hingga hilir sungai). Dengan demikian, air hujan tidak seluruhnya masuk ke sungai namun ada yang terserap oleh tanah.
Apapun yang dilakukan Jokowi untuk mengatasi banjir di Jakarta, akan sia-sia kalau lahan di kawasan DAS Ciliwung tidak ditata sesuai konservasi tanah dan air. Untuk mengatasi hal ini pun, Jokowi tidak bisa sendirian. Dia butuh bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebab DAS Ciliwung dimulai dari kawasan Puncak.
Jokowi sebagai gubernur harus segera memulai pekerjaan ini. Sebab, penataan DAS Ciliwung, harus melibatkan tim terpadu dengan prinsip satu sungai satu penyelesaian, dan solusinya mungkin melibatkan relokasi lahan permukiman dan perubahan tata kelola lahan.
Belum lagi ditambah dengan pekerjaan penataan saluran drainase, revitaliasi waduk, dan pengerukan saluran air, membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan, bukan tidak mungkin hingga masa jabatannya sebagai gubernur selesai, justru pekerjaan ini belum selesai.
Sementara dengan pemerintah pusat, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo membutuhkan kerja sama dalam menciptakan UU Konservasi Tanah dan Air yang mengharuskan seluruh masyarakat menerapkan teknik konservasi tanah dan air secara memadai setiap menggunakan lahan. Hal ini agar tidak menyebabkan degradasi lahan di DAS.
Bagaimana dengan warga? Warga pun harus aktif membantu dengan mulai membuat lubang resapan biopori (LRB), dan sumur resapan di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, warga pun harus sadar dan mengubah kebiasaan buruk untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Sekarang saatnya Jokowi bekerja, dan menarik dukungan dari semua pihak untuk sama-sama mengatasi banjir, bukan untuk meningkatkan elektabilitas partai pengusungnya atau menjadi capres. Jokowi adalah pemimpin Jakarta yang punya janji harus direalisasikan. Salah satunya, mengatasi banjir di Jakarta. (dari berbagai sumber).[bay] #Jokowi Banjir #Jakarta Baru Banjir
Quote:
Quote:
PRAY FOR JOKOWI and Pray for Jakarta to be Good City of Flood
0
1.6K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan