Thread ini bertujuan untuk mencoba membuka pikiran kaskuser tentang seorang pemimpin sekaligus menanggapi thread sebelah yg hanya bisa mengkritik tanpa bisa melakukan apapun untuk kota jakarta dan musibah banjir kali ini..





Pernah bekerja menjadi tukang cat? Bila jawaban Anda belum, jangan mudah menyalahkan Jokowi dalam membenahi Jakarta.
Apa hubungannya Jokowi dengan tukang cat? Tidak ada hubungannya, tapi Jokowi menjadi Gubenur DKI saya analogikan sebagai tukang cat sebuah bangunan.


Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan menjadi tukang cat bangunan rumah staf.Jadi saya tahu betul perbedaan (baca:kesulitan) mengecat bangunan yang belum dihuni dengan bangunan yang sudah ada penghuninya dan penuh furnitur atau perabot rumah tangga lainnya. Jika pemiliknya pasrah saja bagaimana baiknya yang penting ruangnya bertambah cantik dan tidak ada satu barangpun yang rusak, itu sangat senang sekali.

Namun kebanyakan ibu-ibu staf itu (bukan semua) agak nyinyir. Ketika mengecat dinding bagian luar, yang sering terngiang ditelinga pekerja pekikan ibu-ibu staf, “ Heeii....maaang awas hati-hati bunganya jangan sampai terinjak, itu bunga mahal dan langka lho!” alih alih bilang hati-hati agar pekerja tidak jatuh, malah bunga yang penting diselamatkan

Lebih rumit dan sulit lagi bila mengecat ruang tamu atau kamar tidur yang sudah lama dihuni dan penuh perabotan rumah tangga pada setiap ruang. Jika mengecat bangunan baru dibangun dan belum dihuni atau berisi perabotan rumah tangga, itu tidak sulit. Kita masih bisa leluasa menggeser-geser tangga ketempat yang akan dicat. Dan kitapun tidak khawatir ada perabot yang terpercik cat atau tertimpa sesuatu ketika menggeser tangga atau alat panjat yang lain. Dan, lagi-lagi kenyinyiran dan egoisme pemilik rumah ikut menghambat pekerjaan. Pernah dia mengingatkan kami sebagai pekerja, “Awas mang, itu harganya sepuluh juta loh, jangan sampai pecah!
Kalau pekerjaan mengecat, barang-barang yang akan dipindahkan itu benda mati, artinya barang –barang itu mau digeser kekanan atau kekiri dan bila perlu dipindahkan ke ruang sebelah.
Jauh berbeda dengan membenahi Jakarta meskipun saya analogikan seperti mengecat sebuah ruang yang penuh perabotan rumah tangga.

Kalau di Jakarta “barang-barang” yang mau digeser atau dipindah-sementara tempat itu dalam perbaikan-, bukan hanya membandel bahkan terkadang protes dan memberontak.

Sebagai contoh, pemerintah DKI akan membangun sebuah jalan tertentu (tentu demi kelancaran lalu-lintas kedepannya), paling tidak ada warga yang dipindahkan sementara atau akses jalan yang ditutup agar tidak mengganggu pekerjaan dan itu pasti menimbulkan kemacetan.
Hal itu oleh media yang disorot cuma kemacetannya dan warga yang merasa terusik oleh pekerjaan itu lalu memprotes dan memaki-maki.

Tuhan saja mengatakan, tidak berubah nasib suatu kaum, jika mereka tidak mau merubahnya. Jadi jika Jakarta ingin berubah, ya Jokowi harus didorong dan warganya harus ikut berkontribusi membenahi Jakarta, bukan malah menghambatnya.

Lantas, apa pula hubungannya Jokowi dengan Mr.Bean BBA (Bloon Banyak Akal) itu. Oh itu, pernah menonton film Mr.Bean yang sedang beradegan mengecat sebuah ruang? Untuk menghindari perabot tersemprot oleh cat, Mr.Bean membungkus semua yang ada didalam ruang itu dengan kertas-kertas koran, kecuali dinding dan plafonnya yang menjadi target pengecatan itu.

Tetapi, Jakarta bukanlah seperti sebuah ruang yang dijadikan objek pengecatan oleh Mr Bean dalam sebuah adegan filmnya Rowan Atkinson itu.

Dan Jokowi bukanlah Mr Bean.

SUMBER

jangan ragu untuk kalian melempar