- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SEJARAH HUMOR ,..


TS
ditya0808
SEJARAH HUMOR ,..


Quote:
Quote:
SEJARAH HUMOR
Humor mungkin sudah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin sudah menyatu dengan kelahiran manusia sendiri. Jika dilacak asal usulnya, humor berasal dari kata Latin“umor” yang berarti cairan. Sejak 400 SM, orang Yunani kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu.
Darah menentukan suasana gembira (sanguine), lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius dan licik (Manser, 1989).
Teori mengenai cairan ini merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. Namun demikian, ajaran yang disusun oleh Plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di zaman sekarang ini. Dalam perkembangan selanjutnya, selama berabad-abad, lahirlah segala macam teori yang berupaya untuk mendefinisikan humor, yang mengacu pada artian humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan, yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang membuat orang menjadi tertawa gembira (Setiawan, 1990). Perkembangan humor di Inggris sudah terlembaga sejak abad ke 16 (Calley, 1997). Pada masa tersebut terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut dengan pemain komedi. Komedian yang terltenal yaitu Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul “Man Out of His Humor”. Karya tersebut memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalarn kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Abad ke 17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di Inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjutnya. Pertengahan abad ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire. Sampai akhir abad ke 18, bentuk teater ini menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Abad ke 19, humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam wujud komik. Abad itu ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jeman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia.
Di daratan Eropa dan sebagian Amerika, humor sudah dianggap menjadi bagian dari kehidupan (Gauter, 1988). Bahkan dianggap sebagai suatu seni yang setara dengan seni lainnya. Setelah peranan humor meningkat, terutama dalam ltomik dan komedi, setara satire, pada awal abad ke 20; humor memasuki era baru. Di awal abad itu humor sangat dominan dalam teater komedi dan film. Sampai saat itu media massa film masih merupakan ladang subur bagi kehidupan humor. Komedi dan satire tetap bertahan di kalangan tertentu. Charlie Chaplin, yang dilahirkan April 1889, adalah seorang komedian terkenal di dunia humor modern. Film yang dibintanginya memberi inspirasi yang besar sekali dalam perkembangan humor pada umumnya.
Humor menjadi salah satu objek penelitian semenjak awal abad ke 20. berbagai tulisan mengenai humor telah diterbitkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu sosial, terutama dari perspektif psikologi (Hendarto, 1990). Di Indonesia, secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari lcesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahltan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam istilah lainnya sering disebut dengan lawak, banyolan, dagelan dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka, seperti munculnya grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet Jaya, Loka Ria, Srimulat, Surya Grup, dan lain-lain (Widjaja, 1993). Perkembangan lain terjadi pada media massa cetak, baik majalah maupun surat kabar. Tahun 60-an terbit beberapa majalah humor, namun tidak bertahan lama. Di antaranya adalah majalah STOP. Surat kabar membuka rubrik khusus untuk humor. Cerita-cerita lucu, anekdot, karikatur dan kartun sering dijumpai pada media massa cetak (Kusmartiny, 1993).
Humor mungkin sudah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin sudah menyatu dengan kelahiran manusia sendiri. Jika dilacak asal usulnya, humor berasal dari kata Latin“umor” yang berarti cairan. Sejak 400 SM, orang Yunani kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu.
Darah menentukan suasana gembira (sanguine), lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius dan licik (Manser, 1989).
Teori mengenai cairan ini merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. Namun demikian, ajaran yang disusun oleh Plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di zaman sekarang ini. Dalam perkembangan selanjutnya, selama berabad-abad, lahirlah segala macam teori yang berupaya untuk mendefinisikan humor, yang mengacu pada artian humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan, yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang membuat orang menjadi tertawa gembira (Setiawan, 1990). Perkembangan humor di Inggris sudah terlembaga sejak abad ke 16 (Calley, 1997). Pada masa tersebut terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut dengan pemain komedi. Komedian yang terltenal yaitu Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul “Man Out of His Humor”. Karya tersebut memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalarn kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Abad ke 17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di Inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjutnya. Pertengahan abad ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire. Sampai akhir abad ke 18, bentuk teater ini menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Abad ke 19, humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam wujud komik. Abad itu ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jeman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia.
Di daratan Eropa dan sebagian Amerika, humor sudah dianggap menjadi bagian dari kehidupan (Gauter, 1988). Bahkan dianggap sebagai suatu seni yang setara dengan seni lainnya. Setelah peranan humor meningkat, terutama dalam ltomik dan komedi, setara satire, pada awal abad ke 20; humor memasuki era baru. Di awal abad itu humor sangat dominan dalam teater komedi dan film. Sampai saat itu media massa film masih merupakan ladang subur bagi kehidupan humor. Komedi dan satire tetap bertahan di kalangan tertentu. Charlie Chaplin, yang dilahirkan April 1889, adalah seorang komedian terkenal di dunia humor modern. Film yang dibintanginya memberi inspirasi yang besar sekali dalam perkembangan humor pada umumnya.
Humor menjadi salah satu objek penelitian semenjak awal abad ke 20. berbagai tulisan mengenai humor telah diterbitkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu sosial, terutama dari perspektif psikologi (Hendarto, 1990). Di Indonesia, secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari lcesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahltan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam istilah lainnya sering disebut dengan lawak, banyolan, dagelan dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka, seperti munculnya grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet Jaya, Loka Ria, Srimulat, Surya Grup, dan lain-lain (Widjaja, 1993). Perkembangan lain terjadi pada media massa cetak, baik majalah maupun surat kabar. Tahun 60-an terbit beberapa majalah humor, namun tidak bertahan lama. Di antaranya adalah majalah STOP. Surat kabar membuka rubrik khusus untuk humor. Cerita-cerita lucu, anekdot, karikatur dan kartun sering dijumpai pada media massa cetak (Kusmartiny, 1993).
Spoiler for contoh:

Spoiler for FUNGSI HUMOR:
Menurut Sujoko (1982)humor dapat berfungsi untuk:
- untuk melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan;
- humor dapat menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar;
- humor dapat mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut;
- humor dapat menghibur;
- humor dapat melancarkan pikiran;
- humor dapat membuat orang mentolerir sesuatu;
- humor dapat membuat orang memahami soal pelik;
Karikatur : Gambar sindiran atau kritikan yang bernuansa humor James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989), mengatakan bahwa: “Fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang. Perasaan itu bisa disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidak adilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan, dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat. Jika ada ketidak adilan biasanya timbul humor yang berupa protes sosial atau kekangan seks, biasanya menimbulkan humor mengenai “seks”. Beberapa fungsi humor yang sejak dulu sudah dikenal masyarakat kita antara lain, fungsi pembijaksanaan orang dan penyegaran, yang membuat orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama. Fungsi itu dapat kita amati di dalam pertunjukan wayang, dimana punakawan muncul untuk menyegarkan suasana. Humor punakawan biasanya mendidik serta membijaksanakan orang (Hendarto, 1990).
Dari keterangan di atas dapatlah dijelaskan bahwa penyaluran ketegangan lewat humor sangat positif, karena membawa kesejahteraan jiwa. Jika semua perasaan tidak puas dan ketegangan yang dialami tidak disalurkan, maka &an membawa bencana, tidak hanya bagi yang memendam, tetapi juga untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya. Sujoko (1982) mengemukakan bahwa di Indonesia kalangan mahasiswa gemar menggunalcan humor sebagai sarana kritilc sosial.
Kegemaran ini menunjukkan bahwa mahasiswa adalah personal yang sedang di didik untuk menjadi manusia yang ltritis, serta harus bersikap skeptis, sehingga jalan pikirannya akan menjadi ilmiah, tidak begitu saja menerima semua yang dihidangkan. Dengan ditanamkannya sikap ini, malta tidak heran apabila mereka akan protes bila melihat orang yang seharusnya menjadi penuntun mereka, malah menyeleweng atau lnemb~lat terobosan seenak hatinya, serta bersifat munafik (Sumarthana, 1983). Sangat beralasan jilta mereka (mahasiswa) memilih humor sebagai media protes sosial, sebab media ini paling sesuai dengan kepribadian tradisional bangsa kita yang tidak suka dikritik secara langsung. Dengan adanya sikap ini, maka di negara kita, protes tidak langsung mempunyai pengaruh yang lebih ampuh dibandingkan dengan protes yang langsung.
Kritik yang disampaikan secara tertulis sering menimbulkan bencana, berbeda jika kritik disajiltan dalam bentulc humor. Protes sosial dalam humor tidak mungkin ditanggapi secara serius, ltarena yang menyuarakan sama sekali tidak bertanggung jawab. Tanggung jawab dalam protes sosial berupa humor sudah diambil kolektif; sehingga kolektifanlah yang bertanggung jawab. Sementara itu Jatiman (dalam Suhadi, 1989), Sosiolog dan staf pengajar UI mengatakan bahwa: “Disamping sebagai sarana kritik sosial, adakalanya humor juga dibuat sebagai alat aktualisasi diri.
Dalam lingkungan tertentu, segolongan orang yang tidak berdaya untuk melemparkan kritik langsung, mencoba melakukannya dengan menciptakan humor tentang yang bersangkutan”. Fungsi humor yang lain adalah sebagai relcreasi. Dalam ha1 ini, humor berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu humor juga berfungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin (Setiawan, 1990). Emil Salinl (dalam Suhadi, 1989) berpendapat bahwa, “Selain merupakan salah satu cara untuk menyampaikan kritik, juga merupakan bagian dari proses menjalin komunikasi sosial antara manusia. Untuk komunikasi yang sifatnya serius, pesan-pesan yang akan disampaikan biasanya tidak mudah terjalin antara kedua belah pihak. Jika pertemuanmerupakan pertemuan baru, maka medium humor dalam tahap komunikasi alcan mempercepat terbukanya pintu keakraban”.
Bahkan Kartono Muhamad (dalam Suhadi, 1989) berpendapat bahwa; “Humor yang baik adalah humor yang dapat mentertawakan diri sendiri, atau humor otokritik. Meskipun membuat diri pribadi sakit hati, humor otokritik merupakan sesuatuyang menunjukkan kedewasaan sikap. Artinya, marnpu memberi kritik terhadap diri sendiri, serta dapat pula secara terbuka menerima opini orang lain”. Pada akhirnya, untuk menjadikan humor yang “baik”, harus melihat situasi dan kondisi. Humor dilakukan dengan tidak terlalu berlebihan, agar “mutu” humor tetap terjaga. Humor sebagai sarana komunikasi sosial diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh berbagai ragam individu.
Spoiler for JENIS HUMOR:
Jenis humor menurut Arwah Setiawan (1988) dapat dibedakan menurut kriterium “bentuk ekspresi”. Sebagai bentuk ekspresi dalam kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis:
(1) humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar;
(2) humor dalam pergaulan, misalnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah dimuka umum;
(3) humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor dalam kesenian masih dibagi menjadi: Humor kelakuan, misalnya: lawak, tari humor, pantomim lucu. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, patung lucu. % Humor literature, misalnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak jenaka dan semacamnya. Jika yang digunakan adalah kriterium maksud dalam komunikasi, maka dalam liunior ada tiga jenis komunikasi, yaitu:
(a) si penyampai memang bermaksud melucu, dan si penerima menerima sebagai lelucon;
(b) si penyampai tidak bermaksud melucu, namun si penerima menganggap lucu;
(c) si penyampai bermaksud melucu, namun si penerima tidak menganggap lucu
Dalam komunikasi, keberhasilan seorang komunikator dalam berkomunikasi adalah, jika pesan yang disampailcannya cepat diterima oleh komunikan sesuai dengan apa yang dimaksud si lcomunikator. Keberhasilan seorang pelaku humor ketilca stimulus humor yang dilancarkannya diterirna oleh penerima humor sebagaimana yang diniaksud oleh pelaku humor tersebut. Stimulus humor adalah kelucuan yang mengharapkan senyum atau tawa sebagai efek dari penerinia humor Humor menurut kriterium indrawi berupa: (I) humor verbal; (2) humor vjsual; (3) humor auditif. Humor menurut lcriteriu~n bahan adalah: (1) humor politis; (2) humor seks; (3) humor sadis; (4) humor teka-teki. Humor kriterium etis dapat dibedakan sebagai: (1) humor sehav humor yang edukalic (2) humor yang tidak sehat. Humor berdasarkan kriterium estetis dapat dipisahlean menjadi: (1) humor tinggi (yang lebih halus dan talc langsung); (2) humor rendah (yang kasar, yang terialu eksplisit). Jaya Suprana mengatakan bahwa dalam situasi yang tidak tepat, humor bukan sesu’atu yang lucu. Bahkan humor belum tentu menyebabkan orang tertawa, misalnya humor seks. Bagi sebagian orang yang puritan, humor jenis ini dianggap tabu dan kampungan, sehingga dianggap tidak lucu dan tidak menyebabkan tertawa. Humor menjadi kurang ajar bila menggunakan kondisi fisik orang sebagai objek. Humor yang baik adalah humor yang bisa membawa atau menuju kepada kebaikan. Kemudian bapak Psikoanalisa Freud memilih-milih humor berdasarkan dua variabel, yaitu:
(1) motivasi, yang berwujud komik, tergolong sebagai lelucon yang tanpa motivasi, karena kelucuan hanya diperoleh dari teknik melucu saja; dan humor, yang tergolong lelucon dengan motivasi;
(2) kelompok sasaran yang dijadikan lelucon, humor terdiri atas: humor etnik, humor seks, dan humor politik.
Sedangkan menurut Pramono (1983), humor dapat digolongkan menjadi:
(1) humor menurut penampilannya, yang terdiri atas: humor lisan, humor tulisan/gambar, humor gerakan tubuh;
(2) menurut tujuan dibuatnya, atau tujuan pesannya, humor terdiri atas: humor kritik, humor meringankan beban pesan, humor semata-mata pesan.
(1) humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar;
(2) humor dalam pergaulan, misalnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah dimuka umum;
(3) humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor dalam kesenian masih dibagi menjadi: Humor kelakuan, misalnya: lawak, tari humor, pantomim lucu. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, patung lucu. % Humor literature, misalnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak jenaka dan semacamnya. Jika yang digunakan adalah kriterium maksud dalam komunikasi, maka dalam liunior ada tiga jenis komunikasi, yaitu:
(a) si penyampai memang bermaksud melucu, dan si penerima menerima sebagai lelucon;
(b) si penyampai tidak bermaksud melucu, namun si penerima menganggap lucu;
(c) si penyampai bermaksud melucu, namun si penerima tidak menganggap lucu
Dalam komunikasi, keberhasilan seorang komunikator dalam berkomunikasi adalah, jika pesan yang disampailcannya cepat diterima oleh komunikan sesuai dengan apa yang dimaksud si lcomunikator. Keberhasilan seorang pelaku humor ketilca stimulus humor yang dilancarkannya diterirna oleh penerima humor sebagaimana yang diniaksud oleh pelaku humor tersebut. Stimulus humor adalah kelucuan yang mengharapkan senyum atau tawa sebagai efek dari penerinia humor Humor menurut kriterium indrawi berupa: (I) humor verbal; (2) humor vjsual; (3) humor auditif. Humor menurut lcriteriu~n bahan adalah: (1) humor politis; (2) humor seks; (3) humor sadis; (4) humor teka-teki. Humor kriterium etis dapat dibedakan sebagai: (1) humor sehav humor yang edukalic (2) humor yang tidak sehat. Humor berdasarkan kriterium estetis dapat dipisahlean menjadi: (1) humor tinggi (yang lebih halus dan talc langsung); (2) humor rendah (yang kasar, yang terialu eksplisit). Jaya Suprana mengatakan bahwa dalam situasi yang tidak tepat, humor bukan sesu’atu yang lucu. Bahkan humor belum tentu menyebabkan orang tertawa, misalnya humor seks. Bagi sebagian orang yang puritan, humor jenis ini dianggap tabu dan kampungan, sehingga dianggap tidak lucu dan tidak menyebabkan tertawa. Humor menjadi kurang ajar bila menggunakan kondisi fisik orang sebagai objek. Humor yang baik adalah humor yang bisa membawa atau menuju kepada kebaikan. Kemudian bapak Psikoanalisa Freud memilih-milih humor berdasarkan dua variabel, yaitu:
(1) motivasi, yang berwujud komik, tergolong sebagai lelucon yang tanpa motivasi, karena kelucuan hanya diperoleh dari teknik melucu saja; dan humor, yang tergolong lelucon dengan motivasi;
(2) kelompok sasaran yang dijadikan lelucon, humor terdiri atas: humor etnik, humor seks, dan humor politik.
Sedangkan menurut Pramono (1983), humor dapat digolongkan menjadi:
(1) humor menurut penampilannya, yang terdiri atas: humor lisan, humor tulisan/gambar, humor gerakan tubuh;
(2) menurut tujuan dibuatnya, atau tujuan pesannya, humor terdiri atas: humor kritik, humor meringankan beban pesan, humor semata-mata pesan.
sumber
Quote:
UPDATE
“LUPA”
Berkuasa selama 32 tahun tentu bukan waktu yang sedikit. Mengabdi dan melayani dengan setulus hati untuk rakyat mungkin hanya 5-10 tahun dari masa kekuasaannya. Selebihnya dia manfaatkan untuk kepentingannya sendiri. Bukan untuk rakyat. Bukan pula untuk kesejahteraan masyarakat. Begitulah gambaran yang pantas dilekatkan kepada alm Soeharto.
Berkuasa selama 32 tahun telah ia manfaatkan untuk kepentingan perutnya sendiri dan keluarganya. Maka tak perlu heran jika kita mendengar bahwa kekayaan keluarga canda tak kan habis sampai tujuh turunan.
Sebagai peminpin Negeri Garuda, kala itu alm Soeharto biasa mengunjungi daerah-daerah diluar ibukota. Tugas itu dilakukan dalam rangka tugas kenegaraan dan juga urusan pribadi. Melihat kondisi suatu daerah dan sekaligus rekreasi. Bekerja sekaligus juga menyegarkan pikiran dari rutinitas kenegaraaan. Sambil menyelam minum air, begitu kata pepatah.
Suatu waktu, ketika alm Soeharto mengunjungi suatu daerah ia melihat sebuah rumah mewah yang menarik perhatiannya. Rumahnya besar, halamannya segar nan hijau dan taman bunganya yang asri memikat mata. Melihat rumah itu ia pun berminat untuk membeli dan memilikinya. Oleh karena itu, ia pun mencoba menanyakan kepada ajudannya.
“rumah itu bagus dan rasanya menyenangkan jika saya bisa tinggal disana” curhat sang President kepada ajudannya. “coba kamu cari tahu siapa pemiliknya, siapa tahu rumah itu dijual. Kalau ya saya akan membelinya” perintah alm Soeharto kepada ajudannya.
Namun, siapa sangka, sang ajudan bukannya langsung menjalankan perintah justru ia berkata kepada alm Soeharto.
Ajudannya berkata “pak, rumah itu kan punya bapak..!”
Begitulah gambaran alm Soeharto kala menjadi penguasa. Kekayaannya melimpah dan bisa membeli apa saja sesuai dengan keinginannya. Setelah alm Soeharto tumbang, kita baru tahu bahwa dia telah memanfaatkan jabatannya untuk mengumpulkan kekayaan yang notabene bukan miliknya. Atau istilah sekarang alm Soeharto telah banyak melakukan korupsi.
Anekdotnya, saking banyaknya harta yang ia miliki dan dengan mudah dapat membeli sesuatu sesuai apa yang ia inginkan, alm Soeharto sampai lupa bahwa apa yang ia inginkan rupanya sudah ia beli dan miliki.
“LUPA”
Berkuasa selama 32 tahun tentu bukan waktu yang sedikit. Mengabdi dan melayani dengan setulus hati untuk rakyat mungkin hanya 5-10 tahun dari masa kekuasaannya. Selebihnya dia manfaatkan untuk kepentingannya sendiri. Bukan untuk rakyat. Bukan pula untuk kesejahteraan masyarakat. Begitulah gambaran yang pantas dilekatkan kepada alm Soeharto.
Berkuasa selama 32 tahun telah ia manfaatkan untuk kepentingan perutnya sendiri dan keluarganya. Maka tak perlu heran jika kita mendengar bahwa kekayaan keluarga canda tak kan habis sampai tujuh turunan.
Sebagai peminpin Negeri Garuda, kala itu alm Soeharto biasa mengunjungi daerah-daerah diluar ibukota. Tugas itu dilakukan dalam rangka tugas kenegaraan dan juga urusan pribadi. Melihat kondisi suatu daerah dan sekaligus rekreasi. Bekerja sekaligus juga menyegarkan pikiran dari rutinitas kenegaraaan. Sambil menyelam minum air, begitu kata pepatah.
Suatu waktu, ketika alm Soeharto mengunjungi suatu daerah ia melihat sebuah rumah mewah yang menarik perhatiannya. Rumahnya besar, halamannya segar nan hijau dan taman bunganya yang asri memikat mata. Melihat rumah itu ia pun berminat untuk membeli dan memilikinya. Oleh karena itu, ia pun mencoba menanyakan kepada ajudannya.
“rumah itu bagus dan rasanya menyenangkan jika saya bisa tinggal disana” curhat sang President kepada ajudannya. “coba kamu cari tahu siapa pemiliknya, siapa tahu rumah itu dijual. Kalau ya saya akan membelinya” perintah alm Soeharto kepada ajudannya.
Namun, siapa sangka, sang ajudan bukannya langsung menjalankan perintah justru ia berkata kepada alm Soeharto.
Ajudannya berkata “pak, rumah itu kan punya bapak..!”
Begitulah gambaran alm Soeharto kala menjadi penguasa. Kekayaannya melimpah dan bisa membeli apa saja sesuai dengan keinginannya. Setelah alm Soeharto tumbang, kita baru tahu bahwa dia telah memanfaatkan jabatannya untuk mengumpulkan kekayaan yang notabene bukan miliknya. Atau istilah sekarang alm Soeharto telah banyak melakukan korupsi.
Anekdotnya, saking banyaknya harta yang ia miliki dan dengan mudah dapat membeli sesuatu sesuai apa yang ia inginkan, alm Soeharto sampai lupa bahwa apa yang ia inginkan rupanya sudah ia beli dan miliki.
thanks gan,... semoga bermanfaat/..


Diubah oleh ditya0808 04-01-2014 10:10
0
3.5K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan