- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wow! Malam Pergantian Tahun, pramuria ABG di Malang Full Booked


TS
tinjauracun
Wow! Malam Pergantian Tahun, pramuria ABG di Malang Full Booked
sumber
Sumber
catatan TS : Dari pada kita menghujat Nanggroe Aceh Darussalam hanya karena bersyariat Islam. kenapa kita tutup mata dan tidak menghujat daerah kita masing-masing ? Apakah karena kita sebenarnya tidak membenci Nanggroe Aceh Darussalam? tapi membenci ...... Ahhh Sudahhhlahhh
Spoiler for "Para gadis menghibur pengunjung di salah satu rumah karaoke di Malang":
Spoiler for "repost":
wah sory-sory 
[/URL]

Quote:
Original Posted By beenajis►TRIBUNNEWS.COM – pramuriaan ABG yang melibatkan siswa SMA di Malang, menjadi fenomena terbaru sekaligus fenomena gila-gilaan di kota wisata terbesar di Jatim tersebut. Para penghibur usia SMA ini paling diburu para lelaki pemburu kenikmatan dunia. Saking tingginya permintaan, tiga hari jelang tahun baru, order sudah tutup. Rata-rata mereka sudah menerima pesananan. “Sudah full booked mas,” ujar Mono, germo yang sudah lama beroperasi di Malang.
Dari Mono ini pula mengetahui tarif jasa penghibur muda itu. Di malam tahun baru, tarif melonjak cukup tinggi. “Untuk kencan singkat Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. Kalau untuk kencan panjang atau satu hari, sampai Rp 3 juta,” ungkap Mono.
Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan ayam SMA yang dikoordinir Mono. Pasalnya, dia sangat selektif dalam menentukan klien. Mono tidak sembarangan menyerahkan anak buahnya, terutama yang masih berstatus pelajar kepada calon kliennya.
Surya.co.id (Tribunnews.com Network) membuktikan hal itu. Butuh waktu dua jam membujuk Mono melalui BlackBerry untuk bertemu. Ia akhirnya mau bertemu di mall. Namun datang sendiri, tanpa membawa anak didiknya. Mono terkesan sangat hati-hati dan ingin tahu calon pelanggannya.
Saat muncul, Mono mengaku sudah tidak memiliki anak didik yang lowong. Berkali-kali ia menolak pesanan Surya.co.id, dengan alasan semuanya sudah habis terorder.
Tapi lama-kelamaan Mono bersedia juga. Ia kemudian mengirim BBM broadcast ke contact person-nya. “Buat kalian yang punya teman cewe butuh kerja boleh PM (PING me),” begitu bunyi pesan itu.
Begitulah modus seorang germo untuk mencari anak buah sekaligus memasarkannya ke calon klien. Cara tersebut sangat efektif karena komunitas Mono sudah mengetahui betul sepak terjang pemuda berprilaku kemayu itu.
Sebelum bertemu Mono, Surya.co.id lebih dulu bertemu Mika, langganan Mono. Dari Mika inilah Surya mengetahui Mono memiliki banyak penghibur usia SMA. “Saya beberapa kali memakai jasa Mono. Kadang yang pekerja seks dewasa, tapi pernah juga yang masih berstatus pelajar,” ujar Mika, bukan nama sebenarnya.
Hanya memang, mendekati pergantian tahun, mereka sudah full booked. Miko mengaku kesulitan mencari. ”Biasanya gampang. Sekarang agak susah karena tahun baruan. Mereka panen juga,” ujar Miko sembari tertawa. (idl/iks/isy)
http://www.tribunnews.com/regional/2...g-full-booked/
bagi nocan dong
Dari Mono ini pula mengetahui tarif jasa penghibur muda itu. Di malam tahun baru, tarif melonjak cukup tinggi. “Untuk kencan singkat Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. Kalau untuk kencan panjang atau satu hari, sampai Rp 3 juta,” ungkap Mono.
Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan ayam SMA yang dikoordinir Mono. Pasalnya, dia sangat selektif dalam menentukan klien. Mono tidak sembarangan menyerahkan anak buahnya, terutama yang masih berstatus pelajar kepada calon kliennya.
Surya.co.id (Tribunnews.com Network) membuktikan hal itu. Butuh waktu dua jam membujuk Mono melalui BlackBerry untuk bertemu. Ia akhirnya mau bertemu di mall. Namun datang sendiri, tanpa membawa anak didiknya. Mono terkesan sangat hati-hati dan ingin tahu calon pelanggannya.
Saat muncul, Mono mengaku sudah tidak memiliki anak didik yang lowong. Berkali-kali ia menolak pesanan Surya.co.id, dengan alasan semuanya sudah habis terorder.
Tapi lama-kelamaan Mono bersedia juga. Ia kemudian mengirim BBM broadcast ke contact person-nya. “Buat kalian yang punya teman cewe butuh kerja boleh PM (PING me),” begitu bunyi pesan itu.
Begitulah modus seorang germo untuk mencari anak buah sekaligus memasarkannya ke calon klien. Cara tersebut sangat efektif karena komunitas Mono sudah mengetahui betul sepak terjang pemuda berprilaku kemayu itu.
Sebelum bertemu Mono, Surya.co.id lebih dulu bertemu Mika, langganan Mono. Dari Mika inilah Surya mengetahui Mono memiliki banyak penghibur usia SMA. “Saya beberapa kali memakai jasa Mono. Kadang yang pekerja seks dewasa, tapi pernah juga yang masih berstatus pelajar,” ujar Mika, bukan nama sebenarnya.
Hanya memang, mendekati pergantian tahun, mereka sudah full booked. Miko mengaku kesulitan mencari. ”Biasanya gampang. Sekarang agak susah karena tahun baruan. Mereka panen juga,” ujar Miko sembari tertawa. (idl/iks/isy)
http://www.tribunnews.com/regional/2...g-full-booked/
bagi nocan dong
[/URL]
Quote:
pramuriaan ABG yang melibatkan siswa SMA di Malang, menjadi fenomena terbaru sekaligus fenomena gila-gilaan di kota wisata terbesar di Jatim tersebut. Para penghibur usia SMA ini paling diburu para lelaki pemburu kenikmatan dunia. Saking tingginya permintaan, tiga hari jelang tahun baru, order sudah tutup. Rata-rata mereka sudah menerima pesananan. “Sudah full booked mas,” ujar Mono, germo yang sudah lama beroperasi di Malang.
Dari Mono ini pula mengetahui tarif jasa penghibur muda itu. Di malam tahun baru, tarif melonjak cukup tinggi. “Untuk kencan singkat Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. Kalau untuk kencan panjang atau satu hari, sampai Rp 3 juta,” ungkap Mono.
Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan ayam SMA yang dikoordinir Mono. Pasalnya, dia sangat selektif dalam menentukan klien. Mono tidak sembarangan menyerahkan anak buahnya, terutama yang masih berstatus pelajar kepada calon kliennya.
Untuk membuktikan hal itu. Butuh waktu dua jam membujuk Mono melalui BlackBerry untuk bertemu. Ia akhirnya mau bertemu di mall. Namun datang sendiri, tanpa membawa anak didiknya. Mono terkesan sangat hati-hati dan ingin tahu calon pelanggannya.
Saat muncul, Mono mengaku sudah tidak memiliki anak didik yang lowong. Berkali-kali ia menolak pesanan dengan alasan semuanya sudah habis terorder.
Tapi lama-kelamaan Mono bersedia juga. Ia kemudian mengirim BBM broadcast ke contact person-nya. “Buat kalian yang punya teman cewek butuh kerja boleh PM (PING me),” begitu bunyi pesan itu.
Begitulah modus seorang germo untuk mencari anak buah sekaligus memasarkannya ke calon klien. Cara tersebut sangat efektif karena komunitas Mono sudah mengetahui betul sepak terjang pemuda berprilaku kemayu itu.
Sebelum bertemu Mono, Surya.co.id lebih dulu bertemu Mika, langganan Mono. Dari Mika inilah Surya mengetahui Mono memiliki banyak penghibur usia SMA.
“Saya beberapa kali memakai jasa Mono. Kadang yang pekerja seks dewasa, tapi pernah juga yang masih berstatus pelajar,” ujar Mika, bukan nama sebenarnya.
Hanya memang, mendekati pergantian tahun, mereka sudah full booked. Miko mengaku kesulitan mencari. ”Biasanya gampang. Sekarang agak susah karena tahun baruan. Mereka panen juga,” ujar Miko sembari tertawa.
Selain dipesan melalui germo, ada banyak juga pelajar yang mencari pelanggan di jalanan. Mereka sering berkumpul di Jalan Ijen. Mereka memadati pinggir jalan dan warung-warung. Tarif mereka di sini sangat fleksibel. Bahkan di sini banyak remaja perempuan berusia 14-16 tahun yang ikut mencari pelanggan.
Surya.co.id bertemu Dina, bukan nama sebenarnya, seorang pekerja seks anak-anak. Dina mengaku pergaulan di kawasan yang lebih dikenal dengan nama museum itu sebagai penyebab utama dirinya terjerumus di dunia hitam prostitusi.
Selain di kawasan itu, Dina dan teman-temannya juga mangkal di kawasan Bumiayu, tepatnya di dekat gelanggang olah raga. Di kawasan tersebut, biasanya Dina bergaul dengan para pebalap jalanan.
Remaja protolan kelas 1 SMP itu mengetahui praktik prostitusi yang jauh lebih bebas. Para remaja putri ini sering dijadikan piala bergilir bagi para pebalap jalanan yang memenangi balapan.
“Tapi aku ndak pernah mau. Aku mau kalau diajak jalan saja, yang penting dolan,” aku remaja 15 tahun itu. Ditanya soal tarif, Dina mematoknya di kisaran Rp 500.000.
Dari Mono ini pula mengetahui tarif jasa penghibur muda itu. Di malam tahun baru, tarif melonjak cukup tinggi. “Untuk kencan singkat Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. Kalau untuk kencan panjang atau satu hari, sampai Rp 3 juta,” ungkap Mono.
Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan ayam SMA yang dikoordinir Mono. Pasalnya, dia sangat selektif dalam menentukan klien. Mono tidak sembarangan menyerahkan anak buahnya, terutama yang masih berstatus pelajar kepada calon kliennya.
Untuk membuktikan hal itu. Butuh waktu dua jam membujuk Mono melalui BlackBerry untuk bertemu. Ia akhirnya mau bertemu di mall. Namun datang sendiri, tanpa membawa anak didiknya. Mono terkesan sangat hati-hati dan ingin tahu calon pelanggannya.
Saat muncul, Mono mengaku sudah tidak memiliki anak didik yang lowong. Berkali-kali ia menolak pesanan dengan alasan semuanya sudah habis terorder.
Tapi lama-kelamaan Mono bersedia juga. Ia kemudian mengirim BBM broadcast ke contact person-nya. “Buat kalian yang punya teman cewek butuh kerja boleh PM (PING me),” begitu bunyi pesan itu.
Begitulah modus seorang germo untuk mencari anak buah sekaligus memasarkannya ke calon klien. Cara tersebut sangat efektif karena komunitas Mono sudah mengetahui betul sepak terjang pemuda berprilaku kemayu itu.
Sebelum bertemu Mono, Surya.co.id lebih dulu bertemu Mika, langganan Mono. Dari Mika inilah Surya mengetahui Mono memiliki banyak penghibur usia SMA.
“Saya beberapa kali memakai jasa Mono. Kadang yang pekerja seks dewasa, tapi pernah juga yang masih berstatus pelajar,” ujar Mika, bukan nama sebenarnya.
Hanya memang, mendekati pergantian tahun, mereka sudah full booked. Miko mengaku kesulitan mencari. ”Biasanya gampang. Sekarang agak susah karena tahun baruan. Mereka panen juga,” ujar Miko sembari tertawa.
Selain dipesan melalui germo, ada banyak juga pelajar yang mencari pelanggan di jalanan. Mereka sering berkumpul di Jalan Ijen. Mereka memadati pinggir jalan dan warung-warung. Tarif mereka di sini sangat fleksibel. Bahkan di sini banyak remaja perempuan berusia 14-16 tahun yang ikut mencari pelanggan.
Surya.co.id bertemu Dina, bukan nama sebenarnya, seorang pekerja seks anak-anak. Dina mengaku pergaulan di kawasan yang lebih dikenal dengan nama museum itu sebagai penyebab utama dirinya terjerumus di dunia hitam prostitusi.
Selain di kawasan itu, Dina dan teman-temannya juga mangkal di kawasan Bumiayu, tepatnya di dekat gelanggang olah raga. Di kawasan tersebut, biasanya Dina bergaul dengan para pebalap jalanan.
Remaja protolan kelas 1 SMP itu mengetahui praktik prostitusi yang jauh lebih bebas. Para remaja putri ini sering dijadikan piala bergilir bagi para pebalap jalanan yang memenangi balapan.
“Tapi aku ndak pernah mau. Aku mau kalau diajak jalan saja, yang penting dolan,” aku remaja 15 tahun itu. Ditanya soal tarif, Dina mematoknya di kisaran Rp 500.000.
Kimcil Istilah Populer Menyebut Pekerja Seks Anak di Malang
Sumber
Quote:
MALANG - Bojoku nakal saiki. Sak bendino ngeloro ati. Ra mikir anak lan istri. Sak iki jarang mblanjani. Aku nggak kuat, aku nggak tahan. Penak milih urip dewekan. Bojoku nakal saiki.
Lagu dangdut koploan yang dipopulerkan lya Variesta itu mengalir rancak dari bibir Silvi.
Meskipun tak bisa dibandingkan dengan penyanyi aslinya, suara Silvi jatuh tepat pada ketukan khas koploan.
Suaranya tidak fals meskipun tidak bisa dibilang merdu.
Silvi sudah setahunan ini terjun di dunia malam. Dia menjadi gadis pemandu lagu di sebuah rumah karaoke di kawasan Agrowisata, Kota Batu.
Usianya belum genap 18 tahun. Meskipun belia, dia sudah tiga kali pindah dari rumah karaoke di Malang sampai Batu.
Iming-iming uang menjadi alasan Silvi menggeluti dunia orang dewasa.
“Di sini, uangnya lumayan. Bisa bayar sekolah dan setiap minggu saya rutin kirim ke orangtua untuk biaya sekolah adik-adikku,” tutur anak kedua dari empat bersaudara itu.
Meski belum dewasa, Silvi sama sekali tidak terlihat canggung. Malah, Silvi jauh lebih aktif bila tamu yang dilayaninya pasif.
Rupanya pengalaman telah menjadikan Silvi jauh lebih dewasa dibanding usia sebenarnya.
Dia juga tanpa sungkan menjawab, apakah dirinya melayani booking out, seperti teman-temannya yang sudah dewasa. “Bisa asal semuanya cocok,” katanya.
“Eh.. Mas, kenapa tidak pilih (PSK) yang dewasa. Kok suka pada Kimcil, kita-kita ini,” katanya sembari tertawa.
Silvi menyebut dirinya dengan istilah Kimcil. Istilah ini sudah cukup populer di Malang Raya, lebih-lebih di dunia pekerja seks, yang dijalani Silvi.
Istilah Kimcil itu singkatan dari dua kata yang berkonotasi ayam cilik. Bahasa lugasnya, pekerja seks anak-anak.
Di Surabaya dan kota-kota lain biasa disebut dengan ayam putih abu-abu karena merujuk warna seragam pelajar SMA.
“Di sini (Malang Raya), yang masih sekolah, namanya kimcil berseragam,” kata Silvi, lagi-lagi sambil tertawa pelan.
Tidak ada yang tahu kapan pertama kali istilah Kimcil itu muncul. Ini sama gelapnya dengan kapan pertama kali muncul pekerja seks anak di Malang.
Silvi sendiri mengaku sudah sering mendengar istilah Kimcil tersebut, jauh sebelum dirinya terperosok di dunia hitam. Istilah saru itu biasa di dengar di kampungnya.
Malah, istilah itu tak hanya digunakan menyebut para gadis pekerja seks saja.
Para gadis remaja yang sering keluyuran, apalagi malam hari kerap kali mendapat label sosial bernama Kimcil.
Istilah Kimcil memang terus bergerak dan berkembang. Miko warga Malang yang akrab dengan dunia malam mengatakan, Kimcil sekarang sudah menjadi istilah pergaulan.
Menjadi sapaan sesama teman akrab. Mirip istilah jancuk di Surabaya.
“Pelajar-pelajar di sini (Malang Raya) kalau ngobrol santai-santai sering memanggil temannya kimcil. Kadang mereka beranggapan kimcil tidak selalu pekerja seks. Mereka menganggap kimcil itu anak kecil yang menggemaskan,” ungkap pria 40 tahun itu.
Meski sudah masuk ke bahasa pergaulan, kata Miko, penggunaan istilah tidak bisa pada sembarangan karena awalnya memang identik ayam cilik, sebuah label yang sangat merendahkan dan menyakitkan.
Lagu dangdut koploan yang dipopulerkan lya Variesta itu mengalir rancak dari bibir Silvi.
Meskipun tak bisa dibandingkan dengan penyanyi aslinya, suara Silvi jatuh tepat pada ketukan khas koploan.
Suaranya tidak fals meskipun tidak bisa dibilang merdu.
Silvi sudah setahunan ini terjun di dunia malam. Dia menjadi gadis pemandu lagu di sebuah rumah karaoke di kawasan Agrowisata, Kota Batu.
Usianya belum genap 18 tahun. Meskipun belia, dia sudah tiga kali pindah dari rumah karaoke di Malang sampai Batu.
Iming-iming uang menjadi alasan Silvi menggeluti dunia orang dewasa.
“Di sini, uangnya lumayan. Bisa bayar sekolah dan setiap minggu saya rutin kirim ke orangtua untuk biaya sekolah adik-adikku,” tutur anak kedua dari empat bersaudara itu.
Meski belum dewasa, Silvi sama sekali tidak terlihat canggung. Malah, Silvi jauh lebih aktif bila tamu yang dilayaninya pasif.
Rupanya pengalaman telah menjadikan Silvi jauh lebih dewasa dibanding usia sebenarnya.
Dia juga tanpa sungkan menjawab, apakah dirinya melayani booking out, seperti teman-temannya yang sudah dewasa. “Bisa asal semuanya cocok,” katanya.
“Eh.. Mas, kenapa tidak pilih (PSK) yang dewasa. Kok suka pada Kimcil, kita-kita ini,” katanya sembari tertawa.
Silvi menyebut dirinya dengan istilah Kimcil. Istilah ini sudah cukup populer di Malang Raya, lebih-lebih di dunia pekerja seks, yang dijalani Silvi.
Istilah Kimcil itu singkatan dari dua kata yang berkonotasi ayam cilik. Bahasa lugasnya, pekerja seks anak-anak.
Di Surabaya dan kota-kota lain biasa disebut dengan ayam putih abu-abu karena merujuk warna seragam pelajar SMA.
“Di sini (Malang Raya), yang masih sekolah, namanya kimcil berseragam,” kata Silvi, lagi-lagi sambil tertawa pelan.
Tidak ada yang tahu kapan pertama kali istilah Kimcil itu muncul. Ini sama gelapnya dengan kapan pertama kali muncul pekerja seks anak di Malang.
Silvi sendiri mengaku sudah sering mendengar istilah Kimcil tersebut, jauh sebelum dirinya terperosok di dunia hitam. Istilah saru itu biasa di dengar di kampungnya.
Malah, istilah itu tak hanya digunakan menyebut para gadis pekerja seks saja.
Para gadis remaja yang sering keluyuran, apalagi malam hari kerap kali mendapat label sosial bernama Kimcil.
Istilah Kimcil memang terus bergerak dan berkembang. Miko warga Malang yang akrab dengan dunia malam mengatakan, Kimcil sekarang sudah menjadi istilah pergaulan.
Menjadi sapaan sesama teman akrab. Mirip istilah jancuk di Surabaya.
“Pelajar-pelajar di sini (Malang Raya) kalau ngobrol santai-santai sering memanggil temannya kimcil. Kadang mereka beranggapan kimcil tidak selalu pekerja seks. Mereka menganggap kimcil itu anak kecil yang menggemaskan,” ungkap pria 40 tahun itu.
Meski sudah masuk ke bahasa pergaulan, kata Miko, penggunaan istilah tidak bisa pada sembarangan karena awalnya memang identik ayam cilik, sebuah label yang sangat merendahkan dan menyakitkan.
catatan TS : Dari pada kita menghujat Nanggroe Aceh Darussalam hanya karena bersyariat Islam. kenapa kita tutup mata dan tidak menghujat daerah kita masing-masing ? Apakah karena kita sebenarnya tidak membenci Nanggroe Aceh Darussalam? tapi membenci ...... Ahhh Sudahhhlahhh
Diubah oleh tinjauracun 02-01-2014 19:42
0
23.9K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan