Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

maulida40Avatar border
TS
maulida40
hantu sepak bola

Perkenalkan namaku Rochman Agung (Nama Facebook), umurku 25thn, aku asli Bandung. Sebetulnya cerita ini adalah sebuah cerita hantu yang diceritakan oleh Ibuku dulu waktu saya masih kecil, tapi cerita ini sangat menempel hingga saya dewasa sekarang. Dan yang mengalami cerita ini adalah salah seorang teman Ibuku. Kejadaiannya bertempat di kota Bandung, aku tidak persis tahu kapan kejadian itu terjadi. Ketika ibuku menceritakan ini, kami masih tinggal di Garut karena aku sempat sekolah dan tinggal disana, namun tahun 1998 aku pindah dan menetap di Bandung hingga sekarang. Dan sesekali ke Garut untuk mengecek rumah. Nanti saya ceritakan rumah saya yang angker di Garut, namun sekarang kita kembali ke pokok cerita, "Diteror Hantu Lapangan Sepak Bola".

Langsung saja, Ibuku bercerita ada seorang pemuda yang bernama Asep (sebut saja begitu). Dia adalah pemuda aktif, gesit dan ateltis. Tak aneh karena dia hobinya lari pagi dan sepak bola bersama teman2nya di daerahnya.
Suatu hari, minggu pagi selepas shalat shubuh dia terbangun dan bergegas mandi lalu shalat dan bersiap memakai baju olah raga untuk berlari pagi. Dia sudah memiliki janji dengan sahabatnya, Arif (sebut saja begitu). Mereka janjian di sebuah lapangan sepak bola tempat mereka bermain bola dan biasa lari pagi disana.

Singkat cerita Asep pergi, dan jam menunjukkan sekitar pukul 04.00 pagi. Dia berlari kecil menyusuri gang-gang pemukiman warga dan jalan besar, lalu sampailah dia di lapangan sepak bola. Dia tidak membawa jam tangan, dia hanya berasumsi waktu itu kurang dari pukul 05.00 pagi dan langit masih gelap saja. Selepas sampai Asep masuk ke area lapangan sepak bola itu, betapa kagetnya dia, karena tampak di sana ramai sekali dengan hirup pikuk orang2 yang sedang bermain bola dan disekeliling lapangan terdapat pedagang2 yang menjajakan makanan serta minuman.

"Lho masih shubuh ko udah ada yang main bola, ramai pula ini pedagang jam segini" gumamnya keheranan. Karena dia berpikir tidak wajar bermain bola di luar ruangan dengan posisi langit masih pekat dengan penerangan minim kala itu. Dan seumur2 dia berlari pagi di sana, tidak pernah dia melihat orang2 main bola seshubuh itu dan pedagang seramai itu. Main bola lumrahnya menjelang sore2, yang main pagipun jarang sekali apalgi ini shubuh dengan suasana langit gelap (kecuali jaman sekarang bermain futsal malam hari bisa dibilang lumrah, tapi itupun indoor dengan lampu penerangan). Tak lazim rasanya main bola pagi buta.

Lalu dia masuk area lapangan dan duduk di sebuah bangku yang disebelahnya ada roda tukang bajigur (sejenis minuman tradisioanal Sunda campuran santan dan gula merah, berwarna cokelat muda)
"Pesen satu gelas, Mang" Kata Asep. Si Mang Tukang Bajigur mengangguk. "Mang" adalah sapaan untuk "Bang/Mas" dalam bahasa Sunda.
Si mang bajigur sedari tadi tidak melihatkan wajahnya hanya membelakangi saja.
"Aneh ya, jam segini ko pada main Bola?" tanya Asep pada Si mang bajigur. Si mang bajigur memberikan gelas Bajigur tanpa melihatkan wajahnya dan tanpa ada kata terucap.

Asep mengaduk2 bajigurnya dengan sendok sambil matanya melihat ke area tengah2 lapangan sepak bola. Sesekali Asep tersenyum karena keluar kata2 kasar dalam bahasa Sunda dari mulut para pemain bola. Tangannya tak lepas mengaduk2 bajigur dan... Betapa kaget Asep ketika ia hendak meneguk bajigurnya, karena bajigur yg hendak ia minum lebih mirip air comberan/air campuran tanah merah. Tidak ada aroma khas bajigur. Di tengah kebingungannya, terhembuslah semilir angin yang membawa bau busuk yang sangat kuat.
"Mang, kok bau bangkai yah?" Tanya Asep. Tapi tak digubris. Asep kesal karena dari tadi ini orang tak jawab satupun pertanyaan Asep. Si mang bajigur sedari tadi membelakangi Asep sambil merapihkan dagangannya.
"Mang ko diem aja sich?!" Asep mulai tersinggung. Dia bertanya kembali. Daaaaannn.....tiba-tiba Si Mang Bajigur berbalik badan. Eng Ing Eng... Dia berkata, "Itu bau saya..." Suaranya berat, wajahnya hancur dan menyeramkan serta bau bangkai yang menyengat. Asep lari tunggang-langgang menjauh melemparkan gelas bajugurnya.

Asep berlari terus berlari sambil ekor matanya melirik ke area tengah lapangan bola dan...
"Astagaaaaaaaa" pekik Asep
Dia melihat dirinya dan teman2nya termasuk Arif tengah bermain bola. Dia melihat makhluk yang menyerupai dirinya sedang berlari, menggocek bola dan berteriak2 dalam bahasa Sunda lengkap dengan baju olahraga merah kesayangannya. Persis seperti suasana permainan bola Asep dkk sore hari tadi.

Asep makin ketakuatan dan berlari terus hingga dia beristrihat di sebuah tempat jualan kacang rebus. Dia duduk di bangku tukang kacang rebus sambil meminta izin.
"Silakan, Jang" kata Si tukang kacang tersenyum ramah mempersilakan. "Jang" adalah sapaan untuk anak muda laki2, kependekan dari "Ujang"
"Kenapa, Jang kaya liat setan gitu?" tanyanya dia pada Asep.
"Hmmm anu Mang, sy liat hantu Tukang bajigur" disambut senyum oleh tukang kacang.
"Saya kok aneh jam segini ada yang main bola dan salah seorang pemainnya ko mirip saya?" Asep bertanya2.
"Di sini sering kejadian aneh ko, Jang" kata Si mang tukang kacang menakut2i.
Asep mengatur nafas dan merasa heran kenapa langit kok masih saja gelap dan Si Arif sedari tadi tak muncul2. Padahal asumsinya dia itu sudah lebih dari jam 5 pagi.

Lama rasanya Asep mengobrol dengan tukang kacang itu. Dan tiba2 bau busuk menyengat tercium kembali, persis bau bangkai tukang bajigur.
"Mang, bau bangkai yah?" Tanya Asep
"Ah Enggak, Jang" Pungkas tukang kacang
"Tadi saya ngeri banget liat wajah tukang bajigur yang rusak banget dan baunya itu mirip sama bau sekarang yg saya cium" kata Asep bergidik.
Dan tiba-tiba suara si tukang kacang berubah menjadi berat sambil berkata,
"Rusakna jiga urang teu?" (rusaknya seperti saya gak?) Tanya mang tukang kacang dalam bahasa Sunda, tiba2 saja wajahnya berubah rusak dan medekatkan wajahnya persis di depan wajah Asep. Bau bangkai menyeruak, sampai Asep mau muntah.
"Astagfirullah..." Asep berteriak sekuat tenaga. Sambil berlari dan kini benar2 menjauh keluar area lapangan.

Asep berlari tergopoh dan tidak sengaja menabrak seorang gadis cantik berambut panjang di pintu gerbang.
Si gadis marah dan bertanya
"Kenapa Aa, kok kaya yg ketakutan gitu, sakit nich ketabrak!" Kata si perempuan berambut panjang setengah marah.
"Maaf Neng, Saya buru2" kata asep. Sapaan "Aa" dan "Neng" memang lumrah untuk kaum muda-mudi dalam bahasa Sunda.
"Kenapa, Aa?" tanya sang gadis lagi.
"Aa liat setan berwajah hancur, Neng" timpal Asep.
"Aa ada2 aja, nich Eneng baru aja mau masuk lapangan" timpal gadis.
"Neng mau apa?" Tanya asep lagi
"Lari pagi lah, Aa sambil liatin orang main bola" ujar si gadis tersenyum menggoda.
Rasa kelaki2an Asep menyeruak timbulah rasa ingin tahu.
"Nama saya Sari, Aa" kata gadis tersebut menyodorkan tangan.
"Asep" singkat Asep sambil ngos2an.

Singkat cerita mereka berdua mengobrol di bawah pohon di luar area lapangan. Gadis itu cantik sekali walapun shubuh itu hanya diterangi bulan sisa tadi malam yg remang2. Walaupun sebetulnya Asep makin bingung, bulan masih saja terang benderang tidak jua berganti matahari dan dia juga heran si gadis cantik lari pagi sendirian, apa tidak takut.
"Neng, asli mana? Tanya si Asep. Sekarang rada tenang dia setelah melihat gadis cantik di sampingnya.
"Asli sini, Aa" timpalnya manja.
"Hmmm sering kesini yah, tapi Aa gak pernah sekalipun liat, Neng" timpal Asep bingung sambil menggoda.
"Aa aja gak pernah ketemu" timpal si gadis.

Asep semakin bernafsu dan mulai berani memegang tangan sang gadis. Sang gadis hanya tersenyum manis.
Asep seketika lupa kejadian mengerikan tadi. Tapi... Eng Ing Eng...Semerbak bau bangkai tercium kembali. Hati Asep mulai gundah dan takut.
"Jangan2 gadis ini juga hantu". Batin Asep. Dan Asep mulai menjauh dan beranjak dari tempat duduk, ketakutan.
"Aa, mau kemana?" Tanya si Gadis
"Aa mau pulang, Neng" jawab Asep takut.
"Aa.... wajah hantu yang rusak tadi seperti Neng, gak hihihihihihihi...?" Si gadis tertawa cekikikan ala Mis kun2.
Ggrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr, gigi Asep gemertak. Tiba2 saja si gadis berbicara demikian. Benar saja wajah cantiknya berubah jadi buruk rupa.
"Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa". Asep berteriak dan melepaskan tangannya dari genggaman gadis tadi. Dia berlari kencang setengah menangis. Bau bangkai menyeruak, terdengar tawa si gadis menggema seperti mengikuti Asep.

Asep memelankan langkahnya. Dia mulai lemas dan lunglai, matanya berkunang2. Dan tibalah bapak tua menangkap tubuh Asep yang mau ambruk di pinggir jalan yang sepi itu.
"Ujang siapa?" Tanya bapak tua
"Asep, Pak. Saya lihat hantu di lapangan bola, sampai 3 hantu. Ampun, tobaaaat..." Asep menangis seperti mau pingsan.
Asep bercerita kalo dia dikejar2 hantu. Asep sebetulnya khawatir bapak tua itu hantu tapi nampaknya Asep mulai mantap bahwa bapak tua itu bukan hantu, jangan sampai deh, masa dia harus berlari lagi
"Ikut bapak aja ke rumah yuk, kebetulan bapak mau pulang kerja abis lembur" tawar bapak tua. Asep mengangguk dengan wajah pucat pasinya. Rumah bapak tua itu tidak jauh dari kawasan lapangan sepak bola itu.

Diberilah Asep segelas air putih hangat, dy kelihatan lelah tak berdaya.
"Disini sering kejadian kok, Sep, penampakan hantu itu" kata bapak itu.
Si bapak bercerita, bahwa dulu hantu2 tersebut adalah para suporter bola yang berbondong2 ingin menonton tim kesayangan mereka yang akan bertanding di luar kota. Tim sepak bola itu sering berlatih juga di lapangan bola tersebut. Di perjalanan, bis yang mengangkut mereka jatuh ke jurang. Termasuk para pedagang dan gadis cantik yang Asep temui tadi. Peristiwa itu terjadi jauh bertahun2 sebelum Asep sering ke lapangan itu.

Asep termangu dan makin lemas ketika dia melihat jam dinding baru saja menunjukan Pukul 1 Pagi!!! Dia beristigfar dan keheranan, mengapa jam dinding di rumahnya menunjukan pukul 4 pagi. Pantas saja matahari tidak terbit dan si Arif gak kunjung datang.
"Bisa jadi hantu2 tersebut memang sudah merencanakan ini, Sep" lanjut bapak tua.
"Mungkin iya Pak, karena saya cukup sering bermain ke lapangan itu dan bermain bola. Dan yang gak saya paham tadi, saya melihat pemain bola yang menyerupai wajah saya dan teman2 saya sedang bermain di tengah lapangan" tukas Asep kebingungan.
"Iya itulah jin-jin usil, Sep. Mereka mengamati gerak gerik kalian dan menyerupai kalian layaknya kalian sedang bermain bola". Tambah bapak tua itu lagi.

Asep memohon izin untuk tinggal di tempat bapak tua hingga pagi hari. Si bapak menyetujui. Setelah itu Asep sakit hingga 1 minggu lebih dan enggan bermain bola lagi di lapangan itu.
-SEKIAN-

Guys, Sampai sekarang aku penasaran lapangan bola mana yang dimaksud apakah lapangan Bola Ciujung, lapangan Gasibu atau lapangan Persib. Entahlah, Ibuku juga mungkin lupa. Yang pasti semua lapangan itu sangat familiar untuk orang Bandung dan biasa dipakai untuk kegiatan olahraga atau untuk berlari pagi.
0
9.6K
143
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan