Pembuka




Merdeka.com - Persoalan tingginya harga daging sapi masih membayangi pelaku sektor riil di Tanah Air. Ketua Asosiasi Pedagang Mie Bakso (Apmiso) di Tri Setyo Budiman menuturkan, salah satu yang merasakan imbas dari tingginya harga daging sapi adalah pedagang bakso.

Perlu siasat dan strategi khusus agar tingginya harga daging sapi tidak mencekik pedagang bakso. Salah satu strateginya, menggunakan daging campuran impor dan tetelan. Ini untuk menyiasati kebutuhan daging sapi lokal yang harganya gila-gilaan.

"Kendala di pelaku usaha UKM bakso, bagaimana kita kepastian bahan baku, kepastian harga menjadi ukuran kepastian UKM. Sebagaimana diketahui harga daging dua tahun ini masih tinggi, jaminan harga sangat sulit dirasakan pedagang bakso," ujar Tri dalam acara festival makan bakso gratis di Senayan, Jakarta, Minggu (29/12).

Strategi mencampur daging diyakini bisa membantu pedagang bakso agar keuntungan mereka tidak anjlok gara-gara tingginya harga daging sapi.

"Salah satu yang kami lakukan untuk daging CL85 itu yang diimpor dengan 50 persen daging segar. Adanya daging tetelan sangat membantu agar keuntungan mereka tidak tergerus," katanya.

Diakuinya, kenaikan harga daging sapi dalam dua tahun terakhir telah menggerus 50 persen pendapatan dan keuntungan para pelaku usaha mi dan bakso. Akhirnya, banyak tukang bakso yang beralih profesi menjadi petani, buruh dan tukang.

"Sebagian besar mereka tidak tahan beralih profesi menjadi tukang, buruh, petani. Saya sedih karena ini," jelasnya.

Tahun lalu, Apmiso mendapat jatah daging sapi impor sebanyak 500 ton dari pemerintah. Tahun ini, alokasinya naik menjadi 1.400 ton. "Tahun 2014 fokus pada Jabodetabek ambil 10 ton," katanya.