Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

maulida40Avatar border
TS
maulida40
Mau Dibawa Ke Mana Bangsa Manusia
Jenuh dan frustasi atas kondisi di
Indonesia, seorang kawan bertanya "Mau
dibawa kemana bangsa Indonesia...?".
Sekedar menjawab atas pertanyaan itu,
tetapi mohon ijin untuk mengubah
pertanyaannya, karena seperti Pramudya
Ananta Toer bilang, bahwa bangsa
Indonesia itu tidak ada. Yang ada di
Indonesia adalah bangsa2, mulai dari
bangsa Aceh, bangsa Jawa, bangsa Padang,
bangsa Bugis, dan lain sebagainya. Bangsa
Indonesia adalah khayalan Sukarno yang
berdasarkan romantisme historis.
Walaupun saya sendiri menyangkal
pendapat ini, karena menurut saya di dunia
ini hanya ada satu bangsa, bangsa
manusia . Segregasi berdasarkan negara dan
bangsa di saat ini sudah sangat tidak
relevan lagi. Perbedaan warna kulit, ras,
budaya, dan agama adalah adaptasi
evolusioner yang seharusnya dikerangkakan
sebagai kekayaan bumi untuk menuju
kesejahteraan bersama.
Ketika pertanyaannya sudah menjadi "Mau
dibawa kemana bangsa manusia..?" ,
jawabannya bisa bermacam2, orang Islam
menyebutnya Rahmatallil alamin, orang
Hindu menyebutnya Tri Hita Karana, Tao Te
Ching klo orang Cina bilang, Humata
Hukshta Huvarsta klo Zoroaster bilang, dan
banyak istilah lain tetapi mempunyai satu
inti, untuk menuju kesejahteraan lahir
batin semua makhluk hidup. Seperti sungai,
muaranya memang jelas, hampir semua
orang tahu bahkan di luar kepala. Tetapi
jalan menuju ke muara itu berkelok, sangat
panjang, dan sepanjang jalan air yang
semula jernih pun sudah terkontaminasi
oleh ranting2, lumpur2 kotor, sampah,
bahkan ada beberapa yang membangun
bendungan2 besar sehingga air itu tidak
pernah bisa mencapai muara.
Bangsa manusia (Homo Sapiens) memang
punya sejarah unik kalau tidak boleh
dibilang kelabu, mentas dari pergulatan
evolusi dengan susah payah termasuk
menyingkirkan Homo Neanderthalensis dan
Homos Floresiensis, menyebar ke seluruh
penjuru bumi dengan segala dinamikanya,
walaupun tetap membagi 99,9% DNA yg
sama. Karena keterbatasan kesadaran akan
rentang dan kerangka waktu, perbedaan2
antara Homo Sapiens sering dianggap
sebagai perbedaan absolut yang
menyebabkan friksi2 yang selalu terjadi di
sepanjang perjalanan sejarah.
Jawaban atas pertanyaan akan dibawa
kemana bangsa manusia sudah jelas,
pertanyaan turunannya adalah dengan cara
apa tujuan itu tercapai...?. Tanpa
bermaksud mensimplifikasi, jawaban
pertanyaan ini adalah revolusi. Revolusi di
hampir semua bidang, yang merata dan
menyeluruh, yang diakselerasi oleh
perkembangan science & teknologi.
Mengapa revolusi..?, karena umur manusia
modern secara umum berada pada kisaran
100 tahunan. Jika perubahan yang
diharapkan mau dirasakan di saat kita
masih hidup, revolusi adalah satu2nya
jalan, karena 100 tahun adalah waktu yg
sangat pendek untuk sebuah evolusi.
Ada tiga revolusi utama yang harus
dijalankan oleh bangsa manusia :
1. Revolusi Ekonomi
Kenapa Revolusi Ekonomi menempati
rangking pertama dari revolusi yang akan
dijalankan, karena ekonomi adalah
infrastruktur. Karena masalah perut adalah
masalah utama yang perlu dibicarakan
sebelum masalah2 lain dibicarakan.
Selaras dengan keberadaan manusia sebagai
solitary being (makhluk individu) dan di
saat yang sama social being (makhluk
sosial), ada dua sistem perekonomian yang
saya kira sedikit banyak mewakili dua
fungsi manusia ini. Kapitalisme sebagai
representasi dari solitary being, dan
sosialisme sebagai representasi dari social
being, tentu saja ada berbagai varian yang
sebenarnya bisa dikelompokkan dalam
kedua representasi ini.
Dalam sistem kapitalisme, produksi ada
untuk keuntungan, bukan untuk kegunaan.
Semua resources dalam perusahaan akan
"all-out" untuk menghasilkan keuntungan.
Motif keuntungan ini jika dikonjungsikan
dengan persaingan antar kapitalis, akan
berakibat tidak stabilnya perekonomian,
karena sifat predator dalam persaingan
akan semakin meruncing yang pada
akhirnya akan menghempaskan ekonomi
dalam resesi dan bahkan depresi. Dan ini
akan berakibat pula pada kelas pekerja,
karena mereka akan semata2 bekerja untuk
memenuhi kebutuhan minimumnya,
dibarengi dengan ketakutan akan
kehilangan pekerjaan. Dalam sistem
kapitalisme, fungsi pekerja tak lebih dari
sekedar faktor produksi, karena memang
kepemilikan alat produksi semua berada
ditangan kapitalis. Tahap selanjutnya adalah
adanya kecenderungan bahwa alat produksi
dan modal dimiliki oleh sedikit orang,
karena persaingan dan perkembangan
teknologi yang berakibat hanya yang
mempunyai modal besar dan berani
mengambil resiko ( baik yang etis ataupun
tidak ) yang akhirnya bisa bertahan. Ketika
oligarki kapitalis sudah merajalela,
demokrasi dan sistem partai politik bebas
pun tidak akan punya kemampuan kontrol
yang cukup. Partai politik yang di "back up"
oleh para oligark ini tentu saja akan
mengagendakan kepentingan mereka di
atas kepentingan rakyat. Diperparah lagi
media massa yang dikuasai oleh para
kapitalis akan membuat propaganda2 untuk
menghipnotis khalayak akan kesuperioran
agenda2 mereka. (Amerika Serikat adalah
contoh yang saya ambil dari pemaparan di
atas).
Untuk masa depan bumi yang lebih baik,
solusinya tentu saja sosialisme yang
dibungkus dalam kerangka demokrasi dan
tak kalah pentingnya dibarengi sistem
pendidikan yang diarahkan untuk mencetak
manusia2 yang berjiwa sosial. Alat2
produksi dan modal harus dimiliki oleh
masyarakat sampai dalam lingkup yang
sekecil2nya, nasionalisasi semua kekayaan
negara yang digunakan untuk kepentingan
rakyat banyak, serta demokrasi yang
menyeluruh hingga ke akar rumput. Varian
dari sosialisme ini termasuk konsep welfare
state yang banyak diterapkan oleh negara2
maju. Hanya saja perlu disadari bahwa
konsep welfare state tetap saja menyisakan
puluhan juta proletar, dikarenakan usaha
untuk menggabungkan sosialisme dan
kapitalisme ini ternyata lebih memenangkan
kapitalisme pada akhirnya. Sebagai konsep
transisi, welfare state memang tidak jelek,
tetapi bangsa manusia harus berjuang
untuk lebih lanjut menerapkan sistem
sosialisme yang lebih murni. Varian yg lain
adalah komunisme, yang pada akhirnya juga
akan gagal karena telah lepas dari
counterpartnya yaitu demokrasi.
Tugas revolusi bangsa manusia adalah
mentranformasikan sistem sosialisme dalam
hubungan antar negara, konsep wealth
distribution yang tidak lagi dibatasi oleh
definisi negara dan wilayah. Dalam
kerangka pragmatisme, tidak dengan
sendirinya negara2 mau melakukan itu.
Harus ada organisasi supra-national (ada
pula yg menyebutnya super state) yang bisa
mengikat negara2 untuk mendistribusikan
kesejahteraannya kepada negara2 yang
masih berkembang. Tentang organisasi
supra nasional akan dibahas lebih lanjut
dalam Revolusi Politik.
2. Revolusi Politik
Manusia mempunyai Daulat Alam dan
Daulat Makhluk dalam dirinya. Daulat Alam
berupa kelahiran, kematian, jodoh, nasib,
dan rejeki. Tetapi di saat yg sama manusia
mempunyai daulat makhluk, untuk
mengubah takdir, karena memang
sebenarnya takdir itu konsep terbuka, tidak
pernah kita ketahui dengan presisi, tetapi
bisa kita prediksikan dan rencanakan.
Manusia dapat memperbaiki dirinya dengan
mengembangkan daulat makhluk ini,
misalnya jika seseorang dilahirkan dalam
keadaan kere, maka dia berhak merubah
daulat alam itu untuk menjadi cukup atau
kaya. Banyak contoh orang2 yg bisa
menerobos daulat alam ini. Jagoan yang
berani mengambil resiko untuk
mendapatkan yang terbaik. Seorang
kriminal jalanan dan bromocorah yang
akhirnya menjadi raja seperti Ken Arok,
seorang tukang pukul yang akhirnya
menjadi Mahapatih sebuah kerajaan besar
seperti Gajah Mada, atau seorang anak guru
yang akhirnya menjadi presiden seperti
Sukarno.Tetapi sayangnya bahwa jagoan2
ini adalah satu di antara seribu atau bahkan
mungkin sejuta. Bagi mayoritas manusia,
kemampuan itu tidaklah memadai untuk
merubah daulat alam, karena itu perlu
adanya kekuatan kolektif yang
dilembagakan.
Ary (panggilan kesayangan Aristoteles),
seorang filsuf Yunani (384-322 BC) dalam
bukunya "Politica" telah menjelaskan
bahwa dalam konsep bernegara, seorang
rakyat berhak untuk memilih pemimpinnya
dengan bebas. Tirani harus dihapuskan
karena tirani adalah perwujudan nafsu
binatang dalam diri manusia, jika manusia
mau merasa berbeda dengan binatang,
maka tindak tanduk manusia harus jg
berbeda dengan binatang. Selain itu
kekuasaan terbesar sebuah negara
seharusnya berada di kalangan middle class,
yang menjadi penggerak dalam perubahan.
Aristokrat dan proletar memang harus
diberi porsi yang memadai, namun untuk
menjamin keberlangsungan daulat makhluk
(dalam hal ini manusia), sebisa mungkin
mayoritas dari penduduk sebuah wilayah
berada di golongan middle class.
Selanjutnya adalah pembagian kekuasaan
dalam pemerintahan, untuk menjaga agar
satu entitas tidak memperoleh terlalu
banyak atau terlalu sedikit kekuasaan.
Pemerintahan harus menerapkan konsep
Trias Politika yang digagas Ary, kemudian
disempurnakan oleh John Locke,
disempurnakan lagi oleh Montesquieu.
Kekuasaan Legislatif, Yudikatif, dan
Eksekutif yang masing2 independen tetapi
saling terkait, melaksanakan fungsinya
masing2 sebagai pembuat hukum, penafsir
hukum, dan pelaksana hukum. Beberapa
ahli menambahkan, pers yang bebas dan
lepas dari pengaruh oligarki kekuasaan
adalah kekuatan keempat yang juga harus
dibangun.
Pertanyaannya adalah mengapa di negara2
tertentu misalnya Indonesia, Zimbabwe,
atau Bangladesh yang menerapkan konsep2
di atas, daulat makhluk juga tidak kunjung
membaik..?. Karena sekali lagi bahwa
masing2 entitas dalam pemerintahan tidak
independen, bahkan banyak yang
berkonspirasi untuk melanggengkan
kekuasaan, menambah korupsi,
menyuburkan kolusi. Selain itu society
control kurang cukup kuat untuk bisa
menekan pemerintahan memenuhi aspirasi
rakyat.
Kaitannya dengan tidak relevannya konsep
segregasi negara di bumi ini, revolusi politik
yang sangat penting dilakukan adalah
perombakan hubungan antar oikumene
(society). Adanya organisasi supra-nasional
yg kuat dan berada di atas semua negara
menjadi sangat penting, bahkan akan lebih
baik lagi jika terbentuk Federasi Bumi, yang
meminjam konsep yg dijalankan USA dan
Uni Eropa saat ini. Semua negara di dunia
menjadi bagian integral dari super-state ini,
mengakui dan berada di bawah UU yang
telah ditetapkan bersama oleh semua
anggota federasi (dalam hal ini semua
negara di bumi ini). Revolusi ini terasa
begitu penting, mengingat sepanjang
perjalanan sejarah manusia, kolonialisme
dan neo-kolonialisme (turunannya bisa
berupa imperialisme, kapitalisme, neo-
liberalisme, dsb) merupakan salah satu
sebab utama kemiskinan dan penderitaan
negara2 dunia ketiga. Karena kesejahteraan
satu negara sering bertumpu pada
penderitaan negara lain.
Tidak perlu lagi ada polar2 dunia baru,
karena akan tambah memperuncing
masalah dan persaingan tidak sehat. Saat
ini bukan waktunya lagi membesar2kan
perbedaan, tetapi semakin urgent untuk
bekerja sama demi kepentingan seluruh
manusia.
3. Revolusi Sosial Budaya
Lingkup sosial budaya ini sangat luas. Tapi
saya mencoba untuk mengambil garis besar
revolusi yang kira2 diperlukan, dan
tentunya juga berpengaruh terhadap semua
jenis turunan sosial dan budaya. Revolusi
yang dimaksud adalah revolusi humanisme,
karena humanisme menurut pendapat saya
bukanlah seperti isme2 yg lain. Humanisme
lebih merupakan sikap dan perspektif yang
mempegaruhi filosofi hidup dan
kepercayaan. Dalam setiap isme terkandung
humanisme. Karena humanisme adalah
kesadaran akan kemanusiaan kita yang
sama sekali tidak sempurna, yang sering
punya sudut pandang yang sempit, yang tak
jarang terjerumus dalam penghambaan diri.
Humanisme adalah revolusi moral yang
mensyaratkan adanya toleransi, pengertian,
dan rasa tanggung jawab yang dalam untuk
membahagiakan makhluk lain. Termasuk
dalam humanisme adalah juga sikap egaliter
dalam segala hal, tanpa membedakan
gender, umur, status sosial, penghasilan,
agama, ras, dan golongan. Manusia
dibebaskan untuk memilih jalannya sendiri2
dengan segala hormat, asal tetap dalam
koridor tidak merugikan dan menyakiti
manusia dan makhluk lain.
Perlunya kesadaran kolektif tentang peran
ilmu terhadap manusia, bahwa ilmu itu
relatif. Ilmu adalah sistem yang bisa
dikritisi dan dirubah jika memang dirasa
irrasional, termasuk dalam hal ini adalah
ilmu agama dan budaya. Menempatkan
agama dan budaya sebagai subsistem ilmu
pengetahuan terasa juga semakin penting
disaat kekhawatiran2 terjadinya clash of
civilization seperti yang diramalkan oleh
Samuel Huntington.
Revolusi damai yang pernah dicontohkan
oleh Mahatma Gandhi dan Martin Luther
King adalah persyaratan mutlak bagi ketiga
revolusi di atas. Kekerasan bukanlah
jawaban atas perbedaan, dan cita2 mulia
bisa dicapai tanpa kekerasan.
Di banyak belahan bumi, tiga revolusi besar
ini harus terus digaungkan. Yang masih
sangat perlu dilakukan adalah menularkan
semangat dan jiwa revolusi itu kepada
setiap individu, demi sebuah bumi yang
lebih sejahtera, damai, dan indah. Individu2
yang sudah terbebaskan dan tercerahkan,
yang akan mengakumulasi dan mengkristal
menjadi kekuatan besar yang akan sanggup
menggerakkan roda peradaban kembali ke
jalan yang seharusnya. Setiap dari Anda
yang membaca ini termasuk saya sendiri
tentunya, adalah individu2 yang
bertanggung jawab untuk merubah minimal
diri Anda sendiri, selaras dengan semangat
revolusi di atas, sekali lagi demi masa depan
yang lebih baik.
0
1.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan