Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dpbagaskaraAvatar border
TS
dpbagaskara
Kisah founder Coconuts: semua berawal dari rasa bosan
No Repost



Sebelum mendirikan Coconuts, situs berita masyarakat Asia yang berkembang pesat dengan satu juta pengunjung unik setiap bulan, Byron Perry adalah seorang jurnalis yang sering merasa bosan.

Setelah pindah ke Los Angeles pada tahun 2007 untuk bekerja sebagai copy editor di majalah Variety, pria asal Amerika ini menyadari bahwa dunia hiburan bukanlah passion-nya, meskipun ia mempunyai kesempatan untuk menghadiri pemutaran perdana film dan mewawancarai selebritis dari pekerjaan tersebut.

Namun, pendapatan iklan cetak Variety kemudian mengalami penurunan, dan perusahaan itu harus memberhentikan 30 persen pegawainya – termasuk Byron, yang saat itu merupakan salah satu karyawan termuda di sana. Byron kemudian memutuskan berkeliling dunia dengan uang pesangonnya. Ia tiba di Asia Tenggara dan menjadi reporter bahasa Inggris di Phnom Penh Post di Kamboja, namun tidak dalam waktu lama.

Bukan pekerjaannya yang membosankan, tapi kotanya. Saya bersepeda untuk meliput berita terbaru di Siem Reap, atau kedai kopi baru, atau konstruksi baru di kota ini.

Ia kemudian pindah untuk meliput real estate di Thailand, tapi sekali lagi, properti bukanlah sesuatu yang ia suka. Hal ini membuatnya berpikir untuk memulai situs berita sendiri, karena ia merasa tidak ada situs berita perkotaan yang cukup baik di Bangkok.

Dimulai pada September 2011, Byron mendirikan Coconuts dari apartemennya di Bangkok selama sekitar satu tahun.

Saya sendiri yang harus menulis hampir semua artikel, dengan beberapa bantuan dari freelancer.

Ia akhirnya bisa bernapas sedikit lebih lega setelah menerima pendanaan dari angel investor di Silicon Valley. Dana tersebut digunakannya untuk berfokus pada pertumbuhan pembaca dan aspek bisnis.

Penghilang rasa bosan
Pada dasarnya, Coconuts berfokus pada berita hyperlocal di kota-kota Asia Tenggara. Meski secara teori ini berarti meliput acara seperti pembukaan toko fotokopi lokal yang tidak memiliki relevansi di luar dari wilayahnya, Byron ingin meliput kejadian yang tidak biasa yang bisa menjadi viral secara global, baik artikel asli maupun konten yang didapat dari jejaring sosial.

Dengan cakupan hyperlocal dan model bisnisnya, situs ini perlu berkembang pesat, terutama pada tahap awal. Coconuts ingin menjadi pelopor sponsored content di Asia, yang berbeda dari advertorial yang mana publikasi mengambil kendali penuh atas konten dan dibayar oleh sponsor. Ini adalah sesuatu yang telah dijalankan oleh BuzzFeed dan majalah Vice dengan sukses.

Agar model bisnisnya dapat berjalan, Coconuts perlu pembaca dalam jumlah banyak. Untuk mencapainya, Coconuts harus memiliki basis di berbagai kota untuk mencari konten dan menarik pembaca. Coconuts pun akhirnya diluncurkan di Manila pada bulan November 2012, kemudian berekspansi ke Singapura pada bulan Agustus 2013. Satu bulan kemudian, Coconuts diluncurkan di Hong Kong.

Pada kuartal pertama tahun 2014, Coconuts berencana untuk berekspansi ke Kuala Lumpur, Malaysia dan Jakarta, Indonesia. Selain itu, kota-kota besar di India, dengan populasi berbahasa Inggris yang cukup besar dan yang masih print-oriented, bisa menjadi target yang menarik.

Membuat media baru menjadi profitable
Beralih dari jurnalis menjadi seorang entrepreneur adalah suatu hal yang menantang, dan Byron harus lebih berfokus pada aspek bisnis Coconuts daripada aspek editorialnya. Ia juga harus berurusan dengan perekrutan dan pemecatan.

Beberapa perekrutan tidak berhasil. Saya punya editor yang tampak bagus, tapi ternyata tidak. Dari itu, saya telah belajar bahwa sangat penting untuk mengujinya terlebih dahulu jika perannya akan menjadi sangat penting bagi perusahaan.

2014 bisa menjadi tahun yang menentukan bagi Coconuts. Dengan dana yang terbatas dari angel visitor, Byron mulai memikirkan monetisasi perusahaannya, dan ia berencana untuk merekrut tim penjualan untuk membantunya balik modal.

Meski sponsored content mulai mendapatkan perhatian di Amerika, hal ini masih baru di Asia, yang berarti Coconuts akan memiliki tugas yang berat untuk meyakinkan brand tentang konsep yang diusungnya. Sejauh ini, Coconuts telah melakukan satu kampanye, dan berharap untuk menyelenggarakan lebih banyak lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Coconuts juga melayani iklan banner tradisional dan advertorial, dan dalam waktu dekat bisa bereksplorasi pada iklan baris yang akan dikenai biaya untuk tiap penempatan premium.

Di jaman media viral ini, media merosot menjadi sebuah pertempuran like dan retweet. Coconuts tentu menjadi bagian dari ini, nama situs ini sendiri adalah singkatan dari ‘content that goes nuts’ (konten yang menggila).

Tapi Coconuts juga mempunyai tujuan yang berbeda. Byron mengatakan:

Kami ingin campuran konten serius dan santai, laporan asli beserta dengan foto kucing.

Sumber : threegadget.com
0
1.1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan