Orang tentu familiar dengan pria tua bertubuh besar berambut pirang, dan jenggot putih panjang yang muncul di setiap Natal membagi-bagikan hadiah, & sahabat anak-anak.

Ya, itulah dia Sinterklas. Sebuah film Belanda yang baru saja diputar perdana, justru menggambarkan paman Sinterklas yang baik itu dengan versi berbeda. Sinterklas dalam film bertajuk “Sint” yang suka membunuh dan suka memenggal leher anak-anak ini pun kontan mendapat respon negatif dari para orangtua.

Film yang menggambarkan sahabat anak-anak menjadi figur yang menakutkan itu, tentu saja membuat kalangan gereja marah besar. Pejabat-pejabat Belanda sampai diminta untuk meredam kemarahan kalangan gereja yang menyebut Film itu merusak citra orang suci dan menakut-nakuti anak-anak.

Tentang hal ini Gerardo Cioffari direktur ´St Nicholas Research Centre´ di Bari kepada Ranesi mengatakan pejabat-pejabat Belanda tidak peduli dengan nasib anak-anak ketika mereka menyetujui pemutaran film tersebut.

`Di sebuah negara yang memperjuangkan segala hak dari homoseksualitas sampai kebebesan berekspresi, saya heran mereka tidak melindungi anak-anak yang belum punya pandangan sendiri´.

Respon senada juga dilontarkan Walikota Bari, Michele Emiliano yang mengkritik dan menyebut film itu sebagai penghinaan terhadap lambang pelindung kotanya. Ia tidak percaya sutradara Dick Maas dengan sengaja mencoreng citra sahabat anak-anak itu. `Bukan dengan kesengajaan tapi rupanya lebih merupakan ketololan dari seseorang yang menyebut dirinya artis´.

Di Belanda, Sinterklas sudah menjadi salah satu lambang tradisi masyarakat yang dirayakan setiap tanggal 5 Desember. Tak heran jika kemudian masyarakat tidak terima jika tokoh Natal yang disinyalir mengarah pada Santa Nikolas yang dimakamkan di sebuah katedral di Bari, sebuah kota kecil mungil yang indah di tepi pantai Italia ini kemudian tercoreng namanya.

sumber