Langsung aja gan, cekibrot

Sejak usia 13 tahun, Erik Weihenmayer sudah tidak bisa melihat. Tapi dia tidak pernah membiarkan kondisi tersebut membatasi dirinya. Dia adalah salah satu orang langka di dunia yang berhasil melawan kekurangan tubuhnya.

Pada tahun 2001, Erik Weihenmayer (45) berhasil menaklukkan Gunung Everest. Ia masih menjadi tunanetra pertama dan satu-satunya di dunia yang pernah menaklukkan gunung tertinggi di dunia tersebut, seperti dilansir Odditycentral, Rabu (11/12/2013).

Di usia 44 tahun, Erik juga dinobatkan sebagai tunanetra dengan petualangan terbanyak di dunia. Prestasinya sangat luar biasa, bahkan seharusnya menjadi panutan bagi orang-orang dengan penglihatan normal. Erik telah berhasil mengabaikan kebutaannya dan melakukan segala aktivitas luar biasa seperti naik gunung, gulat, bersepeda, ski, kayak, paralayang dan terjun bebas.

Ketika masih muda, Erik hanya fokus pada satu olahraga, yaitu gulat, dan dia brilian dalam bidang itu. Dia mewakili negaranya di US National Freestyle Wrestling Championships.

Ia lulus kuliah pada tahun 1993 dengan gelar Master dan segera menjadi seorang guru. Saat itulah ia mulai menggeluti panjat tebing dan trekking. Meski masih pemula, saat itu ia sudah berhasil mendaki Gunung McKinley (puncak tertinggi di AS) dan kemudian Kilimanjaro (tertinggi di Afrika). Lalu pada tahun 2001, Erik mendaki Gunung Everest dan telah naik semua Seven Summits, gunung tertinggi di tujuh benua.

Pada tahun 2003, ia juga mengikuti Primal Quest, perlombaan multi-olahraga petualangan paling sulit di dunia. Perlombaan ini menuntut kemampuan fisik, karena mencakup 457 mil dan 60.000 kaki di antaranya melalui Sierra Nevada selama sembilan hari, dengan tidak ada time-out. Erik dan timnya bersaing dengan 80 tim dari 17 negara lain, dan merupakan salah satu dari 42 tim yang mencapai garis finish.

Salah satu tujuan menantang Erik yang terbaru adalah menjadi satu-satunya tunanetra yang berhasil melakukan kayak di Grand Canyon. Ia telah menghabiskan empat tahun pelatihan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Erik juga merupakan motivator, penulis, dan guru. Dia mengajarkan siswa-siswa tunanetra untuk naik gunung dan panjat tebing di sekolah Tibet, Braille Without Borders. Buku pertama yang ditulisnya 'Touch the Top of the World' telah diterbitkan di sepuluh negara dan diterjemahkan dalam enam bahasa.

Foto-foto dia