- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pemeran-pemeran dari film Soekarno


TS
ferlanmedian
Pemeran-pemeran dari film Soekarno

Spoiler for No Repsol:

Berikut adalah pemeran-pemeran dari film Soekarno :
Quote:
------------------------------------------------------------------------------
Ario Bayu sebagai Soekarno
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Ario Bayu, aktor kelahiran Jakarta, 6 Februari 1985 ini memerankan tokoh Soekarno saat usia 20-an tahun atau saat menjalani pendidikan di Bandung. Sementara dalam film ada Soekarno kecil dan Soekarno berusia belasan. Namun dari skenario film porsi Soekarno yang 90% merupakan tokoh yang diperankan Ario Bayu.
“Saya sadar ekspektaksi penonton terhadap saya cukup besar. Tapi harus dipahami bahwa tanggung jawab peran Soekarno ada di sutradara juga. Saya bisa menginterpretasikan sosok Soekarno melalui referensi video, dialog dengan keluarganya, orang-orang terdekat, maupun tokoh-tokoh lain yang pernah bersinggungan dengan beliau. Jadi keberhasilan saya memerankan tokoh Soekarno ya harus didukung tim yang solid. Sampai shooting awal kemarin, saya melihat kerja keras dan soliditas tim Dapur Film,”
Ario sadar, Soekarno adalah sosok besar, founding father dan memiliki pengagum yang luar biasa banyak. Menurutnya, mungkin 240 juta rakyat Indonesia nanti ingin melihat sosok Soekarno dalam film.
“Saya melihat urgensi kenapa film Soekarno harus dibuat. Bagaimanapun Soekarno adalah tokoh yang layak dijadikan panutan, ideologinya, semangat kebangsaannya, kecintaannya pada negeri ini, hingga keberaniannya melawan penindasan, dan beliau harus hidup dari penjara dan penjara. Sampai ajal pun beliau juga harus dalam keadaan terpenjara.” Ungkap bintang film Java Heat, Dead mine, dan Serangoon Road ini.
“Yang jelas, tokoh Soekarno di film ini benar-benar memperlihatkan sisi manusianya. Dia bukan super hero. Soekarno bukan manusia sempurna. Dia womanizer (pecinta wanita). Dan harus diakui punya sisi lemah dalam hidupnya. Ini yang harus kita pahami dan terima dari ketidaksempurnaan seorang Soekarno. Bahwa dia adalah Bapak Bangsa, Pemimpin Besar dan Proklamator itu harus kita akui.
“Saya sadar ekspektaksi penonton terhadap saya cukup besar. Tapi harus dipahami bahwa tanggung jawab peran Soekarno ada di sutradara juga. Saya bisa menginterpretasikan sosok Soekarno melalui referensi video, dialog dengan keluarganya, orang-orang terdekat, maupun tokoh-tokoh lain yang pernah bersinggungan dengan beliau. Jadi keberhasilan saya memerankan tokoh Soekarno ya harus didukung tim yang solid. Sampai shooting awal kemarin, saya melihat kerja keras dan soliditas tim Dapur Film,”
Ario sadar, Soekarno adalah sosok besar, founding father dan memiliki pengagum yang luar biasa banyak. Menurutnya, mungkin 240 juta rakyat Indonesia nanti ingin melihat sosok Soekarno dalam film.
“Saya melihat urgensi kenapa film Soekarno harus dibuat. Bagaimanapun Soekarno adalah tokoh yang layak dijadikan panutan, ideologinya, semangat kebangsaannya, kecintaannya pada negeri ini, hingga keberaniannya melawan penindasan, dan beliau harus hidup dari penjara dan penjara. Sampai ajal pun beliau juga harus dalam keadaan terpenjara.” Ungkap bintang film Java Heat, Dead mine, dan Serangoon Road ini.
“Yang jelas, tokoh Soekarno di film ini benar-benar memperlihatkan sisi manusianya. Dia bukan super hero. Soekarno bukan manusia sempurna. Dia womanizer (pecinta wanita). Dan harus diakui punya sisi lemah dalam hidupnya. Ini yang harus kita pahami dan terima dari ketidaksempurnaan seorang Soekarno. Bahwa dia adalah Bapak Bangsa, Pemimpin Besar dan Proklamator itu harus kita akui.
------------------------------------------------------------------------------
Maudy Koesnaedi sebagai Inggit Garnasih
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Maudy Koesnaedi memerankan Inggit Garnasih di film Soekarno. Garnasih adalah perempuan yang juga secara resmi menjalani pernikahan dengan Soekarno. Mengibaratkan kecantikan Garnasih adalah seperti pujian para pemuda masa itu, “Mendapatkan senyum dari Garnasih ibarat mendapatkan uang seringgit.”
Kata ‘seringgit’ – pecahan uang nilainya sebesar dua rupiah setengah sen – kemudian menjadi kata ‘Inggit’ dan melekat pada nama Garnasih. Jadilah nama lengkapnya Inggit Garnasih.
“Sebelum memerankan tokoh Bu Inggit di film Soekarno, saya sendiri sudah mendapatkan tawaran memerankan beliau di film lain. Dan sebelum menerima tawaran di film Soekarno, saya sudah melakukan riset tentang tokoh beliau. Begitu banyak bahan yang saya dapatkan. Termasuk wawancara saya dengan anak angkat Bu Inggit, Bu Ratna Djuami. Saya sangat mencintai karakter Bu Inggit. Dan saya merasakan bahwa karakter Bu Inggit adalah perempuan yang sangat luar biasa. Perempuan penuh keikhlasan. Pengorbanannya untuk suami (Soekarno) juga sangat luar biasa. Saya juga merasa Bu Inggit tidak pernah menempatkan diri sebagai oposisi dari Bu Fatmawati,” jelas artis yang hobi travelling dan penikmat seni ini.
Pemahaman Maudy terhadap tokoh Inggit ini juga sangat mumpuni. Itu sebabnya, banyak sekali masukan dari dia kepada tim kreatif film. “Saya yakin dengan arahan Mas Hanung(Bramantyo), sosok Ibu Inggit akan memiliki karakter yang lebih kidup. Harapan saya terhadap film ini sangat besar. Setidaknya, penonton akan memahami seberapa besar peran Ibu Inggit dalam perjalanan karir politik Bung Karno,”
Kata ‘seringgit’ – pecahan uang nilainya sebesar dua rupiah setengah sen – kemudian menjadi kata ‘Inggit’ dan melekat pada nama Garnasih. Jadilah nama lengkapnya Inggit Garnasih.
“Sebelum memerankan tokoh Bu Inggit di film Soekarno, saya sendiri sudah mendapatkan tawaran memerankan beliau di film lain. Dan sebelum menerima tawaran di film Soekarno, saya sudah melakukan riset tentang tokoh beliau. Begitu banyak bahan yang saya dapatkan. Termasuk wawancara saya dengan anak angkat Bu Inggit, Bu Ratna Djuami. Saya sangat mencintai karakter Bu Inggit. Dan saya merasakan bahwa karakter Bu Inggit adalah perempuan yang sangat luar biasa. Perempuan penuh keikhlasan. Pengorbanannya untuk suami (Soekarno) juga sangat luar biasa. Saya juga merasa Bu Inggit tidak pernah menempatkan diri sebagai oposisi dari Bu Fatmawati,” jelas artis yang hobi travelling dan penikmat seni ini.
Pemahaman Maudy terhadap tokoh Inggit ini juga sangat mumpuni. Itu sebabnya, banyak sekali masukan dari dia kepada tim kreatif film. “Saya yakin dengan arahan Mas Hanung(Bramantyo), sosok Ibu Inggit akan memiliki karakter yang lebih kidup. Harapan saya terhadap film ini sangat besar. Setidaknya, penonton akan memahami seberapa besar peran Ibu Inggit dalam perjalanan karir politik Bung Karno,”
------------------------------------------------------------------------------
Lukman Sardi sebagai Bung Hatta
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Berperan sebagai Bung Hatta memberi tambahan portofolio bagi Lukman Sardi memainkan tokoh-tokoh dengan karakter menantang. “Sejauh ini saya sudah observasi bermacam materi juga narasumber. Termasuk keluarga Bung Hatta. Buku, video, dan rekaman pidato-pidato Bung Hatta. Saat ini saya mencoba menyesuaikan intonasi. Tekanan-tekanan pengucapan maupun nada bicara beliau. Dan katanya ada narasumber yang sangat memahami Bung Hatta. Kalau tidak salah namanya Rusdi Saleh. Itu referensi dari Bu Meutya Hatta,” jelas aktor pemeran Kiai Dahlan di film Sang Pencerah ini.
“Tanggung jawab memerankan tokoh Hatta ini luar biasa besar. Beliau salah satu bapak bangsa, salah satu proklamator, salah satu dari Dwi Tunggal. Dan saya harus bisa memenuhi harapan banyak pihak untuk memerankan Bung Hatta.”
Lukman melihat bahwa film Soekarno memiliki urgensi harus diproduksi. Penonton butuh tokoh panutan yang benar-benar bisa memotivasi dan memberi teladan. “Saya kira tokoh seperti Bung Hatta sangat sedikit untuk kondisi zaman sekarang. Apalagi anak-anak muda sekarang,mereka tidak pernah kenal apa jasa dan peran Bung Hatta mendirikan negara ini. Itu sebabnya, saya sangat antusias memerankan tokoh ini. Memang benar ada tanggung jawab besar memerankan Bung Hatta, namun lebih besar lagi semangat dan pesan yang ada dalam film dan harus bisa sampai kepada penonton!” ucap Lukman.
“Berdasarkan referensi ada yang harus terus pahami, bahwa seorang Bung Hatta sangat analitikal, tutur katanya tepat dan sepertinya kalau ada yang salah, beliau sudah delete terlebih dahulu dalam pikiran beliau sebelum terucapkan. Itu yang ingin saya pahami sebelum syuting film Soekarno berlangsung.”
“Tanggung jawab memerankan tokoh Hatta ini luar biasa besar. Beliau salah satu bapak bangsa, salah satu proklamator, salah satu dari Dwi Tunggal. Dan saya harus bisa memenuhi harapan banyak pihak untuk memerankan Bung Hatta.”
Lukman melihat bahwa film Soekarno memiliki urgensi harus diproduksi. Penonton butuh tokoh panutan yang benar-benar bisa memotivasi dan memberi teladan. “Saya kira tokoh seperti Bung Hatta sangat sedikit untuk kondisi zaman sekarang. Apalagi anak-anak muda sekarang,mereka tidak pernah kenal apa jasa dan peran Bung Hatta mendirikan negara ini. Itu sebabnya, saya sangat antusias memerankan tokoh ini. Memang benar ada tanggung jawab besar memerankan Bung Hatta, namun lebih besar lagi semangat dan pesan yang ada dalam film dan harus bisa sampai kepada penonton!” ucap Lukman.
“Berdasarkan referensi ada yang harus terus pahami, bahwa seorang Bung Hatta sangat analitikal, tutur katanya tepat dan sepertinya kalau ada yang salah, beliau sudah delete terlebih dahulu dalam pikiran beliau sebelum terucapkan. Itu yang ingin saya pahami sebelum syuting film Soekarno berlangsung.”
------------------------------------------------------------------------------
Tanta Ginting sebagai Sjahrir
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Saya pun sesungguhnya terkecoh dengan make up yang dikerjakan tim kreatif film Soekarno. Wajah saya jadi begitu old-school banget. Dan banyak orang bilang sangat mirip dengan Sutan Sjahrir. Padahal secara garis keturunan, tidak ada kaitan sama sekali antara saya dengan beliau. Setelah secara fisik hampir mirip, tinggal bagaimana saya bereksplorasi kemampuan saya berakting. Maklum, saya merasa punya beban untuk memerankan sebuah tokoh besar seperti Sjahrir. Apalagi Sutan Sjahrir dikenal memiliki ideologi yang tidak sejalan dengan Soekarno. Beberapa scene memperlihatkan saya harus berdebat dengan Soekarno yang diperankan Ario Bayu. Itu sangat menantang.
Memang scene yang saya perankan tidak banyak. Namun Sutan Sjahrir menjadi penting, karena di situlah letak menariknya dialog dirinya dengan Soekarno maupun Mohammad Hatta. Saya baru tahu bahwa Sjahrir dan Hatta itu sepupu.
Balik ke masalah referensi yang harus saya dapatkan untuk bisa memerankan Sjahrir. Ternyata, dokumentasi tentang beliau pun minim. Hanya dari pemikiran-pemikiran beliau yang sangat advance ketika bicara tentang politik dan ideologi, menjadi referensi paling mudah. Yang jelas, seperti Soekarno, Sjahrir sangat mencintai Indonesia. Ia tidak rela melihat penderitaan rakyat Indonesia. Itu sebabnya, ia memilih pulang kembali ke Indonesia, meskipun sesungguhnya ia bisa hidup enak saat menempuh pendidikan di Belanda.
Pada akhirnya saya menyadari bahwa ini film Soekarno, bukan film tentang Sjahrir. Makanya porsi adegan Sjahrir di film ini juga tidak terlalu banyak. Sementara saya sudah terlalu menyelami tokoh Sjahrir ini. Harapan saya, kalu memang tokoh-tokoh kemerdekaan ini diangkat, selain Bung Karno dan Mohammad Hatta, saya berharap dibuat film khusus tentang Sjahrir dan pemikirannya. Dan tentu saja, saya lah yang paling cocok memerankan tokoh tersebut (ucap Tanta sambil tersenyum optimis).
Memang scene yang saya perankan tidak banyak. Namun Sutan Sjahrir menjadi penting, karena di situlah letak menariknya dialog dirinya dengan Soekarno maupun Mohammad Hatta. Saya baru tahu bahwa Sjahrir dan Hatta itu sepupu.
Balik ke masalah referensi yang harus saya dapatkan untuk bisa memerankan Sjahrir. Ternyata, dokumentasi tentang beliau pun minim. Hanya dari pemikiran-pemikiran beliau yang sangat advance ketika bicara tentang politik dan ideologi, menjadi referensi paling mudah. Yang jelas, seperti Soekarno, Sjahrir sangat mencintai Indonesia. Ia tidak rela melihat penderitaan rakyat Indonesia. Itu sebabnya, ia memilih pulang kembali ke Indonesia, meskipun sesungguhnya ia bisa hidup enak saat menempuh pendidikan di Belanda.
Pada akhirnya saya menyadari bahwa ini film Soekarno, bukan film tentang Sjahrir. Makanya porsi adegan Sjahrir di film ini juga tidak terlalu banyak. Sementara saya sudah terlalu menyelami tokoh Sjahrir ini. Harapan saya, kalu memang tokoh-tokoh kemerdekaan ini diangkat, selain Bung Karno dan Mohammad Hatta, saya berharap dibuat film khusus tentang Sjahrir dan pemikirannya. Dan tentu saja, saya lah yang paling cocok memerankan tokoh tersebut (ucap Tanta sambil tersenyum optimis).
------------------------------------------------------------------------------
Tika Bravani sebagai Fatmawati
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
“Dari dulu saya pengen banget bisa terlibat dalam produksi film kolosal seperti Sang Pencerah. Dan Mas Hanung (Bramantyo) memberikan kepercayaan itu pada saya untuk memerankan Ibu Fatmawati. Wah, sosok Ibu Negara yang mendampingi Bung Karno saat Indonesia mengumumkan kemerdekaan. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya,” jelas artis kelahiran Denpasar 23 tahun lalu ini.
Tika Bravani awalnya merasa terbebani menerima peran sebagai Bu Fat. “Saya kesulitan mencari referensi yang objektif. Pendapat orang lain atau masukan yang saya terima sering tidak sesuai denga hasil observasi sendiri. Tapi pada satu titik saya harus memutuskan dan menginterpretasi setiap scene yang ada di skenario. Saya tidak mau kehilangan fokus saat memerankan Bu Fat. Saya kira ketakutan awal saya sudah terlewati,” ucap artis yang pernah bermain di film Alangkah Lucunya Negeri Ini!
Untuk memudahkan Tika memahami karakter Bu Fat, Tika tak sungkan bertanya pada orang-orang yang pernah dekat dengan Bu Fat. Ia juga membaca perjalanan hidup beliau. Juga berdasarkan potongan-potonga video yang tersedia. “Paling tidak saya bisa menyesuaikan ciri dari Bu Fat. Saya merasa senyum saya sudah mendekati senyum beliau.” Tambahnya.
Dari pemahaman karakter, Tika Bravani yakin, Bu Fat memiliki pesona hebat. Daya tariknya, termasuk sifat keperempuanannya yang membuat sosok Bu Fat begitu dicintai Bung Karno. “Sejauh itu yang saya pelajari dan saya pahami tentang Bu Fat. Selebihnya saya serahkan kepada penonton nantinya,” ungkap Tika
Harapan Tika sederhana, dengan menyaksikan film Soekarno, paling tidak penonton bisa memahami pemikiran Bung Karno. Pemujaan pemikiran Bung Karno justru menggradasi hasil pemikiran beliau. Bung Karno merupakan tokoh besar yang pernah dimiliki Indonesia. Layak bila beliau disanjung dan dipuja dan sejarah hidupnya pantas ditulis dengan tinta emas.
Tika Bravani awalnya merasa terbebani menerima peran sebagai Bu Fat. “Saya kesulitan mencari referensi yang objektif. Pendapat orang lain atau masukan yang saya terima sering tidak sesuai denga hasil observasi sendiri. Tapi pada satu titik saya harus memutuskan dan menginterpretasi setiap scene yang ada di skenario. Saya tidak mau kehilangan fokus saat memerankan Bu Fat. Saya kira ketakutan awal saya sudah terlewati,” ucap artis yang pernah bermain di film Alangkah Lucunya Negeri Ini!
Untuk memudahkan Tika memahami karakter Bu Fat, Tika tak sungkan bertanya pada orang-orang yang pernah dekat dengan Bu Fat. Ia juga membaca perjalanan hidup beliau. Juga berdasarkan potongan-potonga video yang tersedia. “Paling tidak saya bisa menyesuaikan ciri dari Bu Fat. Saya merasa senyum saya sudah mendekati senyum beliau.” Tambahnya.
Dari pemahaman karakter, Tika Bravani yakin, Bu Fat memiliki pesona hebat. Daya tariknya, termasuk sifat keperempuanannya yang membuat sosok Bu Fat begitu dicintai Bung Karno. “Sejauh itu yang saya pelajari dan saya pahami tentang Bu Fat. Selebihnya saya serahkan kepada penonton nantinya,” ungkap Tika
Harapan Tika sederhana, dengan menyaksikan film Soekarno, paling tidak penonton bisa memahami pemikiran Bung Karno. Pemujaan pemikiran Bung Karno justru menggradasi hasil pemikiran beliau. Bung Karno merupakan tokoh besar yang pernah dimiliki Indonesia. Layak bila beliau disanjung dan dipuja dan sejarah hidupnya pantas ditulis dengan tinta emas.
------------------------------------------------------------------------------
Ferry Salim sebagai Sakaguchi
------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Jantung dan hati saya langsung berdetak kencang begitu diminta ikut casting film Soekarno. Apalagi setelah Hanung (Bramantyo) mempercayakan peran Jenderal Shizou Sakaguchi kepada saya. Waduh makin bergemuruh saja emosi ini. Dalam pikiran saya kapan syuting film ini segera dimulai. Yah, pada akhirnya saya jalani syuting awal film ini di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Sungguh saya tersanjung mendapatkan peran sebagai Sakaguchi di film ini.
Bagi saya karakter Sakaguchi sangat penting dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia dan dalam hidup Bung Karno. Dari observasi saya Sakaguchi termasuk Jenderal kejam yang menghalalkan semua cara untuk tetap bercokol di tanah jajahan. Dari catatan sejarah, Sakaguchi seorang Jenderal Propaganda yang memaksa Soekarno menerima tawaran untuk menyediakan wanita-wanita penghibur bagi pasukan Jepang.
Jadi begitu dapat peran Jenderal Sakaguchi, saya langsung cari referensi film perang. Diantaranya Inglorious Baserd. Lalu film – film dokumenter perang yang melibatkan tentara Jepang. Termasuk dokumenter pasukan Jepang saat masuk ke wilayah Cina. Lumayan menginspirasi film-film yang saya tonton itu. Jujur saya ingin total dalam produksi film Soekarno ini. Dan saya sangat yakin dengan kemampuan Hanung menggarap film ini.
Harapan saya sangat tinggi terhadap film Soekarno. Ini bukan film sembarangan, film yang menyandang nama besar seorang pahlawan, proklamator, presiden pertama, founding father. Nama besar yang dikenal secara internasional. Saya yakin banyak orang yang mau menyaksikan film ini jadinya seperti apa. Termasuk saya, sangat antusias menunggu seperti apa hasil dari kerja Hanung Bramantyo dan timnya.
Sungguh saya tersanjung mendapatkan peran sebagai Sakaguchi di film ini.
Bagi saya karakter Sakaguchi sangat penting dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia dan dalam hidup Bung Karno. Dari observasi saya Sakaguchi termasuk Jenderal kejam yang menghalalkan semua cara untuk tetap bercokol di tanah jajahan. Dari catatan sejarah, Sakaguchi seorang Jenderal Propaganda yang memaksa Soekarno menerima tawaran untuk menyediakan wanita-wanita penghibur bagi pasukan Jepang.
Jadi begitu dapat peran Jenderal Sakaguchi, saya langsung cari referensi film perang. Diantaranya Inglorious Baserd. Lalu film – film dokumenter perang yang melibatkan tentara Jepang. Termasuk dokumenter pasukan Jepang saat masuk ke wilayah Cina. Lumayan menginspirasi film-film yang saya tonton itu. Jujur saya ingin total dalam produksi film Soekarno ini. Dan saya sangat yakin dengan kemampuan Hanung menggarap film ini.
Harapan saya sangat tinggi terhadap film Soekarno. Ini bukan film sembarangan, film yang menyandang nama besar seorang pahlawan, proklamator, presiden pertama, founding father. Nama besar yang dikenal secara internasional. Saya yakin banyak orang yang mau menyaksikan film ini jadinya seperti apa. Termasuk saya, sangat antusias menunggu seperti apa hasil dari kerja Hanung Bramantyo dan timnya.
Spoiler for Sumur Bor:
Spoiler for Pesan TS:
Spoiler for Menerima:



Spoiler for Menolak:



Spoiler for Budayakan:
COMENG
&

&



0
26.7K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan