- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sejarah Orde Baru, dari Jalan Cendana hingga Kantor YLBHI


TS
bubs
Sejarah Orde Baru, dari Jalan Cendana hingga Kantor YLBHI





Sekedar share gan..pas ane buka" berita kayaknya artikel ini bagus buat di share....Cekidot gan!!

"Sejarah Orde Baru Dari Jln Cendana Sampai Kantor YLBHI"
Quote:
Original Posted By >
Ketika Presiden Suharto masih berkuasa, tidak semua orang bisa hilir-mudik di Jalan Cendana di kawasan elit Menteng, Jakarta. Maklumlah, penguasa Orde Baru itu beserta keluarganya tinggal di kawasan itu hingga akhir hayatnya. Kini suasana 'angker' itu tidak terlihat lagi.
Seorang pria bersepeda dengan santai melalui depan rumah keluarga Suharto di Jalan Cendana, Kamis (28/11/2013) lalu. Di tempat itulah, penguasa Orde Baru Presiden Suharto beberapa kali membuat keputusan penting, termasuk keputusannya untuk mundur pada Mei 1998 silam.
Empat puluh delapan tahun silam, perwira tinggi Angkatan darat Letnan Jenderal Ahmad Yani dibunuh di dalam bangunan ini. Bersama sejumlah perwira Angkatan darat lainnya, Yani
dihabisi oleh tentara pro PKI, yang di masa Orde Baru disebut "Gerakan 30 September PKI" atau G30S/PKI. Belakangan, bangunan yang terletak di kawasan Menteng ini dijadikan museum.
Mobil sedan milik Letnan Jenderal Ahmad Yani diparkir di samping kediamannya, yang kini disulap menjadi museum. Di masa Orde Baru, film tentang pembunuhan Yani (dan beberapa perwira Angkatan Darat lainnya) oleh tentara pro PKI, diputar TVRI setiap tahun. Ketika film itu kali pertama diputar, hampir semua siswa sekolah diwajibkan menonton.
Patung sosok perwira tinggi AH Nasution didirikan di depan museum tentang dirinya, yang dulunya adalah kediamannya. Di awal Oktober 1965, Jenderal Nasution selamat dari penculikan oleh tentara pro PKI, namun anak bungsunya -- Ade Irma Suryani -- tewas akibat terjangan peluru di rumah ini. Di masa Orba, Jenderal Nasution termasuk yang acap mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dilahirkan rezim Suharto.
Rumah tahanan militer Guntur, begitulah sebutan yang pernah dilekatkan pada bangunan ini. Di awal berdirinya Orde Baru, orang-orang yang dituduh anggota atau simpatisan PKI ditahan dan disiksa di sini, sebelum sebagian mereka dikirim ke Pulau Buru, tanpa diadili. Letak bangunan -- yang sekarang dijadikan markas Polisi Militer Jayakarta -- ini, terletak di Jalan Guntur, Jakarta.
Salah-satu saksi bisu kelahiran dan perjalanan kebijakan ekonomi Orde Baru adalah gedung Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional). Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini terletak di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Melalui sejumlah menteri ekonominya, pemerintahan Suharto menggodok berbagai kebijakan ala Orba yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi.
Baliho bersejarah di halaman kampus Fakultas Kedokteran UI di kampus Salemba ini masih berdiri kokoh -- walaupun kalimatnya "tidak lengkap" seperti awal pembuatannya. Dahulu
kalimatnya berbunyi: "Selamat datang di kampus perjuangan Orde Baru". Namun oleh mahasiswa anti Suharto, di tahun 1998, kata "orde baru" ditutup dengan cat hitam. Di tahun 1966, mahasiswa UI berperan menurunkan Sukarno dan menaikkan Suharto ke kursi ke kekuasaan.
Perjalanan rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto tidak terlepas dari keberadaan partai Golongan Karya alias Golkar. Inilah partai yang diberi keleluasaan luar biasa oleh rezim,sementara PPP dan PDI selalu "dikerdilkan". Dalam beberapa kali pemilu Orba, yang direkayasa, Golkar selalu berjaya. Sebaliknya, di masa reformasi, partai ini sempat dihujat dan beberapa kantornya dibakar massa, tetapi tidak pernah dibubarkan seperti yang dialami PKI.
Di awal Orde Baru, sejumlah aktivis dan advokat muda serta didukung Gubernur Jakarta Ali Sadikin, mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Semula untuk mendampingi rakyat jelata dalam memperjuangkan keadilan hukum, dalam perjalanannya YLBI menjadi simpul penting gerakan sipil pro demokrasi di masa Presiden
Suharto berkuasa. Pegiat HAM Munir (almarhum), misalnya, menyelidiki dan mengungkap kasus penculikan 1997 dari gedung ini.
Berbagai rekomendasi penting menyangkut berbagai kasus pelanggaran HAM di masa Orde Baru, lahir dari gedung ini. Walaupun dididirikan dengan restu Presiden Suharto pada 1993, Komnas HAM dalam perjalanannya acap mengkritisi kebijakan keamanan Orde Baru,seperti kasus 27 Juli, kekerasan di Timor Timur,Aceh, Papua, hingga kasus penculikan.
Peristiwa kekerasan penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta, Baru, pada 27 Juli 1996, merupakan salah-satu peristiwa penting yang berujung pada runtuhnya rezim Orde Baru. Bekas kantor PDI itu kini tidak berbentuk lagi, tetapi aroma rekayasa rezim Suharto di balik aksi kekerasan di kantor itu tidak akan terlupakan.
Spoiler for jalan Cendana:
Ketika Presiden Suharto masih berkuasa, tidak semua orang bisa hilir-mudik di Jalan Cendana di kawasan elit Menteng, Jakarta. Maklumlah, penguasa Orde Baru itu beserta keluarganya tinggal di kawasan itu hingga akhir hayatnya. Kini suasana 'angker' itu tidak terlihat lagi.
Spoiler for Jalan Cendana:
Seorang pria bersepeda dengan santai melalui depan rumah keluarga Suharto di Jalan Cendana, Kamis (28/11/2013) lalu. Di tempat itulah, penguasa Orde Baru Presiden Suharto beberapa kali membuat keputusan penting, termasuk keputusannya untuk mundur pada Mei 1998 silam.
Spoiler for Rumah Jend.A Yani:
Empat puluh delapan tahun silam, perwira tinggi Angkatan darat Letnan Jenderal Ahmad Yani dibunuh di dalam bangunan ini. Bersama sejumlah perwira Angkatan darat lainnya, Yani
dihabisi oleh tentara pro PKI, yang di masa Orde Baru disebut "Gerakan 30 September PKI" atau G30S/PKI. Belakangan, bangunan yang terletak di kawasan Menteng ini dijadikan museum.
Spoiler for Mobil Jend A Yani:
Mobil sedan milik Letnan Jenderal Ahmad Yani diparkir di samping kediamannya, yang kini disulap menjadi museum. Di masa Orde Baru, film tentang pembunuhan Yani (dan beberapa perwira Angkatan Darat lainnya) oleh tentara pro PKI, diputar TVRI setiap tahun. Ketika film itu kali pertama diputar, hampir semua siswa sekolah diwajibkan menonton.
Spoiler for Museum AH Nasution:
Patung sosok perwira tinggi AH Nasution didirikan di depan museum tentang dirinya, yang dulunya adalah kediamannya. Di awal Oktober 1965, Jenderal Nasution selamat dari penculikan oleh tentara pro PKI, namun anak bungsunya -- Ade Irma Suryani -- tewas akibat terjangan peluru di rumah ini. Di masa Orba, Jenderal Nasution termasuk yang acap mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dilahirkan rezim Suharto.
Spoiler for Rutan Guntur:
Rumah tahanan militer Guntur, begitulah sebutan yang pernah dilekatkan pada bangunan ini. Di awal berdirinya Orde Baru, orang-orang yang dituduh anggota atau simpatisan PKI ditahan dan disiksa di sini, sebelum sebagian mereka dikirim ke Pulau Buru, tanpa diadili. Letak bangunan -- yang sekarang dijadikan markas Polisi Militer Jayakarta -- ini, terletak di Jalan Guntur, Jakarta.
Spoiler for GD.Bapenas:
Salah-satu saksi bisu kelahiran dan perjalanan kebijakan ekonomi Orde Baru adalah gedung Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional). Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini terletak di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Melalui sejumlah menteri ekonominya, pemerintahan Suharto menggodok berbagai kebijakan ala Orba yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi.
Spoiler for Baliho Bersejarah:
Baliho bersejarah di halaman kampus Fakultas Kedokteran UI di kampus Salemba ini masih berdiri kokoh -- walaupun kalimatnya "tidak lengkap" seperti awal pembuatannya. Dahulu
kalimatnya berbunyi: "Selamat datang di kampus perjuangan Orde Baru". Namun oleh mahasiswa anti Suharto, di tahun 1998, kata "orde baru" ditutup dengan cat hitam. Di tahun 1966, mahasiswa UI berperan menurunkan Sukarno dan menaikkan Suharto ke kursi ke kekuasaan.
Spoiler for Golkar:
Perjalanan rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto tidak terlepas dari keberadaan partai Golongan Karya alias Golkar. Inilah partai yang diberi keleluasaan luar biasa oleh rezim,sementara PPP dan PDI selalu "dikerdilkan". Dalam beberapa kali pemilu Orba, yang direkayasa, Golkar selalu berjaya. Sebaliknya, di masa reformasi, partai ini sempat dihujat dan beberapa kantornya dibakar massa, tetapi tidak pernah dibubarkan seperti yang dialami PKI.
Spoiler for YLBHI:
Di awal Orde Baru, sejumlah aktivis dan advokat muda serta didukung Gubernur Jakarta Ali Sadikin, mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Semula untuk mendampingi rakyat jelata dalam memperjuangkan keadilan hukum, dalam perjalanannya YLBI menjadi simpul penting gerakan sipil pro demokrasi di masa Presiden
Suharto berkuasa. Pegiat HAM Munir (almarhum), misalnya, menyelidiki dan mengungkap kasus penculikan 1997 dari gedung ini.
Spoiler for Gd.Komnas HAM:
Berbagai rekomendasi penting menyangkut berbagai kasus pelanggaran HAM di masa Orde Baru, lahir dari gedung ini. Walaupun dididirikan dengan restu Presiden Suharto pada 1993, Komnas HAM dalam perjalanannya acap mengkritisi kebijakan keamanan Orde Baru,seperti kasus 27 Juli, kekerasan di Timor Timur,Aceh, Papua, hingga kasus penculikan.
Spoiler for kantor PDI Di Jln Diponegoro:
Peristiwa kekerasan penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta, Baru, pada 27 Juli 1996, merupakan salah-satu peristiwa penting yang berujung pada runtuhnya rezim Orde Baru. Bekas kantor PDI itu kini tidak berbentuk lagi, tetapi aroma rekayasa rezim Suharto di balik aksi kekerasan di kantor itu tidak akan terlupakan.
centong
"Apapun warisan yang di berikan oleh Orba karena perjalan itulah Kita bisa sampai di jaman sekarang....



Diubah oleh bubs 30-11-2013 13:41
0
4.1K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan