baikSENSORAvatar border
TS
baikSENSOR
Lagu Berbahasa Indonesia Berjudul Desaku Mengalun di Gereja Terpencil di Pelosok Swis
Lagu Berbahasa Indonesia Berjudul Desaku Mengalun di Gereja Terpencil di Pelosok Lucerne, Swiss
Rabu, 20 November 2013 11:17 WIB

Lagu Berbahasa Indonesia Berjudul Desaku Mengalun di Gereja Terpencil di Pelosok Lucerne, Swiss
Krisna Diantha
Saat lagu berbahasa Indonesia berjudul Desaku mengalun di sebuah gereja di desa Roemerswil, Lucerne, Swiss Tengah.

TRIBUNNEWS.COM, LUCERNE, SWISS - Ada yang tak biasa di gereja desa Roemerswil, Lucerne, Swiss Tengah. Jika biasanya paduan suara gereja tua itu mengumandangkan lagu tentang kebesaran Tuhan, Sabtu (16/11) petang itu, justru bergema lain.

"Malam ini memang lain, paduan suara gereja Römerswil sedang merayakan ulang tahun ke-100 tahunnya, biarlahkan kami memberikan kejutan," ujar Priska Fuchs-Kathriner, Presiden Paduan Suara Gereja Roemerswil, sebelum konser dimulai.

Kejutan datang pada repertoir keempat, ketika Adalbert Bircher, Ketua Paduan Suara Gereja Hohenrain tampil sebagai konduktor. Setelah dentingan silafon dipadu piano, muncullah lagu Indonesia, "Dalam Perjalanan."

Meski melodinya sama sekali tidak dikenal, tapi 30-an orang paduan suara Roemerswil dan Hohenrain itu bernyanyi dalam bahasa Indonesia.

"Melodinya memang tak akan dikenal di Indonesia, ini lagu ciptaan kami sendiri," ujar Adalbert. Menariknya, mereka bernyanyi sama sekali tidak menggunakan teks, sudah layaknya seperti sekelompok orang Indonesia yang menyanyikan lagu pujaannya di luar kepala.

Kejutan kedua terjadi di lagu berikutnya. Intro piano yang dikumandangkan Andreas Wuerst memang juga tak begitu dikenal. Tapi ketika paduan suara ini memulai lagunya, ingatan langsung terbang jauh ribuan kilometer ke Tanah Air.

Mereka ternyata menyanyikan lagu "Desaku", lagu klasik Indonesia yang sudah dihapal luar kepala orang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Sekali lagi, mereka juga melantunkannya tanpa melihat teks.

"Kami latihan berbulan bulan untuk itu, tiap Selasa malam berkumpul untuk latihan," tutur Andreas Wuerst, pimpinan Paduan Suara Gereja Roemerswil. Meskipun pada mulanya cukup sulit, imbuhnya, pada akhirnya teks Desaku Yang Kucinta bisa dihapalkan di luar kepala. ,Kalau kita latihan tekun, semua pasti akan tercapai," imbuh Adalbert.

Suasana syahdu, mengingatkan keindahan desa desa di tanah air, menggelayut di Gereja Roemerswil malam itu. Salah seorang penonton asal Indonesia, tampak menyeka air matanya karena tak tahan dengan suasana konser yang mengumandangkan lagu Indonesia itu. "Konsernya sangat bagus, suara penduduk desa ini patut diacungi jempol. Kami berterima kasih atas kesediaannya mengggunakan lagu ini di sini," kata Oktavia Maludin, First Secretary KBRI Bern.

Dewa Budjana, gitaris GIGI, juga tak bisa menahan haru ketika ditunjukkan video konser ini. "Wah, bagus sekali, bagus sekali," kata gitaris asal Klungkung, Bali, ini.

Pemilihan dua lagu berbahasa Indonesia itu, sebagaimana diungkapkan Adalbert, bermuasal dari liburannya ke Indonesia dua tahun silam.

"Kami menjumpai masyarakat yang sangat ramah, terbuka dan siap membantu," kenang Adalbert. Beberapa nilai kehidupan masyarakat Indonesia, akunya, juga mengagumkan. "Mereka hidup dalam banyak keterbatasan, setidaknya dibandingkan Swiss, tapi bisa mengatasinya dengan baik," katanya.

Setelah liburan yang mengesankan di Tanah Air itu, sekembalinya ke Swiss, ia pun utak atik pianonya.

"Saya mencoba membuat lagu Indonesia, akhirnya terciptalah lagu Dalam Perjalanan," katanya. Agar liriknya lebih sempurna, ia pun meminta salah satu warga Indonesia di Swiss, mengoreksinya. "Lagi lagi orang Indonesia yang di Swiss pun, ringan tangan untuk membantu," katanya.

Pilihan lagu Desaku Yang Kucinta, katanya, juga atas rekomendasi orang Indonesia di Swiss. "Liriknya cocok, tentang keindahan desa, keluarga dan handai taulan, jadi memang pantas dinyanyikan di konser ini," katanya.

Pada mulanya, tidak mudah membujuk 30 anggota Paduan Suara Desa Roemerswil dan Hohenrain menyanyikan lagu asing. "Tapi saya membujuknya, lama lama mau juga," kata Adalbert.

Musik Indonesia, tidak terkecuali instrumennya, katanya, cukup menawan. "Baik yang dari bambu atau besi, suaranya menentramkan hati, meskipun mereka lebih banyak bermain di nada pentatonis," aku Adalbert.

Setelah sukses mengumandangkan dua lagu Indonesia di Roemerswil, Adalbert berencana menggelar konser serupa di Desa Hohenrain. "Kali ini akan ditambahkan lagi satu lagu Indonesia, yakni Pelangi Pelangi," janjinya. Lagu tentang keindahan alam ini pun, akunya, akan dinyanyikan paduan suara anak anak Desa Hohenrain. "

"Sekarang ini demam lagu Pelangi Pelangi di sini," imbuh Adalbert.

Roemerswil adalah desa kecil di lembah Seetal, Swiss Tengah, yang hanya berpenduduk 1600 jiwa, sementara desa Hohenrain, meski lebih besar, hanya berpenduduk 2500 jiwa. Dua desa ini, yang hanya terpisah jarak 8 kilometeran, dikelilingi ladang jagung, hutan mungil dan padang rumput.

"Mendengarkan lagu Indonesia di desa kecil nan tenteram, rasanya gimana gitu," kata salah satu penonton Indonesia.

http://www.tribunnews.com/tribunners...-lucerne-swiss

Gue nggak pengen membahas SARA nya ye tonk.

Gue hanya heran sekaligus salut, lagu itu koq bisa dinyanyikan ampe pedalaman Swiss sana emoticon-Belo
0
4.4K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan