Oleh Griwo Degriva Adam

Pahlawan Nasional tentu merupakan orang yang mempertahankan wilayahnya secara nasional−secara keseluruhan dari sabang sampai merauke dari serangan para penjajah. Ia merupakan orang yang memiliki integritas tinggi terhadap bangsa. Nyawanya berani dikorbankan untuk kepentingan Negara dan bangsa. Bukan untuk kepentingan kelompok, sebuah wilayah apalagi kepentingan pribadi. Namun jika ada seseorang yang mempertahankan rumah dan pekarangannya dari serangan musuh, belum tentu orang itu dikatakan pahlawan Nasional. Boleh jadi ia adalah pahlawan bagi keluarganya. Sama halnya ketika kerajaan Belanda melakukan penjajahan terhadap Nusantara−waktu itu belum lahir Indonesia. Indonesia lahir setelah Kerajaan Nagari Ngayogyakarta menyatakan bergabung dengan wilayah NKRI−karena ingin menguasai rempah-rempah. Mereka dengan segala kelicikannya berusaha menjatuhkan kekuasaan di beberapa tempat di wilayah Nusantara.

Menyatakan kepahlawanan memang tidaklah mudah. Harus ada latar belakang sejarah Nasional yang jelas. Pernyataan bahwa Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia, tampaknya perlu direvisi ulang.

Sangat tidak masuk akal ketika saya adalah orang biasa atau jika saya berdarah biru yang berusaha mempertahankan teritorial dan harta yang saya miliki dengan heroik menumpas perampok, dan setelah dua abad kemudian, keheroikan saya lantas dianggap sebagai pahlawan Nasional.

Masih banyak orang di negeri ini . . . .

sumber
harianlahat.com