soehastioAvatar border
TS
soehastio
ANAK CONDET PENJAGA KALI CILIWUNG
ABDUL KODIR, ANAK CONDET PENJAGA KALI CILIWUNG



Salak adalah buah yang menjadi ikon Jakarta. Bila kita melihat bus Transjakarta kita bisa melihat gambar 'elang bondol membawa salak'. Nah, salak condet adalah bagian penting sejarah kota Jakarta.

Condet dijadikan cagar budaya oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1974. Pada saat itu Ali Sadikin menginginkan wilayah selatan Jakarta sebagai 'Kebun Pangan Jakarta". Di wilayah selatan pula terdapat Ragunan yang dijadikan Kebun Binatang dan Ciganjur wilayah 'penyimpanan air'. Kini tata ruang kota hancur berantakan, karena tidak adanya disiplin tata ruang.

Korban utama sistem tata ruang kota pertama kali adalah "Sungai". Di masa lalu wilayah Jakarta pernah disebut sebagai "Venesia Dari Timur" karena banyaknya kanal-kanal yang dijadikan alat transport. Kini sungai menjadi kotor, dulu sungai yang biasa menjadi tempat bercengkerama melihat pagi dan senja, kini malah jadi lautan sampah.

Manusia selalu ingin kembali ke alam, membangun dirinya bersama irama alam, kenangan ciliwung yang tenteram masih banyak dikenang orang-orang Betawi. Salah satunya adalah Abdul Kodir (44), lelaki asli Betawi ini sempat mengenyam pendidikan di Fak. Kehutanan Universitas Borobudur, perjalanan hidupnya justru ditakdirkan di halaman belakang rumahnya sendiri, di tepi bantaran Kali Ciliwung.

Suatu sore di penghujung tahun 1990-an, seperti diceritakan Abdul Kodir pada Kluget.com melihat halaman rumahnya, ia memperhatikan plastik-plastik yang tersangkut di batang-batang pohon, ia melihat air kali yang keruh, ia memperhatikan alam tak sebajik dulu ketika dirinya masih kecil.
Abdul Kodir tergerak hatinya, ia ambil pacul dan memulai menanam apa yang harus ia tanam, ia membuat sketsa kecil-kecilan tentang kebun kota "Sebuah kota tanpa taman adalah kebiadaban" kata Abdul Kodir.

Pelan-pelan Abdul Kodir berkunjung ke satu tempat ke tempat lainnya, ia mencari akar permasalahan rusaknya kali Ciliwung. Hal yang ia temukan adalah "adanya kebijakan tata kota yang bisa dijual beli dan masyarakat yang gagal sadar" dari sinilah dia bergerak dan membangun gagasannya tentang Ciliwung bersih.
Hal pertama yang ia lakukan adalah mengajak teman-temannya, ia datangi tiap tempat, ia bangun pos-pos di sepanjang sungai Ciliwung, ia berhadapan dengan preman-preman suruhan developer yang ingin bangun real estate di samping ciliwung, ia hadapi ketidakmengertian penduduk kampung.

Abdul Kodir menjadi paham bahwa membangun gagasan maka diperlukan dua hal "Political Will dan Kesadaran Masyarakat". Katanya "hanya dengan dua inilah saya bisa membangkitkan kegelisahan akan daruratnya sungai ciliwung".

Abdul Kodir bermimpi sepanjang bantaran Sungai Ciliwung akan jadi taman kota. Dengan sumringah setelah usai bertemu Jokowi, Abdul Kodir berkata pada Kluget.com "Yang saya tau, Pak Jokowi dan Saya ini senasib, kita sama-sama anak Bantaran Sungai, kita paham bagaimana hidup berdampingan dengan sungai" Dan Abdul Kodir pun melepaskan pandangannya ke sungai Ciliwung "Kelak disana akan kita temukan sebuah Jakarta yang baru, Jakarta yang punya masa depan, karena dari sungailah kita bisa menjaga kehidupan" tutup Abdul Kodir kepada Kluget.com.

Sumber

Quote:
0
1.7K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan