arda17Avatar border
TS
arda17
Menurut kaskuser IP, Ijazah Atau Ilmu? Tentukan Pilihan agan!
Quote:

Jika tidak harus memilih, di antara ilmu atau nilai IP (Indeks Prestasi) tinggi, maka keduanya sama-sama penting dan harus diambil. Ilmu penting, tetapi IP juga perlu. Namun kalau harus memilih, maka umumnya orang akan memilih IP untuk mendongkrak Ijazah. Maka dari itu, sering kita dengar suara aneh, cari nilai IP yang tinggi dan ijazah dulu, sedangkan ilmu bisa didapat kemudian. Padahal, kenyataannya hal itu sulit terjadi. Biasanya setelah mendapat ijazah, maka belajarnya berhenti, karena dirasa sudah mencukupi.


Orang lebih mengutamakan mengejar IP (Indek Prestasi) yang tinggi dari pada ilmu, karena tanpa IP tinggi, ilmunya dan IJazah tidak akan diakui. Bahkan pemerintah pun tidak akan mengakui ilmu seseorang jika tidak bisa membuktikan dengan selembar kertas yang bernama ijazah dengan IP tinggi itu. Sebaliknya, pemegang ijazah dengan IP tinggi, sekalipun tidak berilmu sebagaimana tergambar dalam ijazahnya itu, tetap akan diakui.

Padahal ilmu bisa didapat tanpa guru dan juga tanpa sekolah. Orang yang berilmu luas tanpa berguru dan bersekolah disebut otodidak. Pada kenyataannya, memang banyak orang tanpa berguru dan tanpa sekolah bisa menunjukkan kepintarannya. Sebaliknya, juga tidak sulit kita temukan, pemegang ijazah dan juga pemakai beberapa gelar akademik yang memiliki IP tinggi, tetapi tidak menunjukkan adanya ilmu yang disandangnya.

Tatkala ijazah dan IP (Indek Prestasi) dipandang lebih penting dari pada ilmu, maka orang ramai-ramai mengejar ijazah dan nilai IP tinggi. Lembaga pendidikan yang cepat meluluskan dan mengeluarkan ijazah dianggap lebih baik dan bermutu. Maka dalam memilih sekolah, tidak sedikit orang menjatuhkan pilihan pada lembaga pendidikan yang segera meluluskan. Lebih cepat ijazah diperoleh, dianggap lebih baik.

Hal sama anehnya juga terkait dengan ujian. Siapapun melarang, jika seorang belajar hanya berniat untuk menghadapi ujian. Akan tetapi, justru yang terjadi adalah seperti itu. Siswa dan bahkan mahasiswa baru belajar kalau akan ujian. Oleh karena itu, sering kita dengar, orang tahan di ruang belajar berlama-lama, tidak mau diajak kemana-mana, dengan alasan akan mempersiapkan ujian. Menghadapi ujian sedemikian penting, dianggap menentukan nasibnya.

Quote:


Orientasi belajar seperti itu, maka menjadikan ilmu yang didapatkan oleh seseorang tidak bertahan lama. Segera setelah mendapatkan ijazah sekolah dasar misalnya, maka hilanglah ilmu yang diterima selama enam tahun, kecuali beberapa saja yang tersisa. Hal yang sama dialami ketika setelah mereka mendapatkan ijazah SMP, SMA, dan bahkan juga setelah diwisuda dan mendapatkan gelar sarjana. Apa saja yang telah dipelajari hilang, setelah ijazah itu didapat.

Pandangan seperti itu, menjadikan ujian, IP dan ijazah sedemikian penting. Bahkan sekolah bukan untuk mendapatkan ilmu, tetapi ijazah. Oleh karena itu, setelah dinyatakan lulus, maka rasa kegembiranya berlebihan, diekpresikan dengan mencorat-coret baju di antara temannya. Bahkan juga kebut-kebutan bersama, hingga merepotkan polisi lalu lintas segala.

Kebiasaan seperti itu menjadikan upaya peningkatan mutu pendidikan sangat sulit diupayakan. Siswa tidak mau belajar jika tidak ada ujian. Selanjutnya, ujian diikuti, agar lulus dan mendapatkan ijazah. Seseorang yang tidak lulus ujian merasa sebagai penderitaan yang luar biasa. Siapa saja disalahkan, kecuali dirinya sendiri. Anehnya, sekolah pun juga berharap begitu, menginginkan agar siswanya lulus semua, termasuk yang tidak pintar.



Sebagai akibat dari tumbuhnya budaya yang menghargai ijazah sebagai segala-galanya itu, maka sekolah bukan tempat yang menyenangkan untuk mendapat dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sekolah oleh sementara orang dirasa bagaikan penjara. Oleh sebab itu, tatkala dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah, mereka gembira luar biasa. Sebaliknya, bagi yang tidak lulus merasa seolah-olah masa tinggal di rumah penjara harus diperpanjang.
Quote:


Cara memandang ilmu dan ijazah seperti itu, menjadikan sementara orang mencari jalan pintas. Ada saja orang mendapatkan ijazah tanpa sekolah, yaitu dengan cara beli, hingga muncul istilah ijazah palsu. Kenyataan itu sangat memprihatinkan. Bukan saja menyesalkan terjadinya kecurangan pemalsuan ijazah, melainkan hal itu sebenarnya sebagai pertanda bahwa sementara lembaga pendidikan sudah tidak berhasil menjadi pembeda, antara orang yang sekolah dan yang tidak. Ijazah palsu pun baru diketahui setelah ada pihak yang mengadukan. Padahal semestinya, orang pintar dan tidak pintar bisa diketahui dari penampilannya dan bukan dari sebatas ijazah yang dimiliki.

Peringatan hari pendidikan seperti sekarang ini, perlu dijadikan momentum untuk menata atau meluruskan cara pandang terhadap lembaga pendidikan. Konsolidasi idiil seperti itu tidak kalah pentingnya, atau setidak-tidaknya sama urgennya dengan upaya mencari cara untuk peningkatan kualitas pendidikan, yang bersifat fisik. Kecukupan dana dan fasilitas pendidikan tidak akan banyak artinya, jika orientasi atau niat belajar para siswa atau mahasiswa tidak tepat, yaitu hanya ingin mendapatkan nilai, IP atau ijazah belaka. Wallahu a’lam..

menurut agan2 gimana??
0
2.2K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan