aryasaketiAvatar border
TS
aryasaketi
SBY Tidak Ngerti Bedanya Tai dengan Roti, kata Budayawan



Sejakwaktu kuliah dulu saya memang menyukai gaya Cak Nun (Emha Ainun Najib) sebagai budayawan dan pemikir yang multitalented dan selalu menyajikan pandangan dan cara berpikir yang out of the box. Juga caranya menyampaikan kritik dengan gaya satire dan pilihan kata yang menggelitik dan nakal. Dalam membaca puisi dan berorasiCak Nun selalu tampil memukau dengan penguasaan vokal dan intonasi nada, lantunan qiroah, yang tidak kalah dari seorang orator ulung, penyanyi terkenal atau bak seorang qori profesional. Cak Nun sering memberi interpretasi yang segar terhadap fenomena budaya dan politik aktual.

Sayang, karena buah pemikirannya yang kreatif dan kritis, beliau saat ini jarang sekali tampil (diberi peluang tampil) di media nasional. Mungkin karena sikap politiknya dianggap liar dan sulit dikendalikan oleh satu kelompok tertentu, sehingga menimbulkan kekhawatiran dari media yang mengundangnya malah akan menjadi bumerang. Seperti kita maklumi bersama bahwa media nasinoal sekarang tidak netral dan cenderung hanya menjadi corong kelompok tertentu.

Kemunculan Cak Nun sebagai pembicara dalam acara Kuliah Budaya yang diadakan oleh PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia) yang merupakan Ormas bentukan Anas Urbaningrum mengundang banyak tanda tanya. Beberapa statement Cak Nun dalam acara tersebut, sempat dikutip Kompas.com, antara lain pernyataanya yang mengajak berdoa agar KPK bisa dibubarkan. Tentu ini sangat menarik perhatian, apalagidisampaikan di acara yang diprakarsai Anas yang notabene saat ini statusnya adalah sebagai tersangka KPK. Namun ternyata yang dimaksud adalah bahwa jika KPK dibubarkan berarti masalah korupsi di Indonesia sudah bisa diatasi.

Masih banyak ungkapan menarik dari Cak Nun dalam forum ini, salah satunya adalah komentarnya tentang SBY yang akhir-akhir ini sedang menjadi trending topic di media termasuk Kompasiana. Ada salah satu peserta acara yang menanyakan Mengapa Cak Nun semangat membicarakan Pak Harto, Gus Dur, tapi tidak membicarakan SBY? - See more at: here. Jawaban Cak Nun antara lain:

“Dulu saya menemani Rendra sampai meninggalnya. Dari urusan dokter, rumah sakit, tiap hari siang malam saya gilir teman-teman saya. Kemudian Mbah Surip meninggal, dikuburkan di kompleksnya Rendra. Ketika itu Rendra lumpuh, tapi tak ada satu wartawan pun yang menanyakan Rendra.”

“SBY pidato tentang kematian Mbah Surip, tapi tidak pidato ketika Rendra meninggal. Itu kan defisit kebudayaan yang sangat besar. Dia benar-benar nggak ngerti bedanya tai sama roti.”

Secara tidak langsung Cak Nun ingin mengatakan bahwa jika membicarakan tentang Presiden Indonesia dia malas membicarakan SBY karena memang dia bukan level seorang presiden yang layak untuk dijadikan bahan pembahasan apalagi sebagai panutan.

Kalau kita bandingkan dengan beberapa statement SBY belakangan ini yang lebih reaktif dengan isu adanya Bunda Putri daripada penyadapan intelejen yang dilakukan AS. Atau jawabannya yang tidak proporsional ketika menanggapi masalah kemacetan di Jakarta. Kayaknya pernyataan Cak Nun ada benarnya sih.

S U M B E R
0
7.3K
71
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan