BENAR atau SALAH ??? Perkara Tempat Wudhu & Telur Ayam
TS
vadley
BENAR atau SALAH ??? Perkara Tempat Wudhu & Telur Ayam
Quote:
Sebelumnya Ane mau ngucapin dulu buat KasKus "SELAMAT ULANG TAHUN KASKUS KE-14" Kebetulan Ulang Tahunnya Barengan Sama Ane
Quote:
Udah lama ane gak buat Thread nih, ID udah lumayan senior tapi gak senior2 amat sih. Namun belum juga kunjung ISO . Di thread ini ane coba bahas sesuatu yang gak begitu penting sih, mengenai hal atau perkara yang kita temui sehari-hari.
Sebagai pembukaan ane mau bahas mengenai Perkara:
1. Tulisan Tempat Wudhu Pria/Wanita
2. Kenapa Telur Ayam Dijual Kiloan
Quote:
KENAPA DITULIS TEMPAT WUDHU PRIA/WANITA?
Quote:
Pernahkan kita perhatikan saat kita ada di Masjid, sering kita menjumpai tulisan di tempat wudhu, biasanya tertulis “TEMPAT WUDHU PRIA” dan “TEMPAT WUDHU WANITA”. Pertanyaannya adalah Apakah Tempat Wudhu itu berjenis kelamin?. Tempat Wudhu Pria artinya adalah Tempat Wudhu yang berjenis kelamin kelamin Pria, kemudian Tempat Wudhu Wanita artinya adalah Tempat Wudhu yang berjenis kelamin kelamin Wanita.
Harusnya ditulis saja “TEMPAT PRIA WUDHU” atau “TEMPAT PRIA BERWUDHU” dan ”TEMPAT WANITA WUDHU” atau “TEMPAT WANITA BERWUDHU” .
Quote:
KENAPA TELUR AYAM DIJUAL KILOAN?
Quote:
Entah apa yang terbersit di pikiran saya, ketika ada orang pagi ini datang ke toko kemudian bilang “Mas, beli telur seprapat(1/4 Kilogram)”. Kenapa ya telur dijual dengan ukuran massa/berat-nya, kenapa bukan satuan?. Padahal terlur ini adalah cikal bakal anak ayam, apakah anda tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan induk ayam atau perasaan telur-telur tersebut???
Bayangkan saja seorang Ibu misal namanya Siti yang mempunya beberapa anak misal punya 5 anak, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah menikah dan ada juga yang masih sekolah. Kemudian teman lama Ibu tersebut yang sudah sekian lama tidak berjumpa lalu bertanya “Hai Jeung Siti, punya anak berapa Jeung?”. Bagaimana jika Jeung Siti menjawab: “Oh anak Saya, semuanya 350 Kilogram, yang 225 kilo udah pada kerja semua, yang 150 kilo udah nikah, kalo sisanya 125 kilo masih pada sekolah”
Sepertinya kita harus kita tinjau kembali bagaimana panjualan telur seharusnya