Penggunaan plastik harus diminimalisasi karena sifat bahan bakunya yang tidak mudah terurai sehingga berkontribusi dalam pencemaran lingkungan. Tantangan tersebut yang kini dijawab oleh empat mahasiswa Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Adalah Made Dirgantara, Miko Saputra, Eni Septi Wahyuni, dan Muhammad Khalid. Berkat kreativitas yang tanpa batas, mereka berhasil menciptakan plastik daur ulang atau biodegradable dari klobot (kulit) jagung.

Selama ini, klobot jagung di Indonesia banyak digunakan sebagai pakan ternak, pembungkus makanan tradisional, dan kerajinan tradisional. Padahal klobot jagung memiliki fungsi lain yang belum dimanfaatkan.

"Pengembangan klobot jagung sebagai bioplastik biasa menjadi salah satu solusi untuk memaksimalkan kegunaan klobot jagung," kata Ketua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Made Dirgantara, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Kamis (10/10/2013).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, produksi jagung di Indonesia pada 2012 sebesar 19,37 juta ton. Produksi jagung dalam jumlah besar juga membawa dampak pada jumlah limbah jagung.

Dari hasil panen buah jagung, bobot klobot jagung berkisar antara 38,38 persen. Hal ini berdasarkan klobot jagung memiliki kandungan serat yang tinggi berkisar antara 38-50 persen dan kadar karbohidrat berkisar antara 38-55 persen.

Berdasarkan hasil penelitian Made dan kawan-kawan, klobot jagung bisa digunakan sebagai bahan subtitusi untuk pembuatan bioplastik. Keunggulan plastik dari klobot jagung ini di antaranya dapat terurai lebih cepat dibandingkan plastik sintetik dan bahan bakunya tidak terbatas karena berasal dari bahan organik.

Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan klobot jagung yang diperoleh dari Pasar Bogor. Kemudian, klobot tersebut dipilah dan dibersihkan. Hanya bagian tengah dalam klobot jagung yang digunakan untuk pembuatan bioplastik.

"Sekitar ruas ke-5 sampai dengan ruas ke-13. Klobot jagung kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60 derajat Celsius selama delapan jam. Setelah dikeringkan, klobot jagung di-milling sampai ukuran 60 mesh," jelasnya.

Klobot jagung yang sudah halus tadi dicampur dengan Linear Low Density Polyethylene (LLDPE). Made menyatakan, pemilihan LLDPE karena merupakan polietilen densitas rendah yang biasa digunakan untuk lembaran tipis. Penggunaan LLDPE bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari biokomposit klobot jagung.

Untuk mendapatkan formula yang tepat, jagung dan polimer sintetik (campuran LLDPE) ditimbang dalam beberapa perbandingan. Selanjutnya diekstrusi pada berbagai suhu. Hasil ekstrusi diletakkan dalam alat cetak film berdiameter 14 sentimeter, kemudian dimasukkan ke dalam hot press tanpa tekanan pada suhu dan waktu tertentu. Lalu didinginkan sehingga diperoleh sampel plastik yang terbaik.

Sampel plastik klobot jagung ini kemudian diuji pada berbagai ujicoba seperti uji sobek, uji biodegradable, dan sebagainya. "Kami menggunakan Aspergilus niger dan Penicillium sp dalam uji biodegradable. Semakin besar konsentrasi klobot jagung maka menurunkan sifat elastisitas biokomposit dan meningkatkan kemampuan terdegradasi," ungkap Made.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, ayakan, Differential Scanning Calorimetry (DSC), Single Screw Extruder, timbangan, cawan, hot press (Collin tipe P300P), disk milling, alat uji tarik dan uji sobek Universal Testing Machine (UTM) Shimadzu tipe AGS-10kNG, dan alat pendukung lainya.