Cikal bakal sepeda dimulai pada tahun 1817 oleh warga kebangsaan Jerman yaitu Karl Drais, sepeda ini menggunakan kemudi, namun belum menggunakan pedal. Cara menggerakannya dengan menapakkan kaki ke tanah seperti orang berjalan. Kemudian babak baru dimulai ketika hasil desain James Starley dan William Hillman (1870), diluncurkan oleh industry sepeda di Conventry, Inggris. Desain sepeda melalui roda depan dan belakang yang berbeda ukuranya. Besaran beda roda ukuran ini untuk memperoleh akselerasi yang lebih baik dibandingkan versi sebelumnya. Desain ini juga sudah menerapkan titik kemudi di garis tengah roda dan adjustable crank dan dapat melaju hingga 23-24Km/jam

Awal 1980-an popularitas sepeda didominasi oleh sepeda modern, seperti sepeda gunung (Mountain Bike), sepeda perkotaan (Commuting Bike), sepeda anak, dan belakangan sepeda lipat (Folding Bike). Dari sekian jenis sepeda yang diperkenalkan jenis sepeda gunung yang paling banyak diminati di Indonesia. Sepeda yang pertama kali diperkenalkan tahun 1977 oleh Joe Breeze, Gary Fisher, dan timnya itu banyak digemari di daerah perkotaan di Indonesia. Kebutuhan mayarakat akan sepeda awalnya hanya sebatas rekreasi, berolahraga, atau kendaraan alternatif jarak pendek di area perumahan. Selanjutnya kebutuhan ini meningkat dalam beberapa periode, terutama ketika naiknya harga barang bakar. Saat itu orang merasa perlu untuk berhemat dan menjadikan sepeda sebagai kendaraan alternatif. Sepedapun semakin diminati walaupun mengendarainya di jalan raya tidak selalu nyaman karena terdesak oleh kendaraan bermotor. Kini ketika isu kesehatan dan kepedulian lingkungan menjadi isu sentral, orang ramai-ramai ingin bersepeda, dan gerakan bersepeda pun mengajak pemerintah untuk turut peduli

Berangka ringan, berbahan titanium, serat karbon atau alumunium. Dibuat seefisien mungkin untuk kecepatan ataupun pengereman mendadak, serta mudah dalam pemindahan gigi. Setang biasanya berbentuk melengkung yang dibuat sesuai dengan aerodinamika pengendaranya agar cenderung menunduk saat mengendarainya sehingga bisa mengoptimalkan kecepatan.

Sepeda ini di desain untuk segala medan, rangkanya berat dan kokoh. Garpu (fork) berpegas da nada juga yang diberi suspense dibawah sadel. Roda tebal dan bergerigi.

Sepeda dengan perpaduan sepeda balap dan sepeda gunung. Rangkanya mirip sepeda gunung, namun roda dan pelek biasanya berbentuk tipis.

Biasanya ane nyebutnya sepeda pembokat ni gan Dirancang dengan mengutamakan kenyamanan dan keamanan saat melakukan perjalanan singkat di dalam kota. Bentuk rangkanya biasanya berbentuk melengkung atau leher angsa. Di Indonesia biasa disebut sepeda perempuan. Roda tipis bisa dengan satu percepatan ataupun beberapa percepatan. Biasanya dilengkapi dengan keranjang dibagian depan dan boncengan dibelakang.

Sepeda kecil dengan rangka yang kuat. Biasanya digunakan untuk akrobatik atau lomba di lintasan bergelombang.

Memiliki ciri khas bisa dilipat dan sangat ringan sehingga bisa mudah dibawa. Umumnya memiliki diameter roda yang kecil yaitu 16 inch atau 18 inch

Sepeda ini umumnya beroda tiga dan sangat stabil, tanpa rantai, dengan pedal yang menggerakan roda depan dan belakang.

Fixed Gear atau biasa disebut sepeda Fixie berasal dari rangka sepeda balap yang banyak juga digunakan oleh Bike messengers di Negara-negara Eropa untuk mengantarkan pesan. Bagian gear belakang menggunakan single speed atau satu gear saja atau dalam bahasa sepeda biasa disebut gir paten/mati. Cara pengeremanya cukup ditahan pedal, maka otomatis putaran roda sepeda akan berhenti.

Nah yang 1 ni favourite ane gan Bentuk sepeda cenderung rendah atau ceper dan rangka melengkung. Jok berbentuk panjang atau Banana seat, memiliki tiang penyangga jok, dan setang yang menjulang panjang ke atas (Apehangers), sepeda ini berkembang di Amerika pada tahun 1980-an dan mulai masuk ke Indonesia pada awal 1990-an. Sepeda ini memiliki karakter yang khas pada setiap pemiliknya, karena setiap sepeda dirancang berbeda dari sepeda lainnya.

Sepeda ini mengacu pada usia dibandingkan pada bentuk. Sepeda ini di produksi sejak awal tahun 1900-an hingga tahun 1960-an. Kebanyakan yang ada di Indonesia berasal dari Eropa dan terakhir muncul buatan China. Biasanya untuk koleksi.