- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Music
Rasa yang Berbeda dalam Musik


TS
tiger.ngeleh
Rasa yang Berbeda dalam Musik
Ada fenomena yang menarik. Apabila seorang (atau sekelompok) musisi sudah berkarir cukup panjang untuk mengukuhkan citra mereka, akan sangat susah untuk berputar dan mencoba sesuatu yang baru. Kalau sudah tenar sebagai pengusung salah satu jenis musik, sebaiknya jangan main-main dan coba-coba dengan rasa yang berbeda, sebab biasanya yang ditemui adalah kutukan dari berbagai penjuru.
Solusinya, adalah membangun side project. Di side project inilah para musisi yang sudah terkekang tersebut memuaskan nafsu artistiknya, terlepas dari beban-beban industri. Ini berlaku dari musisi bule macam Maynard Keenan sampai yang produk dalam negeri seperti Dewa Budjana.
Duit
Saya sendiri kadang agak miris juga melihatnya. Soalnya bagi saya musik itu mestinya berpusat pada musiknya, bukan band-nya. Kalau sudah bisa menelurkan sebuah masterpiece, ya bikin musik sampah pun setelah itu saya tidak terlalu peduli. Memang ada kekesalan seperti; “semestinya bisa membuat karya-karya bagus lainnya”, tapi rasanya terlalu trivial apabila ditukarkan dengan kebebasan si seniman. Kalau menurut saya sih, musisi itu sebaiknya memang sebaiknya coba sana-sini seenaknya. Kalau ada yang bagus, saya dengarkan, kalau tidak, ya tidak usah. Tapi ya kenyataanya tidak seindah itu. Kalau kata Ian Antono, terkadang mesti kompromi juga antara posisi musisi sebagai seniman dan sebagai profesi. Apalagi, katanya, kalau sudah tua. Sebab kok kayaknya bukan bapak yang baik kalau sibuk mengulik-ulik gitar dengan keras kepala namun anaknya tidak dapat disekolahkan.
Bukan duit
Tapi sebenarnya bukan itu yang saya keluhkan. Kalau pakai sistem side project mungkin aman-aman saja— Justru yang bikin bingung itu adalah kalau ternyata musisinya berani bereksperimen langsung dengan nama yang sudah tenar. Kadang karya-karya anak tiri itu jadi di-underappreciated. Ya memang secara marketing ini seringkali bukan keputusan yang terlalu bagus: salah pasar. Setelah sekian lama bermain dengan audiens A, eh, malah ganti ke materi yang cocoknya buat audiens B. Memang kadang maksudnya jelek; sengaja mengganti ke materi-materi yang lebih menjual supaya lebih laris (selling out), tapi kalau niatnya murni karena seninya, kasihan juga.
Beberapa karya ‘salah sasaran’ yang pernah saya dengar (dan tidak mendapat apresiasi yang proporsional ) misalnya;
Bad Religion – Into the Unknown (1983)
Metallica – Load (1996)
Tom Morello – One Man Revolution (2007)
Semuanya remuk redam di pasaran. Penggemar pun kebanyakan kecewa. Ya mau bagaimana lagi? Bad Religion yang punk rock tiba-tiba murtad ke prog, Metallica yang thrash jadi hard rock, dan Morello yang funk metal hijrah ke folk rock. Mungkin kalau materi itu dibawakan oleh musisi yang benar-benar baru, sambutannya tidak akan sedingin itu.
Memang beberapa musisi cukup berani, independen, dan berduit untuk berkarya dengan arah yang putar balik sesuka mereka (NIN, Radiohead), tapi tidak semuanya sebebas itu. Apalagi bila audiensnya cenderung elitis seperti audiens pop, metal, dan punk rock.
Sumber
Solusinya, adalah membangun side project. Di side project inilah para musisi yang sudah terkekang tersebut memuaskan nafsu artistiknya, terlepas dari beban-beban industri. Ini berlaku dari musisi bule macam Maynard Keenan sampai yang produk dalam negeri seperti Dewa Budjana.
Spoiler for contoh idealisme yang gagal total:
Duit
Saya sendiri kadang agak miris juga melihatnya. Soalnya bagi saya musik itu mestinya berpusat pada musiknya, bukan band-nya. Kalau sudah bisa menelurkan sebuah masterpiece, ya bikin musik sampah pun setelah itu saya tidak terlalu peduli. Memang ada kekesalan seperti; “semestinya bisa membuat karya-karya bagus lainnya”, tapi rasanya terlalu trivial apabila ditukarkan dengan kebebasan si seniman. Kalau menurut saya sih, musisi itu sebaiknya memang sebaiknya coba sana-sini seenaknya. Kalau ada yang bagus, saya dengarkan, kalau tidak, ya tidak usah. Tapi ya kenyataanya tidak seindah itu. Kalau kata Ian Antono, terkadang mesti kompromi juga antara posisi musisi sebagai seniman dan sebagai profesi. Apalagi, katanya, kalau sudah tua. Sebab kok kayaknya bukan bapak yang baik kalau sibuk mengulik-ulik gitar dengan keras kepala namun anaknya tidak dapat disekolahkan.
Bukan duit
Tapi sebenarnya bukan itu yang saya keluhkan. Kalau pakai sistem side project mungkin aman-aman saja— Justru yang bikin bingung itu adalah kalau ternyata musisinya berani bereksperimen langsung dengan nama yang sudah tenar. Kadang karya-karya anak tiri itu jadi di-underappreciated. Ya memang secara marketing ini seringkali bukan keputusan yang terlalu bagus: salah pasar. Setelah sekian lama bermain dengan audiens A, eh, malah ganti ke materi yang cocoknya buat audiens B. Memang kadang maksudnya jelek; sengaja mengganti ke materi-materi yang lebih menjual supaya lebih laris (selling out), tapi kalau niatnya murni karena seninya, kasihan juga.
Beberapa karya ‘salah sasaran’ yang pernah saya dengar (dan tidak mendapat apresiasi yang proporsional ) misalnya;
Bad Religion – Into the Unknown (1983)
Metallica – Load (1996)
Tom Morello – One Man Revolution (2007)
Semuanya remuk redam di pasaran. Penggemar pun kebanyakan kecewa. Ya mau bagaimana lagi? Bad Religion yang punk rock tiba-tiba murtad ke prog, Metallica yang thrash jadi hard rock, dan Morello yang funk metal hijrah ke folk rock. Mungkin kalau materi itu dibawakan oleh musisi yang benar-benar baru, sambutannya tidak akan sedingin itu.
Memang beberapa musisi cukup berani, independen, dan berduit untuk berkarya dengan arah yang putar balik sesuka mereka (NIN, Radiohead), tapi tidak semuanya sebebas itu. Apalagi bila audiensnya cenderung elitis seperti audiens pop, metal, dan punk rock.
“There was a man who banged his head against the wall
He banged for 20 years, but the damn thing wouldn’t fall”
Bad Religion, “Chasing the Wild Goose“
(Into the Unknown, 1983)
He banged for 20 years, but the damn thing wouldn’t fall”
Bad Religion, “Chasing the Wild Goose“
(Into the Unknown, 1983)
Sumber
0
846
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan