- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
TNI : Mereka Telah Tiada Namun Namanya Diabadikan


TS
samuel.tirta
TNI : Mereka Telah Tiada Namun Namanya Diabadikan
Kita mungkin selama ini mengenal jalan Jenderal Sudirman, Jalan Soekarno-Hatta, , Jalan Jos Sudarso, Gleora Bung Karno, Gedung Ahmad Yani, Lanuma Halim Perdanakusumah, Lanud Iswahjudi, Lanud Adi Sumarmo, RS. Gatot Subroto dan banyak lagi.
Kita juga tahu siapa mereka dan apa saja jasa-jasanya yang sudah diberikan kepada bangsa ini, mereka pahlawan. Namun, ada juga nama-nama yang mungkin masih "asing" di telinga kita, pernah mendengar, melihat tempat namanya diabadikan, tapi tidak tahu siapa saja mereka.
Di Trit/thread ini, ane akan mengulas beberapa nama prajurit TNI, pahlawan yg namanya diabadikan, dan mungkin masih "asing" ditelinga kita semua. Langsung saja kita angkat kisahnya, siapa saja mereka.........
1. LANDASAN SUPARLAN

Adalah nama Landasan Pacu di Pusdikpassus. Terletak di Kecamatan Batujajar, Bandung - Jawa Barat. Landasan Pacu ini memiliki panjang 1.652 meter dengan permukaan aspal dan ketinggian 762 meter di atas permukaan tanah. Dinamakan demikian untuk mengenang kepahlawanan PRATU SUPARLAN yang gugur dalam tugas, diresmikan oleh Danjen Kopasus pada 1995 Mayjen Prabowo Subianto.
Suparlan adalah prajurit Kopassus yang gugur tahun 1980. Prajurit hebat ini mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan regu gabungan Kopassus dan Kostrad dari pembantaian Fretilin. Kisahnya bermula ketika 1 Unit gabungan berkekuatan 9 orang personil (4 Kopasus, 5 Kostrad) dibawah pimpinan Lettu Poniman Dasuki (Brigjen Purn.) melaksanakan Patroli di "Zona Z" pedalaman Timor. Zona ini dikenal masih sangat rawan, terindikasi menjadi daerah konsentrasi dari tokoh-tokoh Fretelin seperti Lobato, Lere dan Xanana. Disamping itu, terkonsentrasi 300 -an Fretelin dengan persenjataan campuran, serta kebanyakannya adalah mantan Tropaz Portugal yg berpengalam dalam pertempuran di Mozambique. Pada awalnya Tim Kopassus Kostrad ini ingin menyergap Pos Pengamatan Fretelin, dan setelah melumpuhkan Pos Pengematan Fretelin, tiba tiba dari berbagai arah muncul pasukan Fretelin yang lebih besar, kontak senjata pun tak terhindarkan. Pertempuran menjadi tidak berimbang karena kalah jumlah. Unit Gabungan terdesak hebat, digunting dari berbagai arah, termasuk dari ketinggian bukit-bukit. Hujan tembakan menghujani personel Unit Gabungan ini.
Personel operator Minimi dari Kostrad yang pertama-tama tumbang, langsung gugur ditempat, kemudian disusul 3 orang lainnya di formasi paling belakang yang juga terkena tembakan. Sisa 5 personil terdesak hebat dan bertahan mati-matian. Kalah jumlah, sisa unit gabungan mundur setapak demi setapak sehingga menghampiri bibir jurang sambil mencari kemungkinan meloloskan diri dari killing ground. Hanya ada satu celah untuk meloloskan diri, akan tetapi dibutuhkan waktu yang cepat untuk melintas sebelum pasukan Fretilin menutup celah bukit tersebut. Komandan Unit memerintahkan sisa unit menuju ke celah tersebut, dan Pratu Suparlan paling depan, bukannya mendengarkan perintah, Pratu Suparlan mundur kebelakang tanpa mengindahkan perintah Dan Unitnya. "Komandan Bawa yang lainnya, saya akan berusaha menghambat!"
Disinilah Pratu Suparlan menunjukkan sifat kepahlawanannya, antara kehormatannya sebagai laki-laki, Prajurit, Korps dan negaranya, Tanpa menghiraukan peringatan Dan Unitnya agar mundur, Pratu Suparlan membuang senjatanya dan mengambil Minimi milik rekannya yang gugur. Pratu Suparlan berlari kearah datangnya Fretilin dan menyambutnya dengan siraman Minimi... Jatuh bangun terkena tembakan di tubuhnya, Suparlan mengamuk seperti banteng (penuturan saksi mata Fretilin yang tertangkap), mengejar mereka hingga ke semak persembunyian fretelin tidak terhitung berapa peluru yang sudah bersarang di badannya. PDL Pratu Suparlan berubah warna menjadi merah karena darah yang membanjiri tubuhnya. Pratu Suparlan menyerang hingga sampai kehabisan amunisi. Kondisinya mulai Lemas karena kekurangan darah, dia mencabut pisau komandonya dan bertarung satu lawan satu. Sepertinya Fretilin berniat mempermainkannya dengan tidak membunuhnya secara langsung. Suparlan bertarung mati-matian sendiri hanya berbekalkan pisau komandonya, sempat merobohkan 6 orang Fretilin, hingga tangannya tidak mampu lagi menggenggam pisau.
Dan Unit dengan sisa pasukannya melihat Pratu Suparlan tidak muncul, memutuskan untuk kembali mencari Pratu Suparlan dan membantu. Suparlan sendiri dikelilingi oleh puluhan Fretilin, bagaikan menunggu malaikat maut yang akan menjemput nyawanya.
Suparlan seorang yang cerdik, taktik dia melemahkan dirinya sangat tepat, saat dia terduduk, pasukan Fretilin berkerumun mendekatinya siap mengeksekusi. Tepat disaat 1 tembakan mengenai lehernya, Suparlan oleng hampir roboh ke tanah. Dengan sisa-sisa tenaganya, diambil 2 granat dari balik kantong PDL nya, langsung mencabut pin. Didahului teriakan "Allahuakhbar...!" berlari serta meloncat berjibaku pas ditengah2 rimbunan Freteilin yang mengepungnya .....granat meledak....disertai gugurnya seorang prajurit pemberani dengan membawa bersama sejumlah musuh.
Mengetahui gugurnya Suparlan, sisa 5 personil yang tadi meloloskan diri dan sudah menguasai ketinggian, berbalik menyerang dan menembak kerumunan Fretilin dari ketinggian dengan bertubi-tubi. Dalam kontak senjatan sengit ini, kembali 3 personil Baret Merah tumbang meregang nyawa.
Sekonyong-konyang, bala bantuan tiba (gabungan Kostrad/Brimob) membantu memukul mundur Fretelin dengan cara menjepit. Riuh rendah tembakan makin menjadi-jadi. Mayat bergelimpangan di mana-mana, termasuk 7 personil Unit Gabungan tadi. Dari jumlah asal 9 orang Unit Gabungan Kopasus/Kostrad, yang tersisa tinggal 2 orang, yaitu Dan Unit Lettu Poniman Dasuki dan Partu Tamsil.
Setelah Freteilin terpukul mundur, meninggalkan rekan mereka yang sudah menjadi mayat dan juga yang cedera, pembersihan dan konsolidasi langsung dilakukan. Bagaimana dengan nasib Suparlan? Jenazahnya sangat menyedihkan, hancur tidak berbentuk lagi. Dari pihak Fretilin ditemukan sejumlah 43 mayat dan sejumlah yang cedera dan bisa ditawan hidup-hidup. Saat diinterogasi, anggota Fretelin ini hanya menceritakan bagaimana Pratu Suparlan bertempur sendiri sampai gugur.
2. LANUD ATANG SANDJAJA

Berlokasi di Semplak, Bogor dan merupakan Lanud Type A dan pangkalan helikopter bagi TNI-AU.
Sekitar tahun 1962, negara-negara tetangga belum ada yang mengoperasikan pesawat supersonic seperti Mig-21. Selain itu, AURI pada masa itu juga mengoperasikan jenis helikopter terbesar di dunia buatan Soviet, Mi-6. Begitu besarnya helikopter ini, sehingga ketika diangkut lewat darat setelah diturunkan di Tanjung Priok dengan memakai truk khusus menuju Halim untuk dirakit, sirip tegak ekornya tersangkut pada kabel bertegangan tinggi. Mayor (Tek) Atang Sandjaja, yang kebetulan memegang body helikopter tersengat arisan listrik bertegangan tinggi. Pemuda kelahiran Bandung ini pun tewas seketika. Sebelumnya, Atang Sandjaja terlibat dalam penyiapan perakitan berbagai pesawat helikopter termasuk helikopter Mi-6. Untuk mengenangnya, namanya kemudian diabadikan sebagai nama lapangan udara menggantikan Lanud Semplak di Bogor.
3. LANUD SUGIRI SUKANI

Berlokasi di Cirebon dan merupakan Pangkalan Udara TNI-AU type D.
Letkol Udara Sugiri Sukani adalah orang lama di PGT (sekarang Paskhas AU). Menjadi komandan pertempuran yang disegani pada jaman revolusi fisik 1945, terjun di Irian dalam rangka Trikora, dan terakhir ikut operasi penerjunan di Semenanjung Malaysia dalam rangka Konfrontasi yang kemudian merenggut nyawanya.
Dalam penerjunan di Labis dan Pontian, dekat Johor Bahru pada tanggal 2 September 1964, pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor Udara Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh di Selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Letkol Udara Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan Letnan Satu Udara Suroso ada didalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personil PGT dan 10 orang Cina Melayu, diantaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT didaerah sasaran. Pasukan ini berjumlah 3 Peleton terdiri dari 1 Peleton dari Jakarta dan 2 Peleton dari Bandung.
Jumlah personil PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap berjumlah 117 orang.
4. LANUD HAJI ABDULLAH SANUSI HANADJOEDDIN

Lanud Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin berlokasi di Tanjung Pandan, Bangka Belitong. Merupakan Lanud Type C dan dulunya bernama Lanud Tanjung Pandan sebelum berganti nama pada 22 Oktober 2012 yang diresmikan langsung oleh KASAU Marsekal Imam Sufaat, S.IP.
Pergantian nama Lanud Tanjung Pandan menjadi Lanud H. Abdullah Sanusi Hananjoeddin merupakan salah satu komitmen generasi penerus sebagai bentuk penghargaan kepada para Pahlawan dan Sesepuh TNI AU dengan mengabadikan nama mereka sebagai nama Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara yang masih menggunakan nama daerah.
Dalam catatan sejarah Almarhum H. AS. Hanandjoeddin yang dilahirkan di Mempiu, Kecamatan Membalong, Belitung pada 8 Agustus 1910. Sebelum Revolusi kemerdekaan, AS. Hanandjoedin bekerja pada penerbangan Jepang bernama “Ozawa Butai”. Beliau dikenal sebagai salah seorang pelopor pembentukan BKR Divisi VIII Jawa Timur, khususnya BKR Udara Jawa Timur di Pangkalan Udara Bugis Malang.
Jabatan militer terakhir H. AS. Hanandjoeddin adalah Komandan Kompi Pasgat di Lanud Palembang, setelah pensiun dari TNI AU, Hanandjoeddin menjabat sebagai Bupati Belitung periode 1967-1972. Sebagai Bupati Belitung, AS. Hanandjoeddin dikenang masyarakat Belitung banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Indra Cahya Hanandjoeddin purta keenam H. AS. Hanandjoeddin mengatakan, pemakaian nama H. AS. Hanandjoeddin menjadi nama Pangkalan Udara di Pulau Belitung kami anggap sebagai upaya mulia institusi TNI Angkatan Udara untuk melestarikan semangat dan nilai perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945
5. LAPANGAN TUGIMAN

Dulunya bernama Lapangan Mapangat, berganti menjadi Lapangan Tugiman untuk mengenang gugurnya Sertu RPKAD Tugiman. Sekarang bernama Lanud Sam Ratulangi dan merupakan Lanud Type C.
Ketika penumpasan Permesta di Manado, Sertu Tugiman merupakan anggota dari pasukan RPKAD pimpinan Lettu Benny Moerdani yang mendarat di Wori. Dalam kontak senjata sengit memperebutkan Lapangan Udara Mapangat, Tugiman yang menjadi Danru dan merengsek dari rusuk kiri, gugur terkena tembakan senapan mesin. Rupanya, Sersan RPKAD yang kenyang pengalaman tempur ini keliru memperhitungkan senapan mesin yang diawaki para bekas KNIL itu. Perhitungannya, senjata musuh sedang reload, dan ada jeda tembakan. Maka majulah Tugiman kedepan sambil koprol, persis ketika putaran koprol kedua, senapan mesin Permesta menyalak. 2 peluru kaliber besar mengantam tepat kepala dan dadanya, gugur lah Tugiman sebagai pahlawan bangsa.
Untuk mengenangnya, oleh Pemerintah Pusat namanya diabadikan sementara menjadi Lapangan Tugiman. Ketika konsolidasi perdamaian antara Permesta dan Pusat berjalan, namanya pun masih tetap dikekalkan, sebelum nantinya berganti menjadi Lapangan Sam Ratulangi.
6. LANUD WIRIADINATA

Berlokasi di Tasikmalaya - Jawa Barat, merupakan Lapangan Udara TNI-AU Type C.
Marsekal Muda R.H.A Wiriadinata dilahirkan di Situreja, Sumedang, 15 Agustus 1920 dan mengawali karier militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II. Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS-105) yang kemudian terkenal dengan nama Pasukan Garuda Mulya yang beroperasi disekitar daerah Yogyakarta dan Surakarta (Solo).
Pada tahun 1950-an, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Kapten (U) mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan II di Lanud Andir, Bandung. Wiriadinata kemudian diangkat menjadi komandan PGT pertama pada tahun1952 sekaligus merangkap sebagai Komandan Lanud Andir. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA) di Lanud Margahayu, Bandung. Wiriadinata terlibat langsung dalam penumpasan berbagai gerakan separatis di Indonesia seperti DI/TII di Jawa Barat dan Sul-Sel, RMS di Maluku dan PRRI/PERMESTA di Sumatera dan Kalimantan. Saat operasi 17 Agustus di Padang tahun 1958, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Letkol (U) dipercaya menjadi wakil komandan operasi bersama Letkol (L) John Lie sedangkan pimpinan operasi dipegang oleh Kolonel Ahmad Yani.
Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor : III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RA. Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun, kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi. Setelah itu Wiriadinata diberi jabatan sebagai Irjen Mabes AURI dengan pangkat Marsekal Muda (U) hingga tahun 1967.
Pada tahun 1967, Presiden Soekarno menunjuk Wiriadinata sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin. Duet ini kemudian memimpin Jakarta selama dua periode hingga 1977 yang dikenal sebagai “periode emas” DKI Jakarta. Setelah itu Presiden RI kedua Soeharto mengangkat Wiriadinata sebagai Wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Sebagai penghormatan kepada Marsda Purn. R.H.A Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI AU melakukan penggantian nama atas Lanud Tasikmalaya,Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI AU dan juga negara.
7. JALAN LEMBONG ( Bandung )

Terletak di Kota Bandung (mungkin juga terdapat di kota2 lainnya dipenjuru tanah air?) dan merupakan jalan masuk ke Museum Wangsit Siliwangi.
Letkol A.G Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil. Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg. Pada tanggal 23 Januari 1950 pukul 09.00 pagi, Pasukan "Angkatan Perang Ratu Adil" (APRA) dengan kekuatan sekitar 800 orang yang terdiri dari pasukan KNIL meyerbu kota Bandung dari arah Utara dan Cimahi. Peyerbuan yang dipimpin oleh Kapten Raymod Westerling, Westerling terkenal berdarah dingin dan membunuh ratusan orang-orang pribumi.
Letkol Lembong, ajudannya Lettu Kailola dan 59 prajurit TNI gugur dalam peristiwa ini. Jenazah mereka dibiarkan bergelimpangan di jalan0jalan di Kota Bandung. Lembong sendiri gugur bersama ajudannya tepat dipintu pagar kantornya, dia tidak mengetahui bahwa kantornya sudah dikuasai APRA. Tanpa ampun, kedua perwira ini diberondong dengan senapan mesin. Terdapat 36 luka tembak di jenazah Lembong dan 14 di jenazah Kailola, disamping luka tusukan bayonet dan sangkur.
8. JALAN MARHADI ( Madiun )

Nama Jalan ini hanya terdapat di Kota Madiun - Jawa Timur. Mengambil sempena nama Kolonel Anumerta Marhadi. Beliau merupakan perwira TNI dengan pangkat tertinggi yang gugur dalam Pemberontakan PKI di Madiun. Beliau gugur dalam pertempuran di Desa Kresek. Ditempat terjadi pertempuran itu sekarang didirikan Monumen yang dikenal dengan nama Monumen Kresek. Untuk mengenang para prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran Kresek.
Suasana mencekam dan menakutkan menyelimuti seluruh warga kota Madiun dan sekitarnya tahun 1948 lalu. Disana-sini terjadi penculikan serta pembantaian. Beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama, tokoh masyarakat dan warga yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Sebuah gerakan yang terkenal dengan sebutan G30S/PKI menjadi dalang keresahan pada saat itu.
Salah satu dari sekian banyak tempat tragedi tersebut yang cukup terkenal adalah desa Kresek. Karena juga merupakan basis pelarian salah satu gembong gerakan tersebut, Muso. Yang kemudian tertangkap/terbunuh bersama seluruh pendukungnya di desa tersebut juga oleh serangan gabungan TNI dari Divisi Siliwangi, Divisi-II (Semarang-Surakarta), Divisi-I (Jawa timur), pasukan Mobile Brigade Besar (MBB) Jawa Timur serta dibantu oleh warga dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar.
Di desa Kresek tersebut banyak prajurit TNI dan pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI maupun karena dibantai PKI. Kolonel Marhadi adalah prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di kota madiun dan didirikan pula patungnya di alun alun kota Madiun sebagai bentuk penghormatan. Dan untuk mengenang para korban keganasan PKI di desa Kresek tersebut, maka dibangunlah sebuah monumen yang menjadi saksi sejarah.
Menurut warga setempat, area monumen kresek dahulu adalah bekas rumah warga yang dijadikan PKI sebagai ajang pembantaian, warga sekitar dikurung di dalam rumah tersebut lalu rumah tersebut tersebut dibakar bersama warga yang ada di dalamnya. Di sebelah utara monumen kresek terdapat monumen kecil yang terbuat dari batu kali/sungai yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong desa yang dibantai oleh PKI.
Kita juga tahu siapa mereka dan apa saja jasa-jasanya yang sudah diberikan kepada bangsa ini, mereka pahlawan. Namun, ada juga nama-nama yang mungkin masih "asing" di telinga kita, pernah mendengar, melihat tempat namanya diabadikan, tapi tidak tahu siapa saja mereka.
Di Trit/thread ini, ane akan mengulas beberapa nama prajurit TNI, pahlawan yg namanya diabadikan, dan mungkin masih "asing" ditelinga kita semua. Langsung saja kita angkat kisahnya, siapa saja mereka.........
1. LANDASAN SUPARLAN
Quote:

Adalah nama Landasan Pacu di Pusdikpassus. Terletak di Kecamatan Batujajar, Bandung - Jawa Barat. Landasan Pacu ini memiliki panjang 1.652 meter dengan permukaan aspal dan ketinggian 762 meter di atas permukaan tanah. Dinamakan demikian untuk mengenang kepahlawanan PRATU SUPARLAN yang gugur dalam tugas, diresmikan oleh Danjen Kopasus pada 1995 Mayjen Prabowo Subianto.
Suparlan adalah prajurit Kopassus yang gugur tahun 1980. Prajurit hebat ini mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan regu gabungan Kopassus dan Kostrad dari pembantaian Fretilin. Kisahnya bermula ketika 1 Unit gabungan berkekuatan 9 orang personil (4 Kopasus, 5 Kostrad) dibawah pimpinan Lettu Poniman Dasuki (Brigjen Purn.) melaksanakan Patroli di "Zona Z" pedalaman Timor. Zona ini dikenal masih sangat rawan, terindikasi menjadi daerah konsentrasi dari tokoh-tokoh Fretelin seperti Lobato, Lere dan Xanana. Disamping itu, terkonsentrasi 300 -an Fretelin dengan persenjataan campuran, serta kebanyakannya adalah mantan Tropaz Portugal yg berpengalam dalam pertempuran di Mozambique. Pada awalnya Tim Kopassus Kostrad ini ingin menyergap Pos Pengamatan Fretelin, dan setelah melumpuhkan Pos Pengematan Fretelin, tiba tiba dari berbagai arah muncul pasukan Fretelin yang lebih besar, kontak senjata pun tak terhindarkan. Pertempuran menjadi tidak berimbang karena kalah jumlah. Unit Gabungan terdesak hebat, digunting dari berbagai arah, termasuk dari ketinggian bukit-bukit. Hujan tembakan menghujani personel Unit Gabungan ini.
Personel operator Minimi dari Kostrad yang pertama-tama tumbang, langsung gugur ditempat, kemudian disusul 3 orang lainnya di formasi paling belakang yang juga terkena tembakan. Sisa 5 personil terdesak hebat dan bertahan mati-matian. Kalah jumlah, sisa unit gabungan mundur setapak demi setapak sehingga menghampiri bibir jurang sambil mencari kemungkinan meloloskan diri dari killing ground. Hanya ada satu celah untuk meloloskan diri, akan tetapi dibutuhkan waktu yang cepat untuk melintas sebelum pasukan Fretilin menutup celah bukit tersebut. Komandan Unit memerintahkan sisa unit menuju ke celah tersebut, dan Pratu Suparlan paling depan, bukannya mendengarkan perintah, Pratu Suparlan mundur kebelakang tanpa mengindahkan perintah Dan Unitnya. "Komandan Bawa yang lainnya, saya akan berusaha menghambat!"
Disinilah Pratu Suparlan menunjukkan sifat kepahlawanannya, antara kehormatannya sebagai laki-laki, Prajurit, Korps dan negaranya, Tanpa menghiraukan peringatan Dan Unitnya agar mundur, Pratu Suparlan membuang senjatanya dan mengambil Minimi milik rekannya yang gugur. Pratu Suparlan berlari kearah datangnya Fretilin dan menyambutnya dengan siraman Minimi... Jatuh bangun terkena tembakan di tubuhnya, Suparlan mengamuk seperti banteng (penuturan saksi mata Fretilin yang tertangkap), mengejar mereka hingga ke semak persembunyian fretelin tidak terhitung berapa peluru yang sudah bersarang di badannya. PDL Pratu Suparlan berubah warna menjadi merah karena darah yang membanjiri tubuhnya. Pratu Suparlan menyerang hingga sampai kehabisan amunisi. Kondisinya mulai Lemas karena kekurangan darah, dia mencabut pisau komandonya dan bertarung satu lawan satu. Sepertinya Fretilin berniat mempermainkannya dengan tidak membunuhnya secara langsung. Suparlan bertarung mati-matian sendiri hanya berbekalkan pisau komandonya, sempat merobohkan 6 orang Fretilin, hingga tangannya tidak mampu lagi menggenggam pisau.
Dan Unit dengan sisa pasukannya melihat Pratu Suparlan tidak muncul, memutuskan untuk kembali mencari Pratu Suparlan dan membantu. Suparlan sendiri dikelilingi oleh puluhan Fretilin, bagaikan menunggu malaikat maut yang akan menjemput nyawanya.
Suparlan seorang yang cerdik, taktik dia melemahkan dirinya sangat tepat, saat dia terduduk, pasukan Fretilin berkerumun mendekatinya siap mengeksekusi. Tepat disaat 1 tembakan mengenai lehernya, Suparlan oleng hampir roboh ke tanah. Dengan sisa-sisa tenaganya, diambil 2 granat dari balik kantong PDL nya, langsung mencabut pin. Didahului teriakan "Allahuakhbar...!" berlari serta meloncat berjibaku pas ditengah2 rimbunan Freteilin yang mengepungnya .....granat meledak....disertai gugurnya seorang prajurit pemberani dengan membawa bersama sejumlah musuh.
Mengetahui gugurnya Suparlan, sisa 5 personil yang tadi meloloskan diri dan sudah menguasai ketinggian, berbalik menyerang dan menembak kerumunan Fretilin dari ketinggian dengan bertubi-tubi. Dalam kontak senjatan sengit ini, kembali 3 personil Baret Merah tumbang meregang nyawa.
Sekonyong-konyang, bala bantuan tiba (gabungan Kostrad/Brimob) membantu memukul mundur Fretelin dengan cara menjepit. Riuh rendah tembakan makin menjadi-jadi. Mayat bergelimpangan di mana-mana, termasuk 7 personil Unit Gabungan tadi. Dari jumlah asal 9 orang Unit Gabungan Kopasus/Kostrad, yang tersisa tinggal 2 orang, yaitu Dan Unit Lettu Poniman Dasuki dan Partu Tamsil.
Setelah Freteilin terpukul mundur, meninggalkan rekan mereka yang sudah menjadi mayat dan juga yang cedera, pembersihan dan konsolidasi langsung dilakukan. Bagaimana dengan nasib Suparlan? Jenazahnya sangat menyedihkan, hancur tidak berbentuk lagi. Dari pihak Fretilin ditemukan sejumlah 43 mayat dan sejumlah yang cedera dan bisa ditawan hidup-hidup. Saat diinterogasi, anggota Fretelin ini hanya menceritakan bagaimana Pratu Suparlan bertempur sendiri sampai gugur.
2. LANUD ATANG SANDJAJA
Quote:

Berlokasi di Semplak, Bogor dan merupakan Lanud Type A dan pangkalan helikopter bagi TNI-AU.
Sekitar tahun 1962, negara-negara tetangga belum ada yang mengoperasikan pesawat supersonic seperti Mig-21. Selain itu, AURI pada masa itu juga mengoperasikan jenis helikopter terbesar di dunia buatan Soviet, Mi-6. Begitu besarnya helikopter ini, sehingga ketika diangkut lewat darat setelah diturunkan di Tanjung Priok dengan memakai truk khusus menuju Halim untuk dirakit, sirip tegak ekornya tersangkut pada kabel bertegangan tinggi. Mayor (Tek) Atang Sandjaja, yang kebetulan memegang body helikopter tersengat arisan listrik bertegangan tinggi. Pemuda kelahiran Bandung ini pun tewas seketika. Sebelumnya, Atang Sandjaja terlibat dalam penyiapan perakitan berbagai pesawat helikopter termasuk helikopter Mi-6. Untuk mengenangnya, namanya kemudian diabadikan sebagai nama lapangan udara menggantikan Lanud Semplak di Bogor.
3. LANUD SUGIRI SUKANI
Quote:

Berlokasi di Cirebon dan merupakan Pangkalan Udara TNI-AU type D.
Letkol Udara Sugiri Sukani adalah orang lama di PGT (sekarang Paskhas AU). Menjadi komandan pertempuran yang disegani pada jaman revolusi fisik 1945, terjun di Irian dalam rangka Trikora, dan terakhir ikut operasi penerjunan di Semenanjung Malaysia dalam rangka Konfrontasi yang kemudian merenggut nyawanya.
Dalam penerjunan di Labis dan Pontian, dekat Johor Bahru pada tanggal 2 September 1964, pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor Udara Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh di Selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Letkol Udara Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan Letnan Satu Udara Suroso ada didalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personil PGT dan 10 orang Cina Melayu, diantaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT didaerah sasaran. Pasukan ini berjumlah 3 Peleton terdiri dari 1 Peleton dari Jakarta dan 2 Peleton dari Bandung.
Jumlah personil PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap berjumlah 117 orang.
4. LANUD HAJI ABDULLAH SANUSI HANADJOEDDIN
Quote:

Lanud Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin berlokasi di Tanjung Pandan, Bangka Belitong. Merupakan Lanud Type C dan dulunya bernama Lanud Tanjung Pandan sebelum berganti nama pada 22 Oktober 2012 yang diresmikan langsung oleh KASAU Marsekal Imam Sufaat, S.IP.
Pergantian nama Lanud Tanjung Pandan menjadi Lanud H. Abdullah Sanusi Hananjoeddin merupakan salah satu komitmen generasi penerus sebagai bentuk penghargaan kepada para Pahlawan dan Sesepuh TNI AU dengan mengabadikan nama mereka sebagai nama Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara yang masih menggunakan nama daerah.
Dalam catatan sejarah Almarhum H. AS. Hanandjoeddin yang dilahirkan di Mempiu, Kecamatan Membalong, Belitung pada 8 Agustus 1910. Sebelum Revolusi kemerdekaan, AS. Hanandjoedin bekerja pada penerbangan Jepang bernama “Ozawa Butai”. Beliau dikenal sebagai salah seorang pelopor pembentukan BKR Divisi VIII Jawa Timur, khususnya BKR Udara Jawa Timur di Pangkalan Udara Bugis Malang.
Jabatan militer terakhir H. AS. Hanandjoeddin adalah Komandan Kompi Pasgat di Lanud Palembang, setelah pensiun dari TNI AU, Hanandjoeddin menjabat sebagai Bupati Belitung periode 1967-1972. Sebagai Bupati Belitung, AS. Hanandjoeddin dikenang masyarakat Belitung banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Indra Cahya Hanandjoeddin purta keenam H. AS. Hanandjoeddin mengatakan, pemakaian nama H. AS. Hanandjoeddin menjadi nama Pangkalan Udara di Pulau Belitung kami anggap sebagai upaya mulia institusi TNI Angkatan Udara untuk melestarikan semangat dan nilai perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945
5. LAPANGAN TUGIMAN
Quote:

Dulunya bernama Lapangan Mapangat, berganti menjadi Lapangan Tugiman untuk mengenang gugurnya Sertu RPKAD Tugiman. Sekarang bernama Lanud Sam Ratulangi dan merupakan Lanud Type C.
Ketika penumpasan Permesta di Manado, Sertu Tugiman merupakan anggota dari pasukan RPKAD pimpinan Lettu Benny Moerdani yang mendarat di Wori. Dalam kontak senjata sengit memperebutkan Lapangan Udara Mapangat, Tugiman yang menjadi Danru dan merengsek dari rusuk kiri, gugur terkena tembakan senapan mesin. Rupanya, Sersan RPKAD yang kenyang pengalaman tempur ini keliru memperhitungkan senapan mesin yang diawaki para bekas KNIL itu. Perhitungannya, senjata musuh sedang reload, dan ada jeda tembakan. Maka majulah Tugiman kedepan sambil koprol, persis ketika putaran koprol kedua, senapan mesin Permesta menyalak. 2 peluru kaliber besar mengantam tepat kepala dan dadanya, gugur lah Tugiman sebagai pahlawan bangsa.
Untuk mengenangnya, oleh Pemerintah Pusat namanya diabadikan sementara menjadi Lapangan Tugiman. Ketika konsolidasi perdamaian antara Permesta dan Pusat berjalan, namanya pun masih tetap dikekalkan, sebelum nantinya berganti menjadi Lapangan Sam Ratulangi.
6. LANUD WIRIADINATA
Quote:

Berlokasi di Tasikmalaya - Jawa Barat, merupakan Lapangan Udara TNI-AU Type C.
Marsekal Muda R.H.A Wiriadinata dilahirkan di Situreja, Sumedang, 15 Agustus 1920 dan mengawali karier militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II. Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS-105) yang kemudian terkenal dengan nama Pasukan Garuda Mulya yang beroperasi disekitar daerah Yogyakarta dan Surakarta (Solo).
Pada tahun 1950-an, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Kapten (U) mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan II di Lanud Andir, Bandung. Wiriadinata kemudian diangkat menjadi komandan PGT pertama pada tahun1952 sekaligus merangkap sebagai Komandan Lanud Andir. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA) di Lanud Margahayu, Bandung. Wiriadinata terlibat langsung dalam penumpasan berbagai gerakan separatis di Indonesia seperti DI/TII di Jawa Barat dan Sul-Sel, RMS di Maluku dan PRRI/PERMESTA di Sumatera dan Kalimantan. Saat operasi 17 Agustus di Padang tahun 1958, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Letkol (U) dipercaya menjadi wakil komandan operasi bersama Letkol (L) John Lie sedangkan pimpinan operasi dipegang oleh Kolonel Ahmad Yani.
Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor : III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RA. Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun, kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi. Setelah itu Wiriadinata diberi jabatan sebagai Irjen Mabes AURI dengan pangkat Marsekal Muda (U) hingga tahun 1967.
Pada tahun 1967, Presiden Soekarno menunjuk Wiriadinata sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin. Duet ini kemudian memimpin Jakarta selama dua periode hingga 1977 yang dikenal sebagai “periode emas” DKI Jakarta. Setelah itu Presiden RI kedua Soeharto mengangkat Wiriadinata sebagai Wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Sebagai penghormatan kepada Marsda Purn. R.H.A Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI AU melakukan penggantian nama atas Lanud Tasikmalaya,Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI AU dan juga negara.
7. JALAN LEMBONG ( Bandung )
Quote:

Terletak di Kota Bandung (mungkin juga terdapat di kota2 lainnya dipenjuru tanah air?) dan merupakan jalan masuk ke Museum Wangsit Siliwangi.
Letkol A.G Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil. Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg. Pada tanggal 23 Januari 1950 pukul 09.00 pagi, Pasukan "Angkatan Perang Ratu Adil" (APRA) dengan kekuatan sekitar 800 orang yang terdiri dari pasukan KNIL meyerbu kota Bandung dari arah Utara dan Cimahi. Peyerbuan yang dipimpin oleh Kapten Raymod Westerling, Westerling terkenal berdarah dingin dan membunuh ratusan orang-orang pribumi.
Letkol Lembong, ajudannya Lettu Kailola dan 59 prajurit TNI gugur dalam peristiwa ini. Jenazah mereka dibiarkan bergelimpangan di jalan0jalan di Kota Bandung. Lembong sendiri gugur bersama ajudannya tepat dipintu pagar kantornya, dia tidak mengetahui bahwa kantornya sudah dikuasai APRA. Tanpa ampun, kedua perwira ini diberondong dengan senapan mesin. Terdapat 36 luka tembak di jenazah Lembong dan 14 di jenazah Kailola, disamping luka tusukan bayonet dan sangkur.
8. JALAN MARHADI ( Madiun )
Quote:

Nama Jalan ini hanya terdapat di Kota Madiun - Jawa Timur. Mengambil sempena nama Kolonel Anumerta Marhadi. Beliau merupakan perwira TNI dengan pangkat tertinggi yang gugur dalam Pemberontakan PKI di Madiun. Beliau gugur dalam pertempuran di Desa Kresek. Ditempat terjadi pertempuran itu sekarang didirikan Monumen yang dikenal dengan nama Monumen Kresek. Untuk mengenang para prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran Kresek.
Suasana mencekam dan menakutkan menyelimuti seluruh warga kota Madiun dan sekitarnya tahun 1948 lalu. Disana-sini terjadi penculikan serta pembantaian. Beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama, tokoh masyarakat dan warga yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Sebuah gerakan yang terkenal dengan sebutan G30S/PKI menjadi dalang keresahan pada saat itu.
Salah satu dari sekian banyak tempat tragedi tersebut yang cukup terkenal adalah desa Kresek. Karena juga merupakan basis pelarian salah satu gembong gerakan tersebut, Muso. Yang kemudian tertangkap/terbunuh bersama seluruh pendukungnya di desa tersebut juga oleh serangan gabungan TNI dari Divisi Siliwangi, Divisi-II (Semarang-Surakarta), Divisi-I (Jawa timur), pasukan Mobile Brigade Besar (MBB) Jawa Timur serta dibantu oleh warga dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar.
Di desa Kresek tersebut banyak prajurit TNI dan pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI maupun karena dibantai PKI. Kolonel Marhadi adalah prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di kota madiun dan didirikan pula patungnya di alun alun kota Madiun sebagai bentuk penghormatan. Dan untuk mengenang para korban keganasan PKI di desa Kresek tersebut, maka dibangunlah sebuah monumen yang menjadi saksi sejarah.
Menurut warga setempat, area monumen kresek dahulu adalah bekas rumah warga yang dijadikan PKI sebagai ajang pembantaian, warga sekitar dikurung di dalam rumah tersebut lalu rumah tersebut tersebut dibakar bersama warga yang ada di dalamnya. Di sebelah utara monumen kresek terdapat monumen kecil yang terbuat dari batu kali/sungai yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong desa yang dibantai oleh PKI.
Diubah oleh samuel.tirta 27-10-2013 23:13


tien212700 memberi reputasi
1
41.7K
Kutip
37
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan