shadowbee88888Avatar border
TS
shadowbee88888
Jangan dengarkan apa yang dikatakan China sekarang, tetapi tirulah apa yang dilakukan
Jangan dengarkan apa yang dikatakan China sekarang, tetapi tirulah apa yang dilakukannya dulu.

JAKARTA, Jaringnews.com - Joe Studwell kini makin sibuk berkeliling Asia untuk membicarakan buku karyanya yang banyak dibicarakan, How Asia Works, Success and Failure in The Most Dynamic Region. Sejumlah kalangan menilai buku ini menarik dan menyajikan pandangan-pandangan baru tentang faktor kunci sukses dan gagalnya negara-negara di Asia.

Dalam buku terbitan Grove Press tahun 2013 itu, mantan wartawan Financial Times ini membeberkan analisisnya untuk menjawab mengapa ada perbedaan kemajuan ekonomi yang besar diantara sembilan negara-negara di Asia Timur: Jepang, Korea Selatan, China, Taiwan di satu sisi dan Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam di sisi lain.

Studwell mengklaim bahwa banyak cendekiawan Barat sebelum ini salah dalam memahami faktor sukses tersebut. Ia mengakui beberapa analisis yang ia sodorkan terdengar kontroversial, meskipun ia sendiri merasa hal itu tidak kontroversial.

Untuk menjawab rasa ingin tahunya, Studwell melalukan analisis mendalam pada tiga area utama ekonomi sembilan negara tersebut. Ketiga area itu adalah kebijakan pertanahan, kebijakan industri manufaktur dan kebijakan sektor keuangan.

Dari hasil riset itu, ia menyimpulkan ada sejumlah benang merah yang menyebabkan sejumlah negara di Asia Timur sukses dan sebagian lainnya tertinggal.

Pertama, sukses tidaknya program landreform. Menurut dia, negara-negara Asia yang maju umumnya berhasil dalam melakukan redistribusi lahan.

Kedua, fokus pada pembangunan sektor manufaktur. Bila perlu, dan memang itulah yang terjadi, upaya ini dilakukan dengan subsidi dan proteksi.

Ketiga, disiplin ekspor. Perdagangan internasional bukan hanya dimaksudkan untuk berdagang tetapi menyerap teknologi.

Keempat, kontrol modal. Ia mengatakan tidak ada negara maju yang tidak melakukan kontrol modal pada tahap awal pembangunan negara tersebut.

Joe Studwell mengunjungi Jakarta dalam acara bedah buku yang ditulisnya itu di auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (25/10). Acara yang terselenggara atas kerja sama Kemendag dan jurnal Strategic Review itu dibuka oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, dengan menghadirkan pembicara pengusaha Edwin Soeryadjaya, disamping penulis buku itu sendiri.

Eben Ezer Siadari dari Jaringnews.com mewawancarai Joe Studwell seusai ia meladeni antrian fans-nya yang meminta tandatangannya pada buku karyanya yang dijual dengan harga Rp 300 ribu per eksemplar.

Berikut petikan wawancara tersebut:

Boleh saya tahu apa yang membuat Anda terdorong untuk menulis buku ini?
Saya ingin memahami apa yang membuat begitu besar jaraknya, antara sebagian negara Asia yang menjadi kaya dan sebagian lainnya tetap miskin. Dan setelah lebih dari 20 tahun berada di Asia Timur, mengunjungi negara-negara ini, bahkan diantaranya saya tinggal di China dan cukup dekat melihat bagaimana sebuah model (pembangunan) lain bisa bekerja, saya mencoba memproduksi sebuah buku yang dapat membantu pembaca memahami apa yang telah terjadi (di Asia Timur). Dan, menurut saya, Anda harus memahami apa yang terjadi di masa lalu untuk bisa maju. Seperti juga kata Menteri Gita Wirjawan tadi, ambil pelajaran, pelajari, dan coba lagi lalu lakukan dengan lebih baik.

Dalam buku ini dan tadi ketika berbicara dalam acara bedah buku, Anda banyak bicara tentang landreform sebagai faktor kunci. Mengapa Anda melihat ini penting?
Ketika Anda mempunyai penduduk dalam jumlah yang besar dan mereka umumnya miskin, tentu Anda harus membuat mereka bekerja. Dan hanya jika mereka memiliki modal yang cukup mereka dapat ikut dalam ‘permainan.’ Sebaliknya, bila mereka hanya tetap hidup dalam pertanian subsisten atau sebagai buruh pertanian subsisten, mereka tidak akan pernah menjelma menjadi entitas ekonomi yang sungguh-sungguh. Mereka tidak mempunyai kesempatan memulai sesuatu dan melakukan hal-hal yang berbeda. Mereka tidak akan terlibat dalam ‘permainan.’

Kita tahu landreform tidak selalu jadi faktor sukses. Ada juga negara yang gagal melakukannya...
Biasanya gagal dalam implementasi. Di Indonesia gagal pada tahun 60-an sampai 70-an karena gagal dalam implementasi. Landreform memerlukan peraturan yang sederhana dan melibatkan petani. Anda harus mengajak petani membicarakan bagaimana melakukan redistribusi tanah. Jangan yang diajak bicara para tuan tanah atau para politisi lokal, sebab mereka mempunyai kepentingan untuk dilindungi. Menurut saya di Indonesia kegagalannya lebih pada implementasi.

Apa yang menyebabkan tidak dapat diimplementasikan?
Lebih pada hambatan politis. Dalam aspek teknis sebenarnya tidak terlalu sulit. Tentu itu bukan hanya soal redistribusi lahan. Ada juga mengenai aturan-aturan pemasaran. Dalam ekonomi ada yang disebut monopsoni. Jika pasar monopoli adalah pasar dimana penjual hanya satu, dalam pasar monopsoni pembelinya yang satu.

Bisa dijelaskan lebih lanjut?
Ambil contoh petani tebu. Ketika Anda memanen tebu, hasilnya harus segera dibawa ke pabrik gula untuk diproduksi. Tentu Anda harus membawanya segera. Anda tentu tidak punya waktu menawar-nawarkannya ke berbagai pabrik untuk mendapatkan harga yang baik. Apalagi di tengah adanya keterbatasan infrastruktur. Oleh karena itu pemerintah perlu membuat jaminan bahwa tidak semua keuntungan diambil oleh pabrik. Harus ada insentif sehingga petani terdorong untuk berproduksi lebih banyak. Jika Anda menginginkan orang bekerja lebih keras, Anda harus meletakkan lebih banyak uang di depan mereka.

Anda juga menekankan perlunya fokus pada industri manufaktur. Dapat Anda gambarkan negara mana yang sebaiknya menjadi acuan Indonesia dalam melakukan hal ini?
Anda bisa lihat apa yang dilakukan China sebab keadaan China mirip dengan Indonesia. Memang sekarang China datang ke Asia Tenggara dan mengatakan Anda harus membuka pasar. Tentu mereka mengatakan itu sekarang sebab China sudah sangat maju dalam teknologi sehingga manufakturnya berdaya saing. Indonesia tidak harus mendengar apa yang mereka katakan baik bagi mereka sekarang, tetapi mempelajari bagaimana mereka tiba di tempatnya yang sekarang. Setiap negara apabila bertambah kaya, pasti ia mendukung perdagangan yang lebih bebas.

Maksudnya Indonesia melakukan duplikasi apa yang mereka lakukan dulu?
Ya, Anda duplikasi apa yang mereka lakukan sebelumnya tetapi jangan Anda mendengar apa yang mereka katakan sekarang. Mereka mengatakan pasar harus lebih terbuka untuk perdagangan bebas karena mereka sudah kompetitif sekarang. Tetapi yang Anda harus pelajari adalah bagaimana mereka dulu agar kompetitif.

Tentu dengan cara-cara analitikal terhadap apa yang mereka lakukan pada tahap-tahap awal industrialisasi mereka. Sebab China saat ini sudah menjadi negara dengan PDB perkapita US$ 8.000 sedangkan Indonesia masih US$ 4.000.

Di Indonesia kini cukup intens diskursus antara apakah kita memfokuskan diri mengamankan pasar dalam negeri atau menggenjot ekspor. Menurut Anda?
Anda tetap harus melakukan perdagangan (internasional) untuk menyerap teknologi. Tetapi Anda harus melakukannya dalam konteks untuk belajar. Itu tidak sama dengan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment). Investasi asing langsung menciptakan lapangan kerja, menarik modal, meningkatkan PDB tetapi tidak membawa Anda mencapai peningkatan teknologi. Itu sebabnya perlu kebijakan manufaktur.

Problemnya di Indonesia saat ini tidak ada kontrol kapital, tidak ada bank investasi dan pemerintah tidak mengontrol uang. Pak Gita mengatakan banyak uang setelah krisis yang masuk ke Indonesia, tetapi uang itu tidak ada dalam kontrol pemerintah. Bagaimana Anda mengarahkan strategi jika Anda tidak mengontrol uangnya? Ini persoalan besar di Indonesia.

Indonesia menganut rezim devisa bebas. Isu kontrol modal sangat sensitif. Anda bisa dinilai kontroversial dengan pendapat Anda ini...
Isunya memang kontroversial kalau mendengar kata orang. Tetapi saya katakan, tunjukkan kepada saya mana ada negara yang maju yang tidak melakukan kontrol modal pada tahap awal pembangunan mereka? Hanya negara seperti Singapura dan Hong Kong yang melakukannya karena mereka ingin menarik sebanyak mungkin dana. Tetapi tidak AS, tidak Inggris, tidak Jerman, dan tidak Jepang. Jadi mengapa Anda harus melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain?

Dalam hal landreform, negara mana yang sebaiknya bisa jadi contoh bagi Indonesia?
Saya sebenarnya berharap agar ada pembicaraan di tingkat regional di Asia Tenggara mengenai hal ini. Contoh yang baik adalah di Vietnam. Sebab mereka mempunyai landreform yang mengarah pada strategi industri. Mungkin Anda harus bicara di tingkat regional mengenai hal ini, untuk mencoba solusi di Asia Tenggara. Tetapi tidak mudah karena pemimpin-pemimpin di sini pun memiliki perbedaan pandangan dalam berbagai hal.

Ngomong-ngomong, jika Anda mempunyai kesempatan menulis tentang Indonesia, buku apa yang akan Anda tulis?
Saya sebenarnya ingin menulis novel sejarah. Persoalannya penerbit selalu ingin saya menulis tentang pembangunan ekonomi.

Mengapa ingin menulis buku semacam itu?
Karena Anda bisa menulis tentang orang, bisa menulis cerita yang lebih personal. Dan Anda bisa melihat dengan cara lain, dapat menyusun sendiri struktur kisah, tidak harus melakukan riset.

(Ben / Nky
sumber:http://www.jaringnews.com/politik-peristiwa/interview/50691/joe-studwell-jangan-dengarkan-apa-kata-china-sekarang

bener apa alasanya itu sudah dipaparkan oleh penulis itu . gimana bisa bersaing kalo :
1. lahan tanah di embat oleh pejabat yg dibakar dan dibangun sebagai lahan sawit ? sampe sekarang si kumis bemokrat masih saja keukuh gak mao mengaku kalo korupsi ...

2.gimana industri lokal bisa menyamai vietnam , kalo IMB saja 2x lipat lebih mahal daripada bangun bangunannya ?

3.gimana bisa kompetitip kalo aksi demo2 buruh itu seakan akan dibiarkan saja oleh pemerintah .

4. gimana pemerintah bisa memberi sunbsidi , pemerintah daerah saja sibuk korupsi diri dan koleksi puluhan mobil mewah di rumahnya ,padahal daerah tmpt dia bertugas itu ditemukan jembatan indiana jones , dan banyak anak busung lapar dan mulnutrisi .

5.gimana pemerintah bisa menegas dan bersandar pada hukum yg tegas dan kuat ? anaknya pejabat saja nabrak orang mati banyak korban,dan sekarang dha bebas study balik ke inggris ?

6.lanjutkan saja dll ...ditambahkan saja sendiri .
0
1.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan