Kaskus

News

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Seputar Sekolah Katolik
Sumber:http://katolisitas.org/11664/apakah-...ungguh-katolik

Seputar Sekolah Katolik

“Anakku pandai tapi tak percaya Tuhan”

Ini adalah keluhan seorang ibu di zaman ini, yang mungkin pernah juga Anda dengar. “Anakku pandai tapi sekarang ia jadi tak percaya Tuhan.” Anak perempuan ibu ini, yang berusia sekitar 14 tahun, termasuk anak yang kritis dan pandai luar biasa, sehingga di sekolahnya ia termasuk dalam kelas istimewa, yang dikhususkan untuk anak-anak super pandai. Namun kebanggaan sang ibu juga dibarengi dengan rasa prihatin yang sangat, sebab kepandaian anak itu diikuti dengan sikap penolakan akan Tuhan. Sang anak yang gemar membaca itu, telah melahap berbagai macam buku, baik tentang filosofi modern maupun tentang aneka tokoh dan peristiwa di dunia, yang menghantarnya kepada keyakinan itu. Sang ibu tak berdaya, dan mulai bertanya-tanya, apakah kesalahannya sehingga ia gagal mewariskan iman kepada anaknya? Siapakah yang bersalah dalam hal ini, sang ibu, ataukah sekolahnya, sehingga anak itu tidak lagi mengakui adanya Sang Pencipta?

Pentingnya pendidikan Katolik

Sejujurnya masalah ibu itu bukannya tidak mungkin, akan menjadi masalah umum bagi para orang tua, baik di masa ini maupun di waktu mendatang, jika baik pihak orang tua, sekolah maupun Gereja tidak segera menyikapinya dengan bijak. Pendidikan anak memang pertama-tama merupakan tanggung jawab orang tua, namun sekolah maupun Gereja, juga terlibat di dalamnya. Pentinglah bagi kita semua untuk memberikan perhatian kepada masalah pendidikan anak, karena kita semua bertanggung jawab untuk membekali generasi penerus kita dengan pengetahuan dan iman, agar mereka kelak dapat menjadi orang-orang yang tidak hanya pandai, namun juga berhati mulia sebagai anak-anak Tuhan. Anak-anak perlu diarahkan agar tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan orang lain juga; agar mereka tidak hanya mengejar kebaikan dalam kehidupan di dunia ini, tetapi juga di kehidupan yang akan datang. Pendeknya, anak-anak dididik agar menjadi semakin menyerupai Kristus.

Prinsip pendidikan Katolik

Pihak Vatikan melalui Kongregasi untuk Pendidikan Katolik mengeluarkan suatu dokumen yang berjudul The Catholic School (Sekolah Katolik), klik di sini, yang menjabarkan tentang garis-garis besar sehubungan dengan pendidikan Katolik. Secara mendasar, ciri Katolik dari suatu sekolah Katolik nampak dalam konsep Kristiani tentang hidup yang terpusat pada Kristus.[1] Maksudnya adalah, Kristus menjadi pondasi dari kegiatan pendidikan di sekolah Katolik, dan Kristus memberikan arti yang baru bagi hidup dan membantu semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengarahkan diri mereka kepada Kristus, sesuai ajaran Injil. Sekolah-sekolah Katolik mempunyai tugas untuk melengkapi pembentukan Kristiani dari para muridnya. Tugas ini menjadi penting dewasa ini, karena tugas pembentukan anak-anak tidak lagi dapat secara memadai diberikan oleh keluarga dan masyarakat.[2]

Maka Berikut ini adalah ciri-ciri khas sekolah Katolik, sebagaimana disebutkan oleh Tahta Suci[3], yaitu sekolah yang:

1. Diinspirasikan oleh visi adikodrati

2. Didirikan atas dasar antropologi Kristiani

3. Dihidupi oleh kesatuan persekutuan dan komunitas

4. Diresapi oleh pandangan Katolik di seluruh kurikulumnya

5. Didukung oleh kesaksian Injil

Paus Yohanes Paulus II di tahun 2004 pernah menyatakan bahwa adalah penting bahwa setiap institusi Katolik menjadi benar-benar Katolik, artinya semakin Katolik dalam pemahamannya dan semakin Katolik dalam identitasnya.[4] Maka sekolah-sekolah Katolik, yang mengemban tugas penting dalam mewujudkan misi Gereja untuk memperkenalkan Kristus kepada dunia dan untuk menyampaikan Terang Kristus kepada semua orang, juga perlu untuk menjadi semakin menyadari dan memahami identitasnya.

Mari sekarang kita melihat apa yang memberikan identitas Katolik kepada suatu sekolah:

1. Diinspirasikan oleh visi adikodrati

Gereja tidak menganggap pendidikan sebagai suatu proses yang berdiri sendiri terpisah dari perjalanan iman seseorang agar mencapai tujuan akhir hidup manusia, yaitu Surga. Dalam terang inilah, Gereja menganggap bahwa pendidikan adalah suatu proses yang membentuk pribadi seorang anak secara keseluruhan dan mengarahkan mata hatinya kepada Surga. Maka tujuan pendidikan adalah untuk membentuk anak-anak agar dapat menjadi warga yang baik bagi dunia, dengan mengasihi Tuhan dan sesamanya dan memperkaya masyarakat dengan ragi Injil, dan yang kelak akan menjadi warga Kerajaan Surga. Dengan demikian, tujuan pendidikan terarah kepada pembentukan anak-anak agar mereka dapat memenuhi panggilan hidup mereka untuk menjadi orang-orang yang kudus, yaitu untuk menjadi seperti Kristus. Visi Kristiani ini harus dimiliki oleh seluruh komunitas sekolah, agar nilai-nilai Injil dapat diterapkan sebagai norma-norma pendidikan di sekolah.

Maka sebagaimana sering diajarkan oleh para Paus (Yohanes Paulus II, Benediktus XVI, dan sekarang, Paus Fransiskus), adalah penting agar manusia di masa sekarang ini, diajarkan untuk menghargai martabat manusia, secara khusus dimensi rohaninya. Sebab dewasa ini terdapat kecenderungan banyak orang, baik pemerintah, atau mereka yang berkecimpung di dunia bisnis maupun media, yang menganggap pendidikan hanya sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kesuksesan duniawi dan standar kehidupan yang lebih nyaman – itu saja. Nah, visi pendidikan yang sempit semacam ini, bukan visi pendidikan Katolik.

Kalau para pendidik, orang tua dan siapa saja yang mempersembahkan diri mereka dalam karya pendidikan Katolik itu gagal untuk memperhatikan visi adikodrati yang tinggi ini, yaitu untuk mengarahkan anak-anak didik mereka ke arah kekudusan, maka segala pembicaraan mereka tentang sekolah Katolik itu tidak lebih dari sekedar “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.” (1 Kor 13:1)

Di tengah-tengah tawaran berbagai tokoh idola, entah itu dari film kartun, bintang film Korea, atau dari permainan kartu dari Jepang, sekolah-sekolah Katolik perlu memperkenalkan kepada anak-anak figur para Santo dan Santa, yaitu para tokoh teladan dalam Gereja Katolik, yang dapat mendorong anak-anak untuk juga hidup seperti mereka. Sebab pada dasarnya kita semua dipanggil oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya, untuk mengenal, mengasihi dan melayani Dia, baik dalam kehidupan kita di dunia ini, maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Secara khusus, dalam proses pendidikan di sekolah-sekolah Katolik, para murid perlu diajarkan untuk memilih dengan kesadaran dan kehendak yang bebas, untuk hidup sesuai dengan tuntunan ajaran imannya. Dalam suasana yang membangun iman ini, anak-anak dapat dibantu untuk menemukan panggilan hidupnya, sebab bukannya tidak mungkin, kehidupan panggilan hidup membiara dapat tumbuh sejak masa kanak-kanak dan remaja.

2. Didirikan atas dasar antropologi Kristiani

Penekanan kepada tujuan akhir kepada setiap anak didik, yaitu kepada kekudusan, akan mengakibatkan penghargaan yang mendalam akan kebutuhan untuk melengkapi anak-anak dalam segala segi, agar mereka semakin dapat bertumbuh sesuai dengan gambar dan rupa Tuhan (lih. Kej 1:26-27). Iman Katolik mengajarkan bahwa rahmat Allah menyempurnakan kodrat, “grace perfects nature“. Dalam hidup manusia ada kesatuan antara hal-hal yang sifatnya kodrati dan adikodrati. Maka penting bagi semua pendidik untuk mempunyai pemahaman akan kepribadian manusia yang utuh, baik ditinjau dari hal jasmani maupun rohani. Para pendidik perlu membentuk anak didik mereka agar mencapai kesempurnaan baik dari segi lahiriah maupun rohaniah.

Maka dalam proses pembentukan karakter anak di sekolah- yang melibatkan orang tua, guru, para staf pengajar, pengurus maupun komite- harus memahami apakah artinya manusia itu. Tentang hal ini Gereja mengajarkan:

2.1 Pendidikan Katolik berfokus kepada manusia secara keseluruhan

“Proses pendidikan ….. berfokus pada pribadi manusia dalam keseluruhannya, transenden, dalam identitas historisnya. Dengan proyek pendidikan yang diinspirasikan oleh Injil, sekolah Katolik dipanggil menanggapi tantangan ini [yaitu kecenderungan anggapan bahwa pendidikan dikatakan harus terlepas dari agama], dengan keyakinan bahwa “hanya dalam misteri Sang Fiman yang menjadi manusia-lah, misteri manusia sungguh-sungguh menjadi jelas.”[5]

Selanjutnya, dalam dokumen yang berjudul “Sekolah Katolik” (The Catholic School) tersebut , Kongregasi Tahta Suci menyatakan:

“Karena itu, sekolah Katolik berkomitmen untuk perkembangan manusia seutuhnya, sebab di dalam Kristus, manusia yang sempurna, semua manusia menemukan kepenuhannya dan kesatuannya. Di sini terletak secara khusus sifat Katolik dari sekolah itu. Tugas sekolah Katolik untuk menumbuhkan nilai-nilai manusiawi… dalam kesesuaian dengan misi khususnya untuk melayani semua manusia, mempunyai asalnya dari figur Kristus. Ia adalah Seseorang yang menghormati manusia, memberikan makna bagi hidup manusia, dan adalah teladan yang ditawarkan oleh sekolah Katolik kepada para muridnya.[6]

2.2 Pendidikan Katolik menekankan hak-hak azasi manusia, martabat sebagai anak Tuhan, solidaritas dan kasih

“Dalam dunia yang beraneka ragam, para pendidik Katolik harus dengan sadar mendorong aktivitasnya dengan konsep Kristiani tentang pribadi manusia, dalam persatuan dengan Magisterium Gereja. Konsep itu termasuk konsep untuk mempertahankan hak-hak azasi manusia, tetapi juga menunjukkan bahwa pribadi manusia mempunyai martabat sebagai anak Tuhan. Konsep ini memberikan kemerdekaan yang sepenuhnya, [yaitu] dimerdekakan dari dosa oleh Kristus sendiri, melalui kasih. Konsep ini menghasilkan kepastian akan hubungan solidaritas di antara semua manusia; melalui sikap saling mengasihi dan komunitas gerejawi. Konsep ini mencanangkan pengembangan yang sepenuhnya dari semua yang bersifat manusiawi, sebab kita telah dijadikan penguasa dunia oleh Sang Penciptanya. Akhirnya, konsep ini memperkenalkan Kristus, Putera Allah yang menjelma dan Manusia yang sempurna, sebagai baik teladan maupun sarana. Bagi semua orang, meneladani Kristus adalah sumber yang tak pernah habis, untuk mencapai kesempurnaan pribadi maupun kesempurnaan kelompok.”[7]

2.3. Sekolah Katolik bertugas menyatukan para muridnya dengan Kristus

Maka Gereja menekankan bahwa sebuah sekolah layak disebut Katolik, jika sekolah itu, yang didirikan di atas dasar Kristus Yesus Sang Penebus, mempersatukan Kristus dengan setiap muridnya. Kristus bukan sesuatu yang ditambahkan kemudian atau sebagai faktor tambahan dalam filosofi pendidikan dan kegiatan belajar mengajar di sekolah, tetapi menjadi pusat dan tonggak penyangga dari keseluruhan kehidupan di sekolah, sebagai terang yang mencerahkan bagi setiap murid yang datang ke sekolah (lih. Yoh 1:19).

Maka Injil Kristus dan Pribadi Kristus, adalah Sumber inspirasi dan Pembimbing bagi sekolah Katolik dalam setiap segi: filosofi pendidikan, kurikulum, kehidupan komunitas, pemilihan guru dan bahkan lingkungan fisik sekolah. Supaya dalam segala yang ada di sekolah itu dapat mengarahkan siapapun kepada Kristus. Adalah tugas pendidikan Katolik untuk menyampaikan Kristus kepada setiap murid, dan membentuk mereka agar menjadi semakin menyerupai Kristus.

3. Dihidupi oleh kesatuan persekutuan dan komunitas

Penekanan akan aspek komunitas di sekolah Katolik mengambil dasar dari kodrat sosial dan pribadi manusia dan kenyataan Gereja sebagai rumah dan sekolah bagi persatuan. Bahwa sekolah Katolik adalah komunitas pendidikan adalah salah satu dari perkembangan-perkembangan yang memperkaya bagi sekolah di masa sekarang ini.

3.1. Sekolah Katolik sebagai suatu komunitas iman untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani

“Deklarasi Gravissimum educationis menyatakan kemajuan yang penting tentang citra sekolah Katolik: suatu peralihan dari sekolah sebagai sebuah lembaga, menuju sekolah sebagai suatu komunitas. Dimensi komunitas ini, mungkin adalah hasil dari kesadaran akan kodrat Gereja sebagaimana dinyatakan oleh Konsili (Vatikan II). Dalam teks-teks Konsili, dimensi komunitas secara mendasar adalah konsep teologis…. di mana Gereja digambarkan sebagai umat Tuhan…”[8]

Paus Paulus VI mengatakan bahwa sekolah-sekolah Katolik harus dilihat sebagai “tempat bertemunya semua orang yang berkehendak untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam bidang pendidikan”.[9] Dengan demikian, sekolah adalah sebuah komunitas dari para pribadi, komunitas yang asli tentang iman. Kesadaran akan sekolah sebagai sebuah komunitas iman, akan mempengaruhi suasana yang harus diusahakan di sekolah.

3.2 Sekolah Katolik harus merupakan sekolah dengan atmosfir kekeluargaan

“… Sekolah-sekolah dasar harus berusaha untuk menciptakan iklim komunitas sekolah yang menghasilkan, sedapat mungkin, atmosfir kehidupan keluarga yang hangat dan akrab. Karena itu, mereka yang bertanggungjawab untuk sekolah-sekolah ini akan melakukan segalanya yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan semangat kebersamaan untuk saling percaya dan spontanitas. Tambahan lagi, mereka akan memperhatikan untuk mendorong kolaborasi yang dekat dan konstan dengan para orang tua murid. Integrasi antara sekolah dan rumah adalah keadaan yang esensial bagi lahirnya dan perkembangan semua potensi yang dapat dinyatakan oleh anak-anak ini…. termasuk keterbukaan mereka terhadap agama dan segala sesuatu yang menjadi konsekuensinya.”[10]

3.3. Sekolah Katolik harus melibatkan para orang tua dalam proses pendidikan

Dengan demikian, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan harus bekerjasama sebagai satu tim: para guru, kepala sekolah, bersama para orang tua, demi kebaikan bersama dan hak mereka untuk terlibat dalam tugas tanggungjawab mereka sebagai pendidik. Tahta Suci mendorong keterlibatan yang sepantasnya dari para orang tua dalam sekolah-sekolah Katolik.[11] Para guru dan administrator sekolah harus lebih sering mendorong partisipasi orang tua. Kerjasama ini tidak saja untuk urusan masalah akademis anak-anak, dan turut memantau perkembangan mereka, namun juga untuk merencanakan dan mengevaluasi ke-efektifan misi sekolah tersebut.

3.4 Sekolah Katolik adalah sekolah yang menerapkan/ menekankan dialog yang wajar

Filosofi pendidikan Katolik selalu menekankan kepada hubungan timbal balik antara komunitas pendidikan di sekolah, secara khusus antara guru dan murid. Sebab di masa kanak-kanak dan remaja, seorang murid perlu mengalami adanya hubungan personal dengan para pendidiknya. Apa yang diajarkan oleh guru akan mempunyai efek yang lebih besar, ketika pengajaran itu ditempatkan dalam konteks keterlibatan pribadi, saling timbal balik yang tulus, sikap-sikap guru itu sendiri yang sesuai dengan apa yang diajarkannya, dan tingkah laku sehari-hari yang wajar. Maka kontak langsung dan personal antara para guru dan murid adalah suatu ciri khas sekolah Katolik. Demikian yang dikatakan dalam dokumen Kongregasi Pendidikan Katolik dari Vatikan:

“… Hubungan personal selalu berupa dialog dan bukan monolog, dan guru itu harus yakin bahwa hubungan sedemikian akan saling memperkaya. Tetapi misi tidak pernah boleh terlupakan: sang pendidik tidak dapat melupakan bahwa para murid memerlukan seorang pendamping dan pembimbing sepanjang waktu perkembangan mereka; mereka membutuhkan bantuan dari yang lain untuk mengalahkan keraguan dan kebingungan. Juga, hubungan dengan para murid harus merupakan gabungan antara hubungan yang dekat dan hubungan yang berjarak. Hubungan yang dekat membuat hubungan personal menjadi lebih mudah, tetapi jarak tertentu juga diperlukan. Para murid perlu belajar untuk mengekspresikan kepribadian mereka tanpa dikondisikan sebelumnya (pre-conditioned); mereka perlu dibebaskan dari rasa takut dihukum, dengan melaksanakan kebebasan mereka secara bertanggungjawab.”[12]

Sekolah Katolik, merupakan perlindungan bagi pribadi manusia, baik murid maupun guru. Mereka mengusahakan hubungan yang pantas di antara mereka dalam proses belajar mengajar. Dengan cara inilah proses pembentukan karakter murid dapat berjalan dengan baik, sebab dimulai melalui hubungan personal antara kedua belah pihak. Dengan penekanan akan hubungan personal antara mereka yang terlibat dalam pendidikan di sekolah, maka sekolah menjadi kelanjutan dari suasana kekeluargaan di rumah. Dan dengan menerapkan prinsip-prinsip iman Katolik dalam hubungan personal ini, maka lingkungan tersebut dapat dikenali sebagai lingkungan sekolah Katolik.

3.5. Sekolah Katolik adalah komunitas pendidikan yang bercirikan Katolik

Melalui Inkarnasi, Kristus Sang Putera Allah menjelma menjadi manusia, Sabda menjadi daging. Ia menjalani setiap jengkal kehidupan sebagai manusia, dan dengan demikian meninggalkan suatu ‘meterai’ dalam setiap aspek dalam kehidupan Kristiani yang kita alami di dunia ini. Maka Inkarnasi mengajarkan kepada kita bahwa dunia ini merupakan alat yang dipilih Tuhan, untuk menyampaikan kehidupan-Nya kepada kita. Maka apa yang bersifat manusiawi dan kelihatan dapat mengandung apa yang ilahi. Demikianlah, sekolah Katolik juga harus dapat menunjukkan kehidupan sakramental ini. Dalam sekolah Katolik, perlu ditampilkan secara fisik dan kelihatan, semua tanda-tanda tradisi Katolik, melalui gambar-gambar, tanda, simbol, ikon, dan berbagai macam devosi. Sebuah kapel, ruang kelas dengan crucifix, tanda-tanda, dan perayaan, serta segala yang menggambarkan kehidupan gerejawi, termasuk seni rupa yang baik, harus nampak di sekolah. Tanda-tanda ini mengingatkan semua anggota komunitas akan fokus utama kegiatan belajar dan mengajar di sekolah, yaitu agar bersama-sama mencapai kekudusan.

Ciri Katolik ini juga ditampakkan oleh komunitas yang bersama berdoa, membaca Sabda Tuhan, yang mengambil bagian di dalam liturgi dan sakramen. Setelah dikuatkan oleh Kristus yang hadir di dalam doa, firman, liturgi dan sakramen, semua anggota komunitas dapat berusaha untuk bersama menerapkan ajaran Kristus, dan dengan demikian menjadi para saksi iman. Dijiwai oleh ajaran iman inilah maka baik para guru maupun sesama murid berusaha untuk saling membantu. Maka ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak hanya digunakan untuk kemajuan diri sendiri, tetapi untuk melayani dan saling bertanggungjawab satu sama lain.[13] Dalam komunitas ini, saling menghargai berarti melayani Kristus yang hadir di dalam sesama, sehingga segala sesuatu yang dilakukan di sekolah bertujuan untuk juga memajukan kebaikan bersama[14]
Diubah oleh dragonroar 21-10-2013 16:03
0
4.6K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan