- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Baru Punya Anak Masuk]Ajari Anak Berjiwa Pemimpin Sejak Usia Dini


TS
boeladiegh
[Baru Punya Anak Masuk]Ajari Anak Berjiwa Pemimpin Sejak Usia Dini
![[Baru Punya Anak Masuk]Ajari Anak Berjiwa Pemimpin Sejak Usia Dini](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/--By9C-PG2ic/TdjW1NcGm8I/AAAAAAAABfQ/XQOXpdgqITw/s1600/jadilah-pemberani.jpg)
Quote:
Orang tua mana yang tak mau buah hatinya tumbuh sehat dan menjadi pribadi sukses di masa depan. Pribadi sukses sejatinya adalah mereka yang berjiwa pemimpin, mampu memimpin dirinya sendiri maupun orang
lain.
Seperti disampaikan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, untuk menumbuhkan jiwa seorang
pemimpin dapat dimulai saat usia anak sedini mungkin.
Psikolog yang akrab disapa Nina itu mengatakan tak ada perbedaan yang mendasar antar anak berkarakter pemimpin
dengan karakter pemimpin orang dewasa, hanya implementasinya dalam kehidupan sehari-hari saja yang berbeda.
"Karakter anak berjiwa pemimpin adalah percaya diri, komunikatif, memiliki kemampuan decision making, bertanggung
jawab, mampu mengarahkan dan memotivasi orang lain, dan menghargai perbedaan," ujar Nina kepada Tribunnews.com
saat peluncuran susu Vitalac di KidZania, Pacific Place, Kamis (17/10/2013).
Mewujudkan "pemimpin kecil" dapat dimulai sejak usia nol dengan menumbuhkan rasa percaya diri mereka terlebih
dulu. Di sini peran ibu sangat penting.
"Ada teori fase basic trust dari psikolog kenamaan Erik Erikson. Ini adalah fase dimana bayi percaya sepenuhnya
pada ibunya," kata Nina.
Kalau kebutuhan bayi tak sepenuhnya terpenuhi oleh sang ibu, maka bayi merasa kebutuhanya salah, akhirnya bayi
tidak percaya diri.
Nina mencontohkan situasi saat bayi menangis kelaparan namun sang ibu malah acuh bahkan menggerutu.
"Kalau anak bisa percaya pada ibu dan lingkungannya maka dia cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya
diri," jelas Nina.
Memasuki usia batita, ada baiknya buah hati mulai ditanamkan kemampuan berkomunikasi.
"Kalau bersosialisasi mungkin belum karena mereka anak batita masih egosentris. Beda dengan egois. Kalau
egosentris, anak masih tertarik dengan dirinya sendiri," ungkap Nina.
Nah, barulah pada usia balita, anak mulai didorong untuk bersosialisasi, berteman dan berbagi dengan orang lain.
"Oleh karenanya orang tua jangan terlalu sering mengurung anak di rumah dengan alasan takut anak bergaul dengan
anak nakal. Bagaimanapun mereka harus belajar berteman dengan anak-anak yang mungkin tidak menyenangkan, atau
tidak selalu sependapat," ujar Nina.
Menurutnya, secara tidak langsung ini melatih beberapa karakter dasar pemimpin yaitu mampu bernegosiasi dan
mengarahkan orang lain.
Ketika anak berbuat salah, menumpahkan minuman misalnya, Nina menyarankan ajari mereka cara membersihkannya.
Apabila usaha mereka optimal, jangan enggan untuk memberikan pujian. Di sini, anak akan belajar cara bertanggung
jawab.
Mengasah naluri seorang pemimpin juga dapat dilakukan di sekolah. Nina mencontohkan kegiatan sebuah sekolah anak
usia dini di Utrecht, Belanda, yang sempat dikunjunginya bersama tim Vitalac.
"Di sekolah itu tersedia semacam tabel kegiatan yang dapat dipilih murid sesuai keinginan mereka. Jadi, anak
belajar soal decision making," cerita dia.
Selain itu, guru di sana membiasakan anak yang paling tua mengarahkan adik-adiknya naik atau turun tangga saat
berpindah ruangan beda lantai.
"Semuanya sangat mungkin kita terapkan di sini karena sangat simpel kok," tegas Nina.
Dalam melahirkan pemimpin kecil, menstimulasi anak dengan nutrisi sama pentingnya dengan aktivitas tersebut.
Maka, Nina menyarankan agar orang tua tetap memberikan makanan bergizi seimbang, berikut susu bernutrisi lengkap
sebagai pendukungnya. TKP
lain.
Seperti disampaikan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, untuk menumbuhkan jiwa seorang
pemimpin dapat dimulai saat usia anak sedini mungkin.
Psikolog yang akrab disapa Nina itu mengatakan tak ada perbedaan yang mendasar antar anak berkarakter pemimpin
dengan karakter pemimpin orang dewasa, hanya implementasinya dalam kehidupan sehari-hari saja yang berbeda.
"Karakter anak berjiwa pemimpin adalah percaya diri, komunikatif, memiliki kemampuan decision making, bertanggung
jawab, mampu mengarahkan dan memotivasi orang lain, dan menghargai perbedaan," ujar Nina kepada Tribunnews.com
saat peluncuran susu Vitalac di KidZania, Pacific Place, Kamis (17/10/2013).
Mewujudkan "pemimpin kecil" dapat dimulai sejak usia nol dengan menumbuhkan rasa percaya diri mereka terlebih
dulu. Di sini peran ibu sangat penting.
"Ada teori fase basic trust dari psikolog kenamaan Erik Erikson. Ini adalah fase dimana bayi percaya sepenuhnya
pada ibunya," kata Nina.
Kalau kebutuhan bayi tak sepenuhnya terpenuhi oleh sang ibu, maka bayi merasa kebutuhanya salah, akhirnya bayi
tidak percaya diri.
Nina mencontohkan situasi saat bayi menangis kelaparan namun sang ibu malah acuh bahkan menggerutu.
"Kalau anak bisa percaya pada ibu dan lingkungannya maka dia cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya
diri," jelas Nina.
Memasuki usia batita, ada baiknya buah hati mulai ditanamkan kemampuan berkomunikasi.
"Kalau bersosialisasi mungkin belum karena mereka anak batita masih egosentris. Beda dengan egois. Kalau
egosentris, anak masih tertarik dengan dirinya sendiri," ungkap Nina.
Nah, barulah pada usia balita, anak mulai didorong untuk bersosialisasi, berteman dan berbagi dengan orang lain.
"Oleh karenanya orang tua jangan terlalu sering mengurung anak di rumah dengan alasan takut anak bergaul dengan
anak nakal. Bagaimanapun mereka harus belajar berteman dengan anak-anak yang mungkin tidak menyenangkan, atau
tidak selalu sependapat," ujar Nina.
Menurutnya, secara tidak langsung ini melatih beberapa karakter dasar pemimpin yaitu mampu bernegosiasi dan
mengarahkan orang lain.
Ketika anak berbuat salah, menumpahkan minuman misalnya, Nina menyarankan ajari mereka cara membersihkannya.
Apabila usaha mereka optimal, jangan enggan untuk memberikan pujian. Di sini, anak akan belajar cara bertanggung
jawab.
Mengasah naluri seorang pemimpin juga dapat dilakukan di sekolah. Nina mencontohkan kegiatan sebuah sekolah anak
usia dini di Utrecht, Belanda, yang sempat dikunjunginya bersama tim Vitalac.
"Di sekolah itu tersedia semacam tabel kegiatan yang dapat dipilih murid sesuai keinginan mereka. Jadi, anak
belajar soal decision making," cerita dia.
Selain itu, guru di sana membiasakan anak yang paling tua mengarahkan adik-adiknya naik atau turun tangga saat
berpindah ruangan beda lantai.
"Semuanya sangat mungkin kita terapkan di sini karena sangat simpel kok," tegas Nina.
Dalam melahirkan pemimpin kecil, menstimulasi anak dengan nutrisi sama pentingnya dengan aktivitas tersebut.
Maka, Nina menyarankan agar orang tua tetap memberikan makanan bergizi seimbang, berikut susu bernutrisi lengkap
sebagai pendukungnya. TKP
Agar bangsa memiliki calon-calon pemimpin yang berani bertanggung jawab tidak lebay tidak mudah curhat di publik

0
1.1K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan