..

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji lcamu terhadap pemberianwyu kepadamu. maka berlombcrlombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allalviah kembali kamu semuanya. lalu diberitahukan-Nya kepadamu
apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS. All-Maidah : 48)

zamannya. Makin lama semakin malu. Dari pemberian ~Nya itulah kemudian terjadi perbedaan satu dengan lainnya.

"tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu..?"

Lihatlah bagaimana karateristik syariat setiap ummat berbeda-beda. Syariat nabi Musa yang turun kepada bani israil. berkarakter mendidik dan disiplin keras. Sangat sesuai dengan mental sebuah kaum yang selama 400 tahun hidup dalam perbudakan (di bawah kekuasaan firaun). Bani israil yang keras kepala. harus diatur dengan syariat yang keras juga. Sekali tak patuh. sambaran petir balasannya (lihat QS. AI-Baqarah : 55). Fase ini kita sebut fase Jalaal (Luhur).

Syariat Nasrani yang dibawa oleh nabi Isa. adalah demi mengembalikan ummat Yahudi kepada kelembutan jiwa. Beliau membawa kelembutan. Tak ada lagi sambaran petir, hujan batu. bahkan dalam misi percobaan pembunuhan nabi lsa~pun, Allah mengambil pilihan 'mengalah' dengan menarik lil-Masih ke langit. inilah fase kelembutan syariat. Kita menyebutnya fase Jamaal (indah)

Lalu islam datang dengan mendasarkan syariatnya pada kemuliaan akal. Menghargai pemikiran. Setiap syariat. dlielaskan alasannya. Di aiak berpikir. ia disiplin dan tegas di satu sisi. indah dan lemah lembut di sisi lain. Maka Ai-Quran menyebutnya Ummatan wasathan. ummat pertengahan.
Syariat nabi Muhammad ini kita sebut llamaal (sempurna)

ltulah perjalanan syariat yang berbeda dari masa ke masa. Pada akhirnya ia menjadi sebuah ketetapan yang harus dijalankan.

Potensi Kebaikan yang Melimpah Ruah Nyatanya tidak hanya urusan syariat kita berbeda. Perbedaan itu juga ada pada setiap sisi kehidupan kita. Dalam islam sendiri. jalan menuju kebaikan ada banyak dan cara menekuninya beraneka macam. Seorang muslim yang menjadi pedagang. menjadi karyawan. yang meniadi guru. menjadi murid. dokter. memiliki medan perlombaan yang seringkali tidak sama. Muslim di eropa. afrika. palestina. Rohingnya. Indonesia, masing-masing berolah tantangan untuk diperlombakan. Si kaya dan si dhuafa. tetap bisa berlomba-lomba dalam amal yang beda.

Suatu ketika segolongan sahabat yang hidupnya miskin. datang kepada nabi. Lalu saiah seorangnya berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala-pahala. mereka shalat sebagaimana kami pun shalat, mereka puasa sebagaimana kami pun puasa. tetapi mereka bisa bershadaqah dengan kelebihan harta mereka."

Kita bisa merasakan. betapa para sahabat dhuafa itu sedang risau. Mereka
mengkhawatiri dirinya kalah dalam perlombaan memperbanyak amal dengan
orang-orang kaya. Lantaran tak punya uang. mereka harus menyerah dalam urusan sedekah. Aduhai. betapa mereka risau bukan karena kemiskinannya yang membuat tak bisa menikmati ini dan itu. Mereka risau. karena kemiskinannya menghalangi mereka untuk beramal akhirat. Sampai di sini.
resapiiah spirit fastabiqul khairat berkelas ala para sahabat itu.

“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang bisa kalian
shadaqahkan?" jawab nabi. 'Sesungguhnya setiap tasbih adalah shadaqah. setiap takbir adalah shadaqah. setiap tahmid adalah shadaqah dan setiap tahlil adalah shadaqah; amar ma'ruf (menyuruh kepada kebaikan) adalah shadaqah. nahi munkar (mencegah dari kemunkarani adalah shadaqah dan
(bahkan) ?Na kemaluan salah seorang dari kalian terdapat shadaqah'

Tenang hati mereka seketika. Namun. terhadap kalimat terakhir, seorang tergoda untuk bertanya :"Ya Rasulullah. apakah saiah
seorang di antara kami yang menumpahkan syahwatnya (kepada istri) itu memperoleh pahala?

Beliau bersabda: "Apa pendapat kalian. seandainya dia meletakkannya pada yang haram. bukankah dia memperoleh dasa? Maka demikian juga. seandainya dia meietakkannya pada yang halal maka dia memperoleh pahala'

Rasulullah yang mulia menenangkan hati mereka. Memompa api semangat
'berlomba dalam kebalikan' yang entah sejak kapan mulai mengecil dihati mereka. Bahwa mereka harus pede karena jalan kebaikan itu banyak. Banyak sekali. Bahkan nikmat dunia yang dialami bersama pasangan halainya. yang sekilas nampak hanya urusan memenuhi syahwat. adalah sedekah. Sedekah!

Maha Suci Allah. yang dengan kemurahannya memberikan jalan-jalan kebaikan yang tak terbilang banyaknya. Betapa buah-buahan Surga bergelantungan di dunia dalam ketinggian dan kerendahan dahannya. Sehingga .siapapun bisa memetik sesuka hatinya 'Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.' (QS. Al-
Zukhruf: 72-73)

Spirit Nomer l
Hidup memiliki batas dan tak mengampuni mereka yang suka menunda-
nunda. Kematian menjadi garis finish perlombaan yang. sayangnya tak bisa
ditebak kapan waktunya Maka dalam melakukan kebaikan. butuh kesegeraan
Jangan menunda-nunda. Mengulur-ulur kebaikan adalah persamaan dari
menyegerakan keburukan. Saat kita menunda sholat. saat itu juga kita bersegera berbuat buruk dengan meremehkan perintah Allah. Saat kita menunda bersedekah. saat itu kita bersegera pada perilaku kikir.

Maka Al-Quran selalu menghimbau kita untuk berbuat baik dengan target : SEGERA!

Dalam AI-Quran kita akan temukan kata perintah. 'Saari'uu. Saabiquu, Fastabiquu; secara umum semuanya mengartikan : Segera_segera..segaral!. Semuanya mengisyratiran untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Semua diperintah untuk menjadi yang nomer 1.

Lihatlah bagaimana sahabat Ukasyah bin Mihshan cerdas menangkap spirit
perlombaan menjadi nomer 1 itu. Suatu ketika Nabi SAW menceritakan kepada sahabat-sahabatnya. bahwa kelak di hari kiamat beliau akan memamerkan umat beliau di hadapan para pemimpin (Nabi-nabi terdahulu). Dengan bangganya beliau akan memperlihatkan umat beliau yang begitu
banyak hingga memenuhi dataran dan bukit. Lalu Allah berfirman kepada Nabi SAW, 'Ridhakah engkau. ya Muhammad?”

Maka aku. kata beliau. akan menjawab. 'Aku ridha. ya Tuhanku!”

Kemudian Allah berfirman lagi, 'Sesungguhnya ada tujuh puluh ribu dari
umatmu yang masuk surga tanpa hisab dengan wajah seperti bulan purnama'

Para sahabat pun terkagum-kagum dengan cerita Nabi SAW. Namun tiba-tiba
Ukasyah mendekati beliau dan berkata, 'Ya Rasulullah, doakanlah aku termasuk golongan itu."

'Engkau termasuk golongan merekail” Kata Nabi SAW.

Melihat tindakan Ukasyah. beberapa sahabat mendekati beliau dan meminta
didoakan seperti halnya Ukasyah. Beliau tersenyum melihat reaksi para sahabat tersebut dan bersabda. 'Kalian sudah didahului Ukasyah."

Bukan nabi pelit untuk mendoakan. Tak di doakan sekalipun. para sahabat itu kelak mulia di Surga. Tapi ini lebih tentang memberi pelajaran kepada para sahabat. Bahwa kesempatan itu tak selalu datang setiap saat. Mengejar kebaikan butuh kesegeraan. Butuh spirit menjadi nomer 1.

"Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang berlomba-lomba” (At-Takwiir:26)

'Alla kulli haal. Akal sudah diberi, waktu selalu dibuka. jalan pahala juga sudah
tinggal pilih. Lalu apa yang menghalangimu untuk bersegera mengerjakan proyek- proyek kebaikan?!

Hanya hati yang diliputi oleh hawa nafsu sajalah yang membuat semangat itu hilang dan tercampakkan. Semoga bukan kita. Wallahu A'lam Bisshowab