Ketika Timnas Indonesia melawan Philipina, para pemirsa TV tentu menikmati pertandingan tersebut. Walaupun tidak menang sebesar Korsel atas Philipina yakni 4-0, namun paling tidak kita sudah melihat kualitas pemain Indonesia yang jauh lebih baik daripada para pendahulunya.
Namun, ada yang sedikit merusak pemandangan dalam menyaksikan pertandingan ini yakni iklan TV dalam hal ini RCTI. Ketika ada pemain yang terjatuh maupun ketika pelanggaran pemain TV ini menayangkan iklan dengan durasi tidak pendek. Dalam pengamatan saya selama ini, tidak pernah ada iklan di tengah pertandingan kecuali hanya iklan di pinggir kanan atau bawah sehingga suasana di lapangan masih terlihat.
Bahkan dalam menyiarkan Liga Inggris, MNC Group dulu tidak pernah melalukan tindakan “Pesta Iklan” yang mengganggu pemirsanya seperti ini. Atau mungkin saja, pertandingan Timnas ini lebih tinggi ratingnya daripada Liga Inggris, saya tidak tahu.
Yang jelas. 45 menit pertama maupun kedua adalah ibarat paket rangkaian kegiatan yang tidak boleh dipotong dengan apapun. Baru kemudian di waktu istirahat boleh iklan sebanyak-banyaknya. Kalau perlu komentator dan pembawa acara tidak usah bicara. Toh jarang sekali yang mau mendengar mereka.
Jika melawan Philipina saja sudah ada beberapa kali iklan yang tayang, akankan nanti akan lebih banyak iklan saat melawan Korea. Kita tunggu saja.
Harga Iklan “Break On Match” RCTI di Laga Timnas U-19 = 500 Juta per 15 Detik Masih tentang pertandingan AFC Cup U-19 antara Indonesia lawan Filipina. Mungkin, banyak penonton layar kaca yang kecewa dan “menghujat” RCTI karena tiba-tiba saja, ditengah pertandingan yang disiarkan secaralangsung muncul iklan komersial. Ini sebenarnya bukan yang pertama kali, tapi, khusus di Indonesia, konsep semacam ini memang baru RCTI yang memperkenalkannya tadi malam. Biasanya, spot iklan di tengah pertandingan dibuat secara berbagi, dalam arti ada iklan yang muncul, dan siaran pertandingannya pun tetap bisa dilihat, namun ukurannya diperkecil untuk memberi ruang iklan. Tapi, RCTI tadi malam seolah keluar dari pakem iklan seperti itu. Iklan yang dimunculkan RCTI memakan seluruh ruang siaran langsung, sehingga pemirsa tidak dapat menyaksikan pertandingan yang sedang berlangsung. Tentu saja, hal ini dirasakan cukup mengganggu.Ternyata, hal ini memang sudah direncanakan sejak awal oleh RCTI, yang mana mereka sebut spot “Break On Match”. Saya beruntung mendapatkan gambar penawaran spot iklan RCTI untuk kategori “Break On Match”. Nah, karena iklannya dimunculkan ditengah pertandingan, tentu saja harganya lebih mahal dibanding iklan yang muncul di jeda atau akhir
pertandingan. Untuk spot iklan “Break On Match”, RCTI mematok harga 500 juta untuk satu spot dengan durasi tayang 15 detik. Jauh lebih mahal dibanding spot iklan di jeda atau akhir pertandingan yang menurut keterangan seorang teman hanya berkisar 100 sampai 200 juta saja, dengan durasi yang lebih lama, yakni 30 detik. Bisa dibayangkan, berapa keuntungan yang diperoleh RCTI dengan adanya konsep iklan Break On Match ini. Jika dalam satu babak ada 4 iklan, sudah terbayang revenue yang didapat adalah 2 milyar. Konsep iklan “Break On Match” sebenarnya bukan barang baru. Di beberapa siaran sepakbola di Amerika Selatan hal ini sudah lama dilakukan,
tapi, durasinya hanya sekitar 3-5 detik saja. Itu pun sudah banyak yang protes, hingga akhirnya spot iklan yang biasanya ada 5 dalam satu babak dikurangi hingga jadi 2 iklan Break On Match setiap babak. RCTI memang benar-benar memanfaatkan hak siar dan hak komersial atas timnas yang sudah mereka menangkan. Selain menangguk keuntungan dari iklan di siaran langsung, RCTI pun diperbolehkan mengelola ad board di setiap venue timnas bermain. Ini merupakan kompensasi dari pembelian hak komersial oleh RCTI pada PSSI yang dikabarkan mencapai
168 milyar untuk tiga tahun.
Kalo menurut agan agan gimana? kalo ane sih ngikut aja wong juga ane gratisan nontonnya
Tapi mau bagaimana itu nge ganggu sekali, apalagi yang pake tv kecil yak apa gak semakin burem tuh